Anda di halaman 1dari 49

Sindrom Perilaku Yang Berhubungan

Dengan Gangguan Fisiologis Dan Faktor


Fisik
A g u n g S a p u t r a & S h o ff i r a F a t h i y a
P e m b i m b i n g : d r. S a f y u n i N a s w a t i , S p K J

KEPANITERAAN KLINIK JIWA


RSJ DR SOEHARTO HEERDJAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019/1440H
TIDUR
NORMAL
TAHAP
TIDUR
SIKLUS TIDUR
Gel. Alfa, beta, theta

Gel. Delta 20%

Gel. Delta >50% Gel. Delta 20-50%


SIKLUS
- SISTEM KETERJAGAAN yaitu
bagian retikular activating system
(RAS) yang berasal dari batang
otak
PENGONTR - PUSAT TIDUR LAMBAT (NREM) di
hipotalamus yang mengandung
OL neuron tidur yang menginduksi tidur
- PUSAT TIDUR PARADOKSAL
(REM) dibatang otak yang
mengandung neuron tidur REM
FA K T O R YA N G
MEMPENGARU
H I K U A L I TA S
TIDUR
KLASIFIKASI GANGGUAN TIDUR
Menurut DSM IV-TR
(American Psychiatric
Menurut PPDGJ III Association)
GANGGUAN TIDUR NON ORGANIK

DYSSOMNIA PARASOMNIA
DYSSOMNIA

• Primer
• Sekunder
TATALAKSA
NA
– Sebaiknya obat tidur tidak diresepkan lebih dari
2 minggu karena dapat terjadi toleransi putus
obat.
PEMILIHAN OBAT
HIPERSOMNIA
HIPERSOMNIA
TATALAKSA
NA
SLEEP-WAKE CYCLE DISTURBANCE
SLEEP-WAKE CYCLE DISTURBANCE
SLEEP-WAKE CYCLE DISTURBANCE
CONTOH KASUS
PARASOMNIA
 Peristiwa episodik abnormal yang terjadi selama
tidur.
 Merupakan fenomena yang tidak diinginkan atau
yang tidak biasa yang terjadi tiba – tiba saat
tidur atau terjadi pada ambang antara bangun
dan tidur.
 Biasanya terjadi pada tahap 3 dan 4.
PARASOMNIA

Parasomnias Usually
Disorders of Arousal Associated with REM
(from NREM Sleep) Sleep Other Parasomnias
Pasien duduk dan kadang-kadang melakukan serangkaian
tindakan seperti berjalan, berpakaian, pergi ke kamar mandi,
berbicara, berteriak, dan bahkan menyetir.

S L E E P WA L K I
NG
(SOMNABULISME)
Perilaku ini kadang berakhir dengan terbangun disertai
beberapa menit kebingungan; lebih sering lagi, mereka kembali
tidur tanpa mengingat peristiwa sleepwalking tersebut.
Kelainan neurologis ringan mungkin mendasari keadaan ini;
episode ini sebaiknya tidak murni dianggap psikogenik.
Faktor risiko lainnya: stress psikososial, kelelahan berat, kurang
tidur.

S L E E P WA L K I
NG
(SOMNABULISME
)
Terapi terdiri atas upaya pencegahan cedera, dan obat yang
menekan tidur tahap 3 dan 4.
Sleepwalker dapat dibangunkan selama episode tanpa ada
pengaruh buruk.
SLEEPWALKING (SOMNABULISME)

Seorang anak perempuan berusia 11 tahun meminta ibunya untuk


membawanya ke psikiater karena takut “menjadi gila”. Beberapa
kali selama 2 bulan terakhir ini ia bangun dalam keadaan bingung,
ia berada dimana sampai ia sadar kalau ia berada di sofa ruang
tamu atau berada di tempat tidur adik perempuannya, meskipun
sebelumnya ia tidur di tempat tidur di dalam kamarnya sendiri.

Ketika ia baru-baru ini bangun di kamar kakak laki-lakinya, ia


menjadi sangat khawatir dan merasa bersalah. Adik
perempuannya berkata bahwa ia melihat kakaknya berjalan di
dalam tidurnya di malam hari, terlihat seperti “zombie”, dan tidak
menjawab saat dipanggil, dan telah berlangsung beberapa kali,
tetapi biasanya kembali ke tempat tidurnya sendiri. Pasien takut ia
memiliki “amnesia” karena ia tidak memiliki daya ingat akan apa
yang telah terjadi di malam hari tersebut.

Tidak ada riwayat bangkitan atau episode serupa di siang hari.


Pemeriksaan fisik dan EEG terbukti normal. Status mental pasien
biasa-biasa saja kecuali untuk ansietas mengenai gejala serta
kekhawatiran remaja awal yang biasa. Fungsi keluarga dan
sekolah sangat baik.
Mimpi buruk terjadi dalam tidur REM dan biasanya berevolusi
dari mimpi panjang dan rumit yang menjadi semakin
menakutkan.

NIGHTMARES

Orang yang bangun dari mimpi buruk, biasanya mengingat


mimpinya (berbeda dengan gangguan teror tidur).
Mimpi buruk yang sering dan menyusahkan terkadang
menyebabkan insomnia karena orang tersebut takut tidur.

NIGHTMARE
S

Biasanya tidak ada terapi spesifik yang diperlukan untuk


gangguan mimpi buruk.
Tidak ada akibat yang membahayakan dari membangunkan
orang yang sedang mengalami mimpi buruk.
NIGHTMARES
KESWAMAS
(KESEHATAN JIWA MASYARAKAT)
KESEHATAN
JIWA
KESEHATAN JIWA

SEHAT JIWA GANGGUAN JIWA


FAKTOR PENYEBAB GANGGUAN JIWA
KESEHATAN JIWA

ODMK ODGJ
EPIDEMIOLOGI
EPIDEMIOLOGI

(Riskesdas, 2018)
KESWAMAS
(Kesehatan Jiwa Masyarakat)
Prinsip
Pelayanan
Kesehatan Jiwa
Komunitas
Prinsip
Pelayanan
Kesehatan Jiwa
Komunitas
Prinsip
Pelayanan
Kesehatan Jiwa
Komunitas
TINGKAT PELAYANAN DAN INTERVENSI KESEHATAN JIWA
KOMUNITAS
1 PROMOTIF

UPAYA
PELAYANAN 2 PREVENTIF

KESEHATAN
JIWA 3 KURATIF

Menurut UU Kesehatan Jiwa


No.18 tahun 2014

4 REHABILITATIF
UPAYA PROMOTIF

– mempertahankan dan meningkatkan


derajat Kesehatan Jiwa masyarakat secara
optimal;
– menghilangkan stigma, diskriminasi,
pelanggaran hak asasi ODGJ sebagai
bagian dari masyarakat;
– meningkatkan pemahaman dan peran
serta masyarakat terhadap Kesehatan
Jiwa; dan
– meningkatkan penerimaan dan peran serta
masyarakat terhadap Kesehatan Jiwa.
UPAYA PREVENTIF
UPAYA REHABILITATIF
MEKANISME PELAYANAN KESEHATAN JIWA KOMUNITAS TINGKAT
PRIMER

Pusat pelayanan kesehatan berada di


Puskesmas. Puskesmas menerima
kasus secara langsung maupun tidak
langsung.
• Secara langsung kasus datang
sendiri atau dibawa oleh keluarga
atau pengantar.
• Secara tidak langsung kasus dirujuk
oleh pihak lain yang ada di
masyarakat baik perorangan
maupun lembaga.
Kasus juga bisa dijemput oleh
Puskesmas setelah mendapat
laporan/permintaan dari masyarakat.
Selain itu, kasus juga dapat dirujuk dari
fasilitas dengan tingkat yang lebih
tinggi seperti Rumah Sakit atau
lembaga non-kesehatan yang ada di
MEKANISME PELAYANAN KESEHATAN JIWA KOMUNITAS TINGKAT
SEKUNDER

Pusat pelayanan kesehatan


berada di Rumah Sakit
Umum. Rumah Sakit Umum
menerima kasus secara
langsung maupun tidak
langsung.
• Secara langsung kasus
datang sendiri atau dibawa
oleh keluarga/pengantar
maupun dari Puskesmas.
• Secara tidak langsung
kasus dirujuk oleh pihak
lain yang ada di
masyarakat baik
perorangan maupun
lembaga.
Kasus dapat dirujuk kembali
dari fasilitas dengan tingkat
MEKANISME PELAYANAN KESEHATAN JIWA KOMUNITAS TINGKAT
TERSIER

Pusat pelayanan kesehatan berada di


Rumah Sakit Jiwa. Rumah Sakit Jiwa
menerima kasus secara langsung maupun
tidak langsung. Secara langsung individu
dapat datang sendiri atau dibawa oleh
keluarga/pengantar maupun dirujuk dari
Puskesmas atau Rumah Sakit Umum.

Secara tidak langsung individu dapat dirujuk


oleh pihak lain yang ada di masyarakat baik
perorangan maupun lembaga atau dari
penjemputan/ pengambilan individu oleh
petugas dari Rumah Sakit Jiwa (RSJ). Kasus
dapat dirujuk kembali dari Rumah Sakit Jiwa
ke fasilitas pelayanan sekunder maupun
primer.
MEKANISME PELAYANAN KESEHATAN JIWA KOMUNITAS DI SARANA
NON-KESEHATAN

 Pusat pelayanan kesehatan berada di


lembaga non-kesehatan
(Posbindu/Pesantren/Panti Pemulihan).
 Kasus dapat dirujuk langsung oleh pihak
lembaga non-kesehatan yang ada di
masyarakat ke Puskesmas, Rumah Sakit
Umum atau Rumah Sakit Jiwa.
 Kasus juga bisa dijemput oleh Puskesmas
maupun oleh Rumah sakit Jiwa.
DAFTAR PUSTAKA

Benjamin James Sadock, Virginia Alcott Sadock, Pedro Ruiz. Kaplan & Sadock’s Synopsis of
Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. Wolters Kluwer 2015; 11: 538, 555-6.
Rusdi Maslim. Buku Saku Diagnosis Gangguang Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-5.
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya 2013: 92, 94-5.
Kementrian Kesehatan RI. Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa. Kementrian Kesehatan RI
2015: 7, 14-5, 18, 20-5.
Kementriaan Hukum dan HAM RI. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014
Tentang
Kesehatan Jiwa. Kementriaan Hukum dan HAM RI 2014: 2-11.

Anda mungkin juga menyukai