Anda di halaman 1dari 29

Kelompok 2

E sulis
Resti Lestari
Risa Sri
Shofia Herliani F
Silvia Margaretha
Vica Almahera
kriteria monitoring dan evaluasi
patient safety
Pengertian Monitoring

Monitoring adalah pemantauan


yang dapat dijelaskan sebagai kesadaran
(awareness) tentang apa yang ingin
diketahui, pemantauan berkadar tingkat
tinggi dilakukan agar dapat membuat
pengukuran melalui waktu yang
menunjukkan pergerakan kearah tujuan
atau menjauh dari itu. Proses
monitoring juga dapat diartikan sebagai
proses rutin pengumpulan data dan
pengukuran kemajuan atas objektif
program (Widiastuti dan Susanto, 2012).
Pengertian Evaluasi

Evaluasi merupakan suatu proses untuk


menentukan relevansi, efisiensi,
efektivitas dan dampak kegiatan
program atau proyek yang sesuai
dengan tujuan yang akan dicapai serta
sistematis dan objektif. Evaluasi juga
diartikan sebagai pengukuran dari
konsekuensi yang dikehendaki dan tidak
dikehendaki dari suatu tindakan yang
telah dilakukan dalam rangka mencapai
beberapa tujuan yang akan dinilai
(Hendrawan, 2009).
Tujuan Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi bertujuan


memberikan gambaran lengkap tentang
implementasi program, terutama untuk
mengetahui ketercapaian dari
pelaksanaan program dan mengetahui
kekuatan, kelemahan, peluang dan
hambatan yang terjadi sehingga Informasi
ini berguna bagi pengambil keputusan
untuk melakukan penyesuaian dan
perbaikan guna mencapai target yang
telah ditetapkan secara efektif dan efisien
(Kemdikbud, 2013).
Pelaksana Monitoring dan Evalusi

a.Rumah Sakit
Pimpinan rumah sakit melakukan monitoring
dan evaluasi pada unit-unit kerja di rumah
sakit terkait dengan pelaksanaan
keselamatan pasien di unit kerja.

b.Di Provinsi
Dinas Kesehatan Provinsi dan PERSI Daerah
melakukan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan Program Keselamatan Pasien
Rumah Sakit di wilayah kerjanya.
C.Di Pusat
1) Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit
melakukan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan Keselamatan Pasien Rumah
Sakit di semua rumah sakit.
2) Monitoring dan evaluasi dilaksanakan
minimal satu tahun sekali (Winarsih, 2012).
Waktu Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi

Pelaksanaan monitoring di tingkat


managemen lokal dilakukan secara intensif
setiap minggu, sedangkan untuk tingkat
managemen pusat dilakukan dalam setiap
pelaksanaan kegiatan yang disesuaikan
dengan kebutuhan (Ardana, 2015)
Hal-Hal yang Dimonitoring dan Evaluasi

Hal-hal yang dimonitoring dan evaluasi


(Soebandi, 2016):

a.Budaya keselamatan pasien


b.Pendidikan dan pelatihan
c.Leadership
d.Pelaporan
e.Standar
f.Implementasi Sasaran Keselamatan Pasien
(Patient Safety Goals).
Kriteria Monitoring dan Evaluasi

Berdasarkan Panduan Nasional Keselamatan


Pasien Rumah Sakit (Patient Safety) 2008
disebutkan bahwa kriteria monitoring dan evaluasi
dapat dilakukan oleh
1. RUMAH SAKIT
a) Program rumah sakit secara berkala
melakukan monitoring dan evaluasi program
keselamatan pasien yang dilaksanakan oleh Unit
Kerja Keselamatan pasien Rumah Sakit.
b) Unit Kerja Keselamatan Pasien Rumah Sakit
secara berkala (paling lama 2 tahun) melakukan
evaluasi pedoman, kebijakan dan prosedur
keselamatan pasien yang dipergunakan di rumah
sakit.
c) Unit Kerja Keselamatan Pasien Rumah Sakit
melakukan kagiatan setiap triwulan dan
membuat tindak lanjutnya.
2. KARS

KARS melakukan monitoring dan evaluasi


pelaksanaan program keselamatan pasien
dengan menggunakan instrument akreditasi
rumah sakit.
3. KKPRS-PERSI

a) KKPRS melakukan monitoring dan evaluasi


pedoman-pedoman yang telah disusun paling
lama setiap 2 tahun sekali.
b) KKPRS melakukan monitoring dan evaluasi
kegiatan yang telah dilakukan oleh rumah
sakit.
Langkah-langkah Kegiatan Pelaksanaan Patient
Safety

Guna melaksanakan kegiatan patient safety


maka ada langkah-langkah yang harus dilakukan
baik di rumah sakit, di provinsi/kabupatenkota,
maupun di pusat (Modul Manajemen Patient
Safety, elearning.medistra.ac.id)
1.Di Rumah Sakit

Rumah sakit agar membentuk Tim Keselamatan


Pasien Rumah Sakit, dengan susunan organisasi
sebagai berikut: Ketua: dokter, Anggota: dokter,
dokter gigi, perawat, tenaga kefarmasian dan tenaga
kesehatan lainnya.
a. Rumah sakit agar mengembangkan sistem
informasi pencatatan dan pelaporan internal tentang
insiden
b. Rumah sakit agar melakukan pelaporan insiden ke
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS)
secara rahasia
c. Rumah Sakit agar memenuhi standar
keselamatan pasien rumah sakit dan
menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan
pasien rumah sakit.
d. Rumah sakit pendidikan mengembangkan
standar pelayanan medis berdasarkan hasil dari
analisis akar masalah dan sebagai tempat
pelatihan standar-standar yang baru
dikembangkan.
2. Di Provinsi/Kabupaten/Kota

a. Melakukan advokasi program keselamatan pasien ke


rumah sakit-rumah sakit di wilayahnya
b. Melakukan advokasi ke pemerintah daerah agar
tersedianya dukungan anggaran terkait dengan program
keselamatan pasien rumah sakit.
c. Melakukan pembinaan pelaksanaan program
keselamatan pasien rumah sakit
d. Melakukan sosialisasi dan advokasi program
keselamatan pasien ke Dinas Kesehatan
Propinsi/Kabupaten/Kota, PERSI Daerah dan rumah sakit
pendidikan dengan jejaring pendidikan.
e. Mengembangkan laboratorium uji coba program
keselamatanpasien
3. Di Pusat
a. Membentuk komite keselamatan pasien Rumah
Sakit dibawah Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia
b. Menyusun panduan nasional tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit Selain langkah-
langkah patient safety, terdapat pula standar
keselamatan pasien yang wajib diterapkan oleh
rumah sakit.
Berdasarkan Permenkes Terdiri dari tujuh standar
yaitu :
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode – metoda peningkatan kinerja
untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan
keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan
keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien
Kasus
Kasus an. Az dirumah sakit S
(Padang) umur 3 tahun pada tanggal 14
Febuari 2012, pasien dirawat diruangan
melati RS S (padang) dengna diagnosa
demam kejang. Sesuai order dokter infus
pasien harus diganti dengan didrip obat
penitoin. Beberapa menit kemudian
pasien mengalami kejang-kejang, untung
keluarga pasien cepat melaporkan
kejadian ini sehingga tidak menjadi
tambah parah dan infusnya langsung
diganti dan ditambah penition.
Pengembangan dan Penerapan Solusi
serta Monitoring dan Evaluasi

Berdasarkan kasus diatas solusi untuk


pemecahan masalah mengenai perawat yang
tidak mengikuti operan pergantian jam dinas.
Perawat harus mengetahui standar keselamatan
pasien sesuai dengan uraian DepKes, sebagai
berikut :
Standar Keselamatan Pasien RS (KARS – DepKes)
Standar I. Hak Pasien
Standar pasien dan keluarganya mempunyai hak
untuk mendapatkan informasi tentang rencana dan
hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya
kejadian tidak diharapkan.
Kriteria : Harus ada dokter penanggung jawab
pelayanan, dokter penanggung jawab pelayanan wajib
membuat rencana pelayanan, dokter penanggung
jawab pelayann wajib memberikan penjelasan secara
jelas dan benar kepada pasie dan keluarganya tentang
rencana dan hasil dan hasil pelayanan, pengobatan
atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan
terjadinya kejadian tidak diharapkan.
Standar II. Mendidik Pasien dan Keluarga

Standar RS harus mendidik pasien dan keluarganya


tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam
asuhan pasien.
Kriteria : Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat
dditingkatkan dengan keterlibatan pasien yang
merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu,
di RS harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien
dan keluarganya tentang kewjiban dan tanggung jawab
pasien dalam asuhan pasien.
Standar III. Keselamatan pasien dan kesinambungan
pelayanan
Standar : RS menjamin kesinambungan pelayanan
dan menjamin koordinasi anatr tenaga dan unit
pelayanan.
Kriteria : terdapat koordinasi pelayanan secara
menyeluruh mulai dari saat pasien masuk, pemeriksaan
diagnostik, perencanaan pelayanan, tindakan
pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari RS,
terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan
kebutuhan pasien yang kelayakan sumber daya secara
kesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan
transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan
lancar
Standar IV. Penggunaan metode-metode peningkatan
kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan
keselematan pasien.
Standar : RS harus mendesain proses baru atu
memperbaiki proses yang ada,memonitor dan
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,
menganalisis secara intensif Kejadian Tidak Diharapkan, dan
melakukan Perubahan untuk meningkatkan kinerja serta
keselamatan pasien.
Kriteria : Setiap RS harus melakukan proses
perancangan (desain) yang baik, mengacu pada visi, misi,
dan rujukan RS, Kebutuhan Pasien, petugas pelayan
kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat
dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien
sesuai dengan “Tujuh Langkah Menuju Keselematan Pasien
Standar V. Peran kepemimpinan dalam
meningkatkan keselamatan pasien

Standar: Pimpinan mendorong dan menjamin


implementasi program keselamatan pasien secara
terintegrasi dalam organsasi melalui penerapan “Tujuh
Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah sakit”,
Kriteria: Terdapat tim antar disiplin untuk
mengelola program keselamatan pasien, tersedia
program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan
dan program meminimalkan insiden, yang mencakup
jenis-jenis kejadian yang memerlukan perhatian, mulai
dari “kejadian nyaris cedera (Near miss) sampai dengan
“Kejadian Tidak Diharapkan”
Standar VI: mencakup keterkaitan jabatan dengan
keselamatan pasien secara jelas
Standar: rumah sakit menyelenggarakan pendidikan
dan pelatihan yang berkelanjutan untuk meningkatkan dan
memelihara kompetensi staf serta mendukung
pendekataninterdisiplin dalam pelayanan pasien.
Kriteria: Setiap rumah sakit harus memiliki program
pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi staf baru yang
memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya
masing-masing, setiap rumah sakit harus megintregasikan
topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan in-service
training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan
insiden dan setiap rumah sakit harus menyelenggarkan
pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork) guna
mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam
rangka melayani pasien.
Standar VII: Komunikasi merupakan kunci bagi staf
untuk mencapai keselamatan pasien

Standar: Rumah sakit merencanakan dan


mendesain proses manajemen informasi keselamatan
pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal
dan eksternal, transmisi data dan informasi harus tepat
waktu dan akurat. Kriteria: Perlu disediakan
anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi
tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien,
tesedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala
komunikasi untuk merevisi manajemen informasi yang
ada.
TERIMA KASIH
ATAS
PERHATIANNYA
………

Anda mungkin juga menyukai