Anda di halaman 1dari 52

Pemicu 5 I Really Loves my wifes

LO 1
MMM DEFINISI, KLASIFIKASI,
TERMINOLOGI DAN
ETIMOOLOGI EUTHANASIA
Dorland :
1. Kematian secara mudah/tanpa rasa sakit
2. Pengakhiran dengan sengaja hidup seseorang yang
menderita penyakit dengan rasa sakit yan hebat
dan tidak bisa disembuhkan
Unsur-unsur euthanasia
1. Ada tindakan yang dilakukan dengan sengaja
untuk mengakhiri hidup seseorang.
2. Tindakan tersebut dilakukan atas dasar rasa
belas kasihan .
3. Proses mengakhiri hidup yang dengan sendirinya
berarti juga mengakhiri penderitaan tersebut
dilakukan tanpa menimbulkan rasa sakit pada
orang yang menderita tersebut.
4. Pengakhiran hidup tersebut dilakukan atas
permintaan orang itu sendiri atau atas
permintaan keluarganya.
Macam-macam Euthanasia
Macam-macam Euthanasia
Dari sudut cara atau bentuk :
1. Euthanasia aktif(agresif) , artinya
mengambil keputusan untuk
melaksanakan dengan tujuan
menghentikan kehidupan. Tindakan ini
secara sengaja dilakukan oleh dokter
atau tenaga kesehatan lainnya untuk
memperpendek atau mengakhiri hidup
si pasien.
Contoh Kasus Euthanasia Aktif

• Pasien penderita kanker ganas dengan rasa sakit


yang luar biasa. Dr. yakin pasien akan meninggal
dunia. Kemudian dokter memberinya obat
dengan takaran tinggi (overdosis) yang sekiranya
dapat menghilangkan rasa sakitnya, tetapi
menghentikan pernapasannya sekaligus (Utomo,
2003:178).
2. Euthanasia pasif(negatif), artinya
memutuskan untuk tidak mengambil
tindakan atau tidak melakukan terapi.
Dokter atau tenaga kesehatan lain secara
sengaja tidak (lagi) memberikan bantuan
medis yang dapat memperpanjang hidup
kepada pasien..
Contoh Kasus Euthanasia Pasif
• Orang sakit yang sudah dalam keadaan koma
cukup lama, disebabkan benturan pada otak yang
tidak ada harapan untuk sembuh. Pasien hanya
terkapar, tidak sadarkan diri selama beberapa
tahun. Dalam kondisi demikian, jika pengobatan
terhadapnya dihentikan, akan dapat
mempercepat kematiannya (Utomo, 2003:177).
• 3. Auto-euthanasia(non agresif), artinya
seorang pasien menolak secara tegas
dengan sadar untuk menerima perawatan
medis dan ia mengetahui bahwa hal ini akan
memperpendek atau mengakhiri hidupnya.
– Pak Anto terkena AIDS tingkat akhir, membuat ia
hanya bisa tertidur berbaring di ranjang dan
mengalami berbagai penderitaan. Karena merasa
dirinya sudah tidak ada artinya lagi, dan terapi
yang digunakan hanya untuk menghambat
kematiannya. Akhirnya ia memutuskan untuk
menolak perawatan yang selama ini dijalaninya.
Macam-macam Euthanasia
Dari sudut maksud:
1. Euthanasia langsung (direct), artinya tujuan tindakan
diarahkan langsung pada kematian.
2. Euthanasia tidak langsung (indirect), artinya tujuan tindakan
tidak langsung untuk kematian tetapi untuk maksud lain
misalnya meringankan penderitaan.
Dari sudut otonomi penderita:
3. Penderita sadar dan dapat menyatakan kehendak atau tak
sadar dan tidak dapat menyatakan kehendak (incompetent).
4. Penderita tidak sadar tetapi pernah menyatakan kehendak
dan diwakili oleh orang lain (transmitted judgement).
5. Penderita tidak sadar tetapi kehendaknya diduga oleh orang
lain (substituted judgement).
Dari sudut motif dan prakarsa :

1. Prakarsa dari penderita sendiri,


artinya penderita sendiri yang
meminta agar hidupnya dihentikan
2. Prakarsa dari pihak luar; artinya
orang lain yang meminta agar
seorang pasien dihentikan
kehidupannya karena berbagai
sebab.
Euthanasia ditinjau dari sudut tujuan
• Pembunuhan berdasarkan belas kasihan (mercy killing)
• Eutanasia hewan
• Eutanasia berdasarkan bantuan dokter, ini adalah bentuk lain
daripada eutanasia agresif secara sukarela
Dari sudut pemberian izin
1. Euthanasia diluar kemauan pasien:
suatu tindakan euthanasia yang bertentangan dengan
keinginan si pasien untuk tetap hidup. Tindakan
eutanasia semacam ini dapat disamakan dengan
pembunuhan.
2. Euthanasia secara tidak sukarela:
Euthanasia semacam ini seringkali menjadi bahan
perdebatan dan dianggap sebagai suatu tindakan yang
keliru oleh siapapun juga. Hal ini terjadi apabila
seseorang yang tidak berkompeten atau tidak berhak
untuk mengambil suatu keputusan misalnya statusnya
hanyalah seorang wali dari si pasien (seperti pada
kasus Terri Schiavo). Kasus ini menjadi sangat
kontroversial sebab beberapa orang wali mengaku
memiliki hak untuk mengambil keputusan bagi si
pasien.
3. Euthanasia secara sukarela:
dilakukan atas persetujuan si pasien sendiri, namun hal
ini juga masih merupakan hal kontroversial.
• Definisi secara etimologis:
Kata euthanasia terdiri dari dua kata dari bahasa
Yunani eu (baik) dan thánatos (kematian). Jadi
secara harafiah euthanasia berarti mati yang layak
atau mati yang baik (good death) atau kematian yang
lembut.
• Definisi secara terminologis:
- Sejak abad 19 terminologi
euthanasia dipakai untuk
penghindaran rasa sakit dan
peringanan pada umumnya
bagi yang sedang menghadapi
kematian dengan pertolongan
dokter.
Faktor penyebab euthanasia
• Faktor Sosial
o Merasa telah membebani keluarga
• Faktor Psikologi
o Untuk meringankan penderitaan pasien.
o Kurangnya mendekatkan diri kepada
Tuhan.
• Faktor finansial
o Biaya medis yang tinggi.
Berdasarka Pemicu
• Dikarenakan ada usaha untuk
membunuh istrinya, terdapat dua jenis
klasifikasi.
• Euthanasia istrinya : Euthanasia aktif,
euthanasia langsung, Euthanasia diluar
kemauan pasien , Euthanasia dari
pihak luar, Pembunuhan berdasarkan
belas kasihan
• Euthanasia Heinz Klinkermann : Auto-
Euthanasia, Euthanasia sukarela,
Euthanasia dari pihak sendiri
LO 2
MMM PANDANGAN AGAMA
TENTANG EUTHANASIA
Euthanasia dalam
Pandangan Agama Islam
• Islam mengakui hak seseorang untuk hidup dan mati, namun
hak tersebut merupakan anugerah Allah kepada manusia.
Hanya Allah yang dapat menentukan kapan seseorang lahir
dan kapan ia mati (QS 22: 66; 2: 243). Oleh karena itu, bunuh
diri diharamkan dalam hukum Islam meskipun tidak ada teks
dalam Al Quran maupun Hadis yang secara eksplisit melarang
bunuh diri.
• "Janganlah engkau membunuh dirimu sendiri," (QS 4: 29),
yang makna langsungnya adalah "Janganlah kamu saling
berbunuhan." Dengan demikian, seorang Muslim (dokter)
yang membunuh seorang Muslim lainnya (pasien) disetarakan
dengan membunuh dirinya sendiri.
• Eutanasia dalam ajaran Islam disebut qatl ar-rahmah atau
taisir al-maut (eutanasia), yaitu suatu tindakan memudahkan
kematian seseorang dengan sengaja tanpa merasakan sakit,
karena kasih sayang, dengan tujuan meringankan penderitaan
si sakit, baik dengan cara positif maupun negatif.
Euthanasia dalam
Pandangan Agama Islam
• Euthanasia Aktif
– Syariah Islam mengharamkan euthanasia aktif, karena
termasuk dalam kategori pembunuhan sengaja (al-qatlu
al-‘amad)
– Dokter yang melakukan euthanasia aktif, menurut hukum
pidana Islam akan dijatuhi qishash (hukuman mati karena
membunuh), oleh pemerintahan Islam (Khilafah), sesuai
firman Allah : Bukhari dan Muslim).
– Dengan mempercepat kematian pasien dengan
euthanasia aktif, pasien tidak mendapatkan manfaat
(hikmah) dari ujian sakit yang diberikan Allah kepada-Nya,
yaitu pengampunan dosa. Rasulullah SAW
bersabda,”Tidaklah menimpa kepada seseorang muslim
suatu musibah, baik kesulitan, sakit, kesedihan,
kesusahan, maupun penyakit, bahkan duri yang
menusuknya, kecuali Allah menghapuskan kesalahan atau
dosanya dengan musibah yang menimpanya itu.”
Euthanasia dalam
Pandangan Agama Islam

• Euthanasia Pasif
– Apabila penderita sakit kelangsungan hidupnya tergantung pada
pemberian berbagai macam media pengobatan dengan cara
meminum obat, suntikan, infus dan sebagainya, atau
menggunakan alat pernapasan buatan dan peralatan medis
modern lainnya dalam waktu yang cukup lama, tetapi penyakitnya
tetap saja tidak ada perubahan, maka melanjutkan pengobatannya
itu tidak wajib dan tidak juga sunnah sebagaimana difatwakan oleh
Syeikh Yusuf Al-Qardhawi dalam Fatawa Mu’ashirahnya
– Yang penting sudah berikhtiar (berusaha) sampai akhir hayatnya,
bila mengambil pilihan lain dengan merawat dirumah & berdoa, itu
pun termasuk ikhtiar.
Euthanasia dalam
Pandangan Agama Protestan

• Iman Kristen, secara tegas menolak


euthanasia aktif ini (entah suntik mati
atau bunuh diri berbantuan).
• Alasannya adalah bahwa Tuhanlah
yang memberikan kepada manusia
nafas kehidupan (Kej 2:7), maka Tuhan
jugalah yang berhak memanggilnya
kembali.
Euthanasia dalam
Pandangan Agama Katholik
• Dalam dokumen Gaudium et Spes (GS art. 27) yang
dibuat pada Konsili Vatikan II dikatakan bahwa
Gereja dengan tegas menolak tindakan eutanasia
karena hal itu berlawanan dengan kehidupan itu
sendiri.
• Paus Yohanes Paulus II menegaskan bahwa
euthanasia merupakan tindakan belas kasihan yang
keliru, belas kasihan yang semu: "Belas kasihan yang
sejati mendorong untuk ikut menanggung
penderitaan sesama. Belas kasihan itu tidak
membunuh orang, yang penderitaannya tidak dapat
kita tanggung" (Evangelium Vitae, nomor 66)
Euthanasia dalam
Pandangan Agama Katholik
• Dalam Kongregasi untuk Ajaran Iman mengeluarkan deklarasi
tentang euthanasia pada 5 Mei 1980, yang berisi bahwa
1. Gereja menolak dengan tegas euthanasia aktif langsung
karena dipandang sama dengan tindakan pembunuhan
yang melanggar perintah Allah “Jangan membunuh”
(Keluaran 20:13).
2. Tindakan euthanasia aktif tidak langsung dapat ditolerir
karena di sini kematian bukan menjadi tujuan utama.
Dengan syarat bahwa secara medis orang itu sudah tidak
tertolong lagi dan biaya untuk pelayanan itu sudah
dikategorikan ekstra ordinaries (tidak biasa).
3. Tindakan euthanasia pasif juga dapat ditolerir jika fasilitas
dan obat-obatan memang tidak ada dan kepastian
sembuh untuk pasien sudah tidak ada lagi.
Euthanasia dalam
Pandangan Agama Hindu
• Pandangan agama Hindu terhadap euthanasia didasarkan pada
ajaran tentang karma, moksa dan ahimsa.
• Karma adalah suatu konsekuensi murni dari semua jenis kehendak
dan maksud perbuatan, yang baik maupun yang buruk, lahir atau
batin dengan pikiran kata-kata atau tindakan.
• Akumulasi terus menerus dari “karma” yang buruk adalah
penghalang “moksa” yaitu suatu kebebasan dari siklus reinkarnasi.
• Ahimsa adalah prinsip “anti kekerasan” atau pantang menyakiti
siapa pun juga.
• Bunuh diri adalah suatu perbuatan yang terlarang di dalam ajaran
Hindu sebab perbuatan tersebut dapat menjadi faktor yang
mengganggu karena menghasilkan “karma” buruk. Kehidupan
manusia adalah kesempatan yang sangat berharga untuk meraih
tingkat yang lebih baik dalam kelahiran kembali.
Euthanasia dalam
Pandangan Agama Budha
• Dalam sudut pandang Buddhis, kasus euthanasia seharusnya
tidak boleh dilakukan karena merupakan suatu pembunuhan
yang menyebabkan karma buruk. Kita harus merawat keluarga
kita dengan sekuat tenaga
• Melanggar sila pertama dari Pancasila Buddhis
( Panatipata Veramani sikkhapadam samadiyami /bertekad
akan melatih diri menghindari pembunuhan makhluk hidup)
Kesimpulan
• Semua agama menolak adanya praktik
euthanasia karena tidak sesuai dengan
ajaran agam masing masing.
LO 3
MMM PANDANGAN DAN
PERAN MEDIS DAN ETIKA
KEDOKTERAN
Kode Etik Kedokteran Indonesia
menggunakan Euthanasia dalam
tiga arti:
1. Berpindahnya ke alam baka dengan
tenang dan aman tanpa penderitaan, buat
yang beriman dengan nama Tuhan di bibir.
2. Waktu hidup akan berakhir, diringankan
penderitaan si sakit dengan memberi obat
penenang.
3. Mengakhiri penderitaan dan hidup seorang
sakit dengan sengaja atas permintaan
pasien sendiri dan keluarganya.
Aspek KODEKI
Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)
Pasal 1
• Setiap dokter harus menjunjung tinggi,
menghayati dan mengamalkan sumpah dokter.
Pasal 2
• “Seorang dokter harus senantiasa berupaya
melaksanakan profesinya sesuai dengan standar
profesi tertinggi”.
Pasal 7d
• Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan
kewajiban melindungi hidup makhluk insani.
Aspek Medis
• Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :
434/Men.Kes/SK/X/1983 pasal 10  Setiap dokter harus
senantiasa mengingat akan kewajibannya untuk melindungi
‘hidup’ makhluk insani
• Etika Kedokteran, tidak memperbolehkan :
– Menggugurkan kandungan (abortus provocatus).
– Mengakhiri hidup seseorang penderita, yang menurut ilmu
dan pengalaman tidak mungkin akan sembuh lagi
(euthanasia).
• Di Indonesia, lkatan Dokter Indonesia (IDI)
dengan surat keputusan Nomor 336/PB/A.4/88
merumuskan bahwa :
– Seseorang dinyatakan mati apabila fungsi
spontan pernafasan dan jantung telah
berhenti secara pasti (irreversible), atau
apabila terbukti telah terjadi kematian batang
otak
• Ditegaskan pula dalam Surat Edaran IDI
No.702/PB/H2/09/2004 yang menyatakan
sebagai berikut:
“Di Indonesia sebagai negara yang berazaskan
Pancasila, dengan sila yang pertamanya adalah
Ke Tuhanan Yang Maha Esa, tidak mungkin dapat
menerima tindakan “euthanasia aktif”
SUMPAH HIPPOCRATES
“Saya akan menggunakan pengobatan untuk menolong orang
sakit sesuai kemampuan dan penilaian saya, tetapi tidak akan
pernah untuk mencelakai atau berbuat salah dengan sengaja.
Tidak akan saya memberikan racun kepada siapa pun bila
diminta dan juga tak akan saya sarankan hal seperti itu.”

• Sasarannya adalah mengupayakan


penyembuhan manusia seutuhnya, karena
hidup manusia harus dihormati secara utuh.
Lafal sumpah dokter
Demi Allah/Sang I lyang Adhi Buddha/Sang Hyang
Widi Wasad,
saya bersumpah, bahwa :
1. Saya akan membaktikan hidup saya guna
kepentingan kemanusiaan
2. Saya akan memelihara dengan sekuat tenanga
martabat dan tradisi luhur jabatan kedokteran
3. Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara
terhormat dan bersusila, sesuai dengan martabat
pekerjaan saya sebagai dokter
4. Saya akan merahasiakan sesuatu yang saya
ketahui kepada orang lain karena pekerjaan saya
dan karena keilmuan saya sebagai dokter
5. Saya tidak akan mempergunakan pengetahuan
kedokteran saya untuk sesuatu yang
bertentangan dengan perikemanusiaan,
sekalipun diancam
6. Saya akan menghormati setiap hidup insan,
mulai dari saat pembuahan
7. Saya akan senantiasa mengutamakan
kesehatan penderita
8. Saya akah berikhtiar dengan sunguh-sunguh
supaya saya tidak terpengaruh oleh
pertimbangan keagamaan, kebangsaan,
kesukuan, politik kepartaian atau kedudukan
sosial dengan menunaikan kewajiban terhadap
penderita
9. Saya akan memberikan kepada guru-guru saya
penghormatan dan pernyataan terima kasih yang
selayaknya
10. Saya akan memperlakukan teman sejawat saya
sebagaimana saya sendiri ingin diperlakukan
11. Saya akan mentaati dan mengamalkan Kode Etik
Kedokteran Indonesia yang berdasarkan
Pancasila
12. Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-
sungguh dan dengan mempertaruhkan
kehormatan diri saya
Kendala Praktik Dokter Dalam Melakukan
Euthanasia

• Menurut Deklarasi Lisabon 1981, euthanasia dari sudut


kemanusiaan dibenarkan dan merupakan hak bagi pasien
yang menderita sakit yang tidak dapat disembuhkan
• Pertama, dokter terikat dengan kode etik kedokteran bahwa
ia dituntut membantu meringankan penderitaan pasien Tapi
di sisi lain, dokter menghilangkan nyawa orang lain yang
berarti melanggar kode etik kedokteran itu sendiri
• Kedua, tindakan menghilangkan nyawa orang lain
merupakan tindak pidana di negara mana pun
(Utomo, 2003:178)
LO 4
MMM PANDANGAN HUKUM
INDONESIA DAN PROSEDUR
YANG TIDAK MELANGGAR
HUKUM TENTANG
EUTHANASIA
Pandangan Hukum di
Indonesia
 Secara hukum di Indonesia praktek euthanasia (aktif) dilarang. KUHP Bab
IX tentang “Kejahatan terhadap Nyawa”, pasal 344 berbunyi demikian:
“Barangsiapa merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu yang
jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati, diancam dengan pidana
penjara paling lama dua belas tahun.”
Lalu pasal 345:
“Barangsiapa sengaja mendorong orang lain untuk bunuh diri,
menolongnya dalam perbuatan itu, atau memberi sarana kepadanya untuk
itu, diancam dengan pidana paling lama empat tahun kalau orang itu jadi
bunuh diri.”

 Sementara untuk euthanasia pasif,dokter harus bisa membuktikan bahwa


tindakan medik terhadap pasien sudah tidak ada gunanya lagi atau
membuktikan bahwa tindakan medik yang dilakukannya itu bertujuan untuk
meringankan penderitaan pasien.
Aspek Hukum
• Belum ada UU yang mengatur euthanasia secara khusus.
• Namun pasal-pasal yang dapat diterapkan berkaitan dengan
euthanasia adalah pasal mengenai pembunuhan, yakni pasal
338 KUHP, 340 KUHP, 344 KUHP,345 KUHP, dan 359 KUHP
KUHP YANG BERKAITAN
DENGAN EUTHANASIA
‐ Pasal 344 KUHP
Barangsiapa memnghilangkan jiwa orang lain atas
permintaan orang itu sendiri, yang disebutnya
dengan nyata dan dengan sungguh2, dihukum
penjara selama-lamanya dua belas tahun
‐ Pasal 338 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja menghilangkan jiwa
orang lain, dihukum karena makar mati, dengan
penjara selama-lamanya lima belas tahun
‐ Pasal 359 KUHP
Barangsiapa karena salahnya menyebabkan
matinya orang, dihukum penjara selama-lamanya
lima tahun atau kurungan selama-lamanya satu
tahun.
KUHP YANG BERKAITAN
DENGAN EUTHANASIA
- Pasal 340 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja dan
direncanakan lebih dahulu menghilangkan jiwa
orang lain, dihukum, karena pembunuhan
direncanakan (moord) dengan hukuman mati
atau penjara selama-lamanya seumur hidup
atau penjara sementara selama-lamanya dua
puluh tahun
‐ Pasal 345 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja menghasut
orang lain untuk membunuh diri, menolongnya
dalam perbuatan itu, atau memberikan daya
upaya itu jadi bunuh diri, dihukum penjara
selama-lamanya empat tahun.
Merujuk pada KUHP
• Pasal 304 KUHP
Barang siapa dengan sengaja menyebabkan atau membiarkan
orang dalam kesengsaraan, sedang ia wajib memberikan
kehidupan, perawatan kepada orang itu,karena hukum berlaku
baginya atau perjanjian, dipidana dengan pidana penjara
selama – lamanya dua tahun delapan bulan.
• Pasal 306 KUHP
1. Jika salah satu perbuatan tersebut
dalam pasal 304 dan 305 berakibat
luka berat, yang bersalah dipidana
dengan pidana penjara selama –
lamanya 7 tahun 6 bulan

2. Jika salah satu perbuatan tersebut


berakibat matinya orang, maka yang
bersalah dipidana dengan pidana
penjara selama – lamanya 9 tahun
RINGKASAN HUKUM EUTHANASIA
• Euthanasia aktif
– Euthanasia aktif atas permintaan pasien : Pasal. 344 KUHP
– Euthanasia aktif tanpa permintaan pasien : Pasal. 340 KUHP
– Euthanasia aktif tanpa sikap dari pasien : Pasal. 340, 338, KUHP
– Euthanasia tidak langsung
• Euthanasia tidak langsung atas permintaan pasien : Pasal.
344, 359
• Euthanasia tidak langsung tanpa permintaan pasien : Pasal.
340, 359
• Euthanasia tidak langsung tanpa sikap pasien : Pasal. 304,
359

• Euthanasia pasif
– Euthanasia pasif atas permintaan pasien : Tidak dihukum
– Euthanasia pasif tanpa permintaan pasien : Pasal. 304 jo 306 (2)
– Euthanasia pasif tanpa sikap pasien : Pasal. 304 jo 306 (2)
Aspek HAM
• Hak asasi manusia (HAM) selalu dikaitkan dengan
hak hidup, hak damai, & sebagainya. Tapi tidak
tercantum jelas adanya hak seseorang untuk mati.
• Mati sepertinya justru dihubungkan dengan
pelanggaran HAM, terbukti dari aspek hukum
euthanasia yang cenderung menyalahkan tenaga
medis dalam pelaksanaan euthanasia.
• Sebenarnya, dengan dianutnya hak untuk hidup
layak & sebagainya, secara tidak langsung
seharusnya terbersit adanya hak untuk mati, apabila
dipakai untuk menghindarkan diri dari segala
ketidaknyamanan atau lebih jelas lagi dari segala
penderitaan yang hebat.
Syarat Euthanasia
Pelaksanaan Euthanasia di Indonesia dapat dilakukan dengan
syarat-syarat tertentu, antara lain:
1. Orang yang ingin diakhiri hidupnya adalah orang yang benar-
benar sedang sakit & tidak dapat diobati, misalnya kanker.
2. Pasien berada dalam keadaan terminal, kemungkinan
hidupnya kecil & tinggal menunggu kematian.
3. Pasien harus menderita sakit yang amat sangat, sehingga
penderitaannya hanya dapat dikurangi dengan pemberian
morfin.
4. Yang boleh melaksanakan bantuan pengakhiran hidup pasien,
hanyalah dokter keluarga yang merawat pasien & ada dasar
penilaian dari dua orang dokter spesialis yang menentukan
dapat tidaknya dilaksanakan euthanasia
LO 5
MMM SARAN DAN SOLUSI
Saran
• Untuk dokter :
1. Sebagai dokter, kita bisa mencoba mengajukan
peringanan biaya perawatan rumah sakit,
menyarankan keluarganya agar meminta surat
keterangan miskin, dsb.
2. Memberikan saran kepada keluarga agar pasien
tetap dirawat di Rumah Sakit dengan menganjurkan
mencari bantuan terhadap pihak-pihak terkait
3. Melakukan Komunikasi, Memberikan Informasi dan
Edukasi terhadap keluarga pasien mengenai
keadaan pasien
Saran
Untuk keluarga pasien :
o Bantuan dukungan emosional dan spiritual bagi
pasien
o Merawat dan membiarkan pasien merasa nyaman
dengan sisa waktunya di rumah
o Berkonsultasi dan mengajak pemuka agama
beserta umat yang lain untuk mendoakan pasien
o Pihak keluarga meminta bantuan atau keringanan
kepada pihak-pihak terkait :
1. Rumah Sakit
2. Pemerintah daerah (surat keterangan tidak
mampuh)
3. Jamkesmas
4. Mencari donatur sukarela (dokter dan
masyarakat umum)
Saran
Untuk pasien :
– Meningkatkan keimanan dan ketakwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa
– Tidak mudah menyerah dalam
menghadapi cobaan hidup
– Tidak berfikir sebagai beban keluarga &
masyarakat
KESIMPULAN
1. Euthanasia lebih menunjukkan perbuatan yang membunuh
karena belas kasihan, maka menurut pengertian umum sekarang
ini, euthanasia dapat diterangkan sebagai pembunuhan yang
sistematis karena kehidupannya merupakan suatu kesengsaraan
dan penderitaan.

2. Euthanasia dapat dikelompkkan menjadi euthanasia aktif,


euthanasia pasif, euthanasia volunter, dan uethanasia involunter.
3. Menurut kode etik kedokteran, dokter tidak diperbolehkan
mengakhiri hidup seorang yang sakit meskipun menurut
pengetahuan dan pengalaman tidak akan sembuh lagi.

4. Di Indonesia dilihat dari perundang-undangan dewasa ini,


memang belum ada pengaturan (dalam bentuk undang-undang)
yang khusus dan lengkap tentang euthanasia. Maka satu-satunya
yang dapat dipakai sebagai landasan hukum, adalah apa yang
terdapat di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai