Anda di halaman 1dari 16

ETIKA PROFESI FARMASI

NAMA : JUSMIATI
NIM : F. 18.029
KELAS :II.A
ETIKA PROFESI APOTEKER

 Etika dalam bahasa Yunani kuno : "ethikos", berarti


"timbul dari kebiasaan" adalah sebuah sesuatu dimana
dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari
nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar
dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan
penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk dan
tanggung jawab.
PENGERTIAN APOTEKER

 Apoteker adalah suatu profesi dibidang Kesehatan,


apoteker dapat dikatakan sebagai pekerjaan kefarmasian
yang diperoleh dari suatu negara sebagai otoritas
keahlian sehingga perlu adanya sumpah dalam hal
 profesionalitas.
SUMPAH ATAU JANJI APOTEKER

 ( PP No. 20 Tahun 1962 )


1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan,
terutamadalam bidang kesehatan;
 2. Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya
 dan keilmuan saya sebagai apoteker;
 3. Sekalipun diancam, saya tidak akan mempergunakan pengetahuan kefarmasian
 saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan hukum perikemanusiaan;
 4. Saya akan menjalankan tugas saya dengan sebaikbaiknya sesuai dengan martabat
 dan tradisi luhur jabatan kefarmasian;
 5. Dalam menunaikan kewajiban saya, saya akan berikhtiar dengan sungguh-
sungguh supaya tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan,
kebangsaan, kesukuan,
 politik,kepartaian, atau kedudukan sosial;
 6. Saya Ikrarkan Sumpah / Janji ini dengan sungguhsungguh dan dengan penuh
 keinsyafan;
CIRI - CIRI PROFESI
APOTEKER

 1. Memiliki tubuh pengetahuan kefarmasian yang berbatas jelas.


 2. Pendidikan khusus berbasis “keahlian” pada jenjang pendidikan
 tinggi farmasi.
 3. Memberi pelayanan kepada masyarakat, praktek dalam bidang
 profesi Apoteker.
 4. Memiliki perhimpunan dalam bidang keprofesian yang bersifat
 otonom yakni ISFI.
 5. Memberlakukan kode etik Apoteker.
 6. Memiliki motivasi altruistic dalam memberikan pelayanan
 kefarmasian.
 7. Proses pembelajaran seumur hidup.
 8. Mendapat jasa profesi.
KODE ETIK APOTEKER INDONESIA

 Keputusan Kongres Nasional XVII/2005


 Nomor : 007/KONGRES XVII/ISFI/ 2005
 tanggal 18 Juni 2005 tentang kode etik Apoteker
 Indonesia

YANG BUNYINYA

 Bahwasanya seorang Apoteker di dalam


 menjalankan tugas kewajibannya serta dalam
 mengamalkan keahliannya harus senantiasa
 mengharapkan bimbingan dan keridhaan
 Tuhan Yang Maha Esa. Apoteker di dalam
 pengabdiannya serta dalam mengamalkan keahliannya selalu berpegang
 teguh kepada sumpah/janji Apoteker.
kode etik apoteker Indonesia

 1. Setiap apoteker dalam melakukan pengabdian dan pengamalan


 ilmunyaharus didasari oleh sebuah niat luhur untuk kepentingan
 Makhluk Hidup sesuai dengan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa.
 2. Apoteker dalam dalam pengabdiannya serta dalam mengamalkan
 keahliannya selalu berpegang teguh pada sumpah dan janji apoteker
 sebagai komitmen seorang apoteker yang harus dijadikan landasan
 Moral dalam pengabdian profesinya
 3. Apoteker dalam pengabdian profesinya berpegang pada ikatan moral
 yaitu kode etik sebagai kumpulan nilai-nilai atau prinsip harus diikuti
 oleh apoteker sebagai pedoman dan petunjuk serta standar perilaku
 dalam bertindak dan mengambil keputusan
KEWAJIBAN UMUM ( BAB I, pasal 1 s/d 8 )
 1. Setiap Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah
apoteker.
 2. Setiap Apoteker harus berusaha dengan sungguhsungguh menghayati dan
 mengamalkan kode etik Apoteker Indonesia.
 3. Setiap Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai Kompetensi
 Apoteker Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh kepada
 prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya.
 4. Setiap Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang kesehatan
pada umumnya dan dibidang farmasi pada khususnya.
 5. Didalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker harus menjauhkan diri dari
usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan
tradisi luhur jabatan kefarmasian.
 6. Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang
lain.
 7. Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya.
 8. Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang-
undangan dibidang kesehatan pada umumnya dan dibidang farmasi pada khususnya.

KEWAJIBAN APOTEKER THD PENDERITA
(BAB II, psl. 9)

 Seorang Apoteker dalam melakukan pekerjaan


kefarmasian harus mengutamakan kepentingan
masyarakat dan menghormati hak asasi penderita dan
melindungi makhluk hidup insani.
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN SEJAWAT
(BAB III, psl. 10 s/d 12)

1. Setiap Apoteker harus memperlakukan teman sejawatnya


sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.
 2. Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan
saling menasehati untuk mematuhi ketentuan-
 ketentuan Kode Etik
 3. Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan
untuk meningkatkan kerja sama yang baik sesama Apoteker
didalam memelihara keluhuran martabat jabatan kefarmasian,
serta mempertebal rasa saling mempercayai didalam
menunaikan tugasnya.
KESEHATAN LAINNYA
(BAB IV, psl. 13 & 14)

1. Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap


kesempatan untuk membangun dan meningkatkan
2. hubungan profesi, saling mempercayai,
menghargai dan menghormati sejawat petugas
kesehatan lainnya.
3. Setiap Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari
tindakan atau perbuatan yang dapat
mengakibatkan berkurangnya/hilangnya kepercayaan
masyarakat kepada sejawat petugas kesehatan lainnya.
PENUTUP ( BAB V, psl. 15 )

1. Setiap apoteker bersungguh-sungguh


menghayati dan menggunakan Kode Etik Indonesia
dalam menjalankan tugas kefarmasian sehari-hari. Bila
seorang Apoteker baik sengaja maupun tidak
melanggar atau tidak memenuhi Kode Etik Apoteker
Indonesia, maka dia wajib mengakui dan menerima
sanksi dari pemerintah, ikatan/organisasi profesi
farmasi yang menanganinya (ISFI) dan
mempertanggung jawabkannya kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
CONTOH PELANGGARAN
ETIKA APOTEKER

 DI APOTEK:
1. Dokter menulis resep dengan kode, dan resep tersebut hanya bisa ditebus di
 apotek yang ditunjuk dokter.
 2. PSA menjual psikotropika dan pada saat membuat laporan bekerja sama dengan
 dokter untuk membuatkan resep.
 3. Krim malam, krim pagi buatan apotek sendiri, tidak diketahui formulanya

 DI PUSKESMAS ATAU KLINIK:


1. Yang menyerahkan obat kepada pasien bukan apoteker, melainkan bidan, mantri,
perawat, karena puskesmas tidak memiliki apoteker.


 DI RUMAH SAKIT:
 1. Apoteker membuat suatu obat yang isinya
campuran dari beberapa obat
 (oplosan)
.
 DI INDUSTRI:
 1.Klaim, saling mengklaim suatu produk →
melanggar etika.
 2.Kebohongan publik →menginfokan tentang khasiat
suatu obat yang tidak benar.
 KASUS :1.A
 Dalam FI IV disebutkan bahwa tablet efedrin memiliki kadar yang dapat
diterima adalah 90-100% efedrin anhydrat.

 Untuk memproduksi tablet efedrin 50 mg sebanyak 1.000.000 tab


 diperlukan 50 kg serbuk efedrin anhydrat dengan penambahan berbagai
 bahan campuran lainnya.

 Hasil uji bagian QC didapat kadar efedrin 95,25%, KS/KB, WH


 memenuhi syarat sehingga barang tersebut diluluskan.

 Tablet efedrin yang dibuat menjadi 1.047.500 tablet.


 Hasil ini terjadi berulang-ulang.

 Telah dilakukan check proses, namun hasil sama.


SEKIAN DAN TERIMAKASIH
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai