Anda di halaman 1dari 10

HUKUM JAMINAN

KELOMPOK 3
NAMA KELOMPOK 3

WILEKE A. KOEDOEBOEN
ANGEL SAPTENNO
ALMENDO.J.PAPILAYA
RAHMAT . S. ARIYANTO,RATMIN
VICKTOR J. UBRO
SEMUEL SIAHAYA
PETRUS DA COSTA
RISKY SAFSAFUBUN
A. PENGERTIAN JAMINAN HIPOTIK

 Hypotheca berasal dari bahasa latin, dan hypotheek dari bahasa


Belanda, yang mempunyai arti “Pembebanan”. Satu kreditur yang
mempunyai kedudukan istemewa adalah kreditur pemegang hipotik.
Hipotik diatur dalam KUH Perdata buku II Bab XII pasal 1162
sampai dengan pasal 1232.

 Pengertian hipotik tercantum dalam Pasal 1162 KUH Perdata.


Hipotik adalah: “Suatu hak kebendaan atas benda-benda tak
bergerak, untuk mengambil penggantian daripadanya bagi pelunasan
bagi suatu perikatan.”
B. SIFAT JAMINAN HIPOTIK

Adapun sifat-sifat hipotik yaitu:


 Hipotik merupakan perjanjian yang accessoir, artinya bahwa
perjanjian hipotik itu merupakan perjanjian tambahan
terhadap perjanjian pokoknya yaitu perjanjian pinjam
mengganti (kredit), sehingga perjanjian hipotik itu tidak dapat
berdiri sendiri tanpa adanya perjanjian pokok tersebut.
 Hipotik ini tidak dapat dibagi-bagi, artinya bahwa hipotik itu
akan selalu melekat sebagai jaminan sampai hutang yang
bersangkutan seluruhnya dilunasi oleh debitur.
 Hipotik bersifat zaaksgevolg (droit de suitei), artinya bahwa
hak hipotik akan selalu melekat pada benda yang dijaminkan
dimanapun atau pada siapapun benda tersebut berada.
 Hipotik mempunyai sifat lebih didahulukan pemenuhannya
dari piutang lainnya.
C. ASAS HIPOTIK
 Asas Publiciteit, asas yang mengharuskan bahwa
hipotik itu harus didaftarkan di dalam register
umum, supaya dapat diketahui oleh pihak ketiga/
umum.

 Asas Specialiteit, yaitu asas yang menghendaki


bahwa hipotik hanya dapat diadakan atas benda-
benda yang ditunjuk secara khusus. Benda-benda tak
bergerak yang mana terikat sebagai tanggungan.

 Asas tak dapat dibagi-bagi (Ondeelbaarheid), ini


berarti bahwa hipotik itu membebani seluruh
objek/benda yang dihipotikkan dalam
keseluruhannya atas setiap benda dan atas setiap
bagian dari benda-benda bergerak.
D. OBJEK HIPOTIK DAN PERKEMBANGANNYA

 Objek hipotik, yaitu:


 Benda-benda tak bergerak yang dapat dipindahtangankan beserta segala perlengkapannya.
 Hak pakai hasil atas benda-benda tersebut beserta segala perlengkapannya.
 Hak numpang karang dan hak usaha.
 Bunga tanah, baik yang dibayar dengan uang maupun yang harus dibayar dengan hasil tanah.
 Bunga seperti semula.
 Pasar-pasar yang diakui oleh pemerintah, beserta hak-hak asli merupakan yang melekat padanya.
 Yang termasuk benda-benda tak bergerak adalah hak atas tanah, kapal laut, dan pesawat terbang. Hak atas tanah
terdiri dari Hak Milik, Hak Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan. Sejak berlakunya Undang-Undang No. 4/1996
tentang Hak Tanggungan, maka hipotek atas tanah menjadi tak berlaku lagi, tetapi yang dipergunakan dalam
pembebanan hak atas tanah tersebut adalah hak tanggungan. Sedangkan benda tidak bergerak, seperti kapal laut
tetap berlaku ketentuan-ketentuan tentang hipotik sebagaimana yang diatur dalam Buku II KUH Perdata. Ukuran
kapal lautnya 20 m3, sedangkan dibawah itu berlaku ketentuan tentang jaminan fidusia. Benda-benda yang tidak
dapat dibebani hipotik;
 benda bergerak;
 benda dari orang yang belum dewasa;
 benda-benda dari orang yang berbeda di bawah pengampuan; dan
 benda dari orang-orang yang tak hadir selama penguasaan atas benda-bendanya hanya dapat diberikan untuk
sementara waktu.
 Dasar dari ketentuan bahwa kapal laut yang berukuran paling sedikit 20 m3 isi kotor ke atas dapat dihipotikkan
ialah Pasal 314 ayat 1 dan Pasal 314 ayat 3 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Di dalam Pasal 314 ayat 1
KUHD ditentukan bahwa: “Kapal-kapal Indonesia yang ukurannya paling sedikit dua puluh meter kubik isi kotor
dapat didaftarkan di suatu daftar kapal sesuai dengan peraturan-peraturan yang akan diberikan dengan ordonasi
tersendiri.”
 Pasal 314 ayat 3 KUHD mengatakan bahwa: “Atas kapal-kapal yang terdaftar dalam daftar kapal, kappa-kapal
yang sedang dibuat dan bagian-bagian dalam kapal-kapal yang demikian itu, dapat diadakan hipotik.”
PEMBEBANAN HIPOTIK ATAS KAPAL LAUT
 Pembebanan Hipotek Kapal Laut
 Kapal yang dapat dijadikan jaminan adalah :
 a. kapal yang didaftar; dan
 b. dilakukan dengan membuat akta hipotek di tempat mana kapal semula
didaftar.

 Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam pelaksanaan hipotek


kapal laut sebagaimana di bawah ini :
 a. kapal yang dibebani hipotek harus jelas tercantum dalam akta hipotek;
 b. perjanjian antara kreditur dengan debitur ditunjukkan dengan perjanjian
kredit (yang merupakan syarat pembuatan akta hipotek);
 c. nilai kredit, yang merupakan nilai keseluruhan yang diterima berdasarkan
barang yang dijaminkan (misalnya tanah, rumah, kapal);
 d. nilai hipotek dikhususkan pada nilai kapal (pada bank dilakukan oleh
Appresor);
 e. pemasangan hipotek sesuai dengan nilai kapal dan dapat dilakukan dengan
mata uang apa saja sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
LANJUTAN
 Prosedur yang ditempuh oleh pemohon adalah mengajukan permohonan kepada penjabat
pendaftar dan pejabat balik nama dengan mencantumkan nilai hipotek yang akan
dipasang.
 Dokumen-dokumen yang biasa digunakan untuk mengajukan permohonan pembebanan
hipotek kapal laut antara lain :
 1. Akta Surat Kuasa Memasang Hipotek.
 Surat kuasa memasang hipotek merupakan surat kuasa yang dibuat di muka dan atau di
hadapan notaris. Surat kuasa ini dibuat antara pemilik kapal dengan orang yang ditunjuk
untuk itu. Substansi atau isi surat ini adalah bahwa pemilik kapal memberikan kuasa
kepada orang ditunjuk untuk mengurus kepentingannya.
 2. Grosse Akta Pendaftaran/ Balik Nama
 Tidak semua kapal dapat dijaminkan dengan hipotek kapal laut. Syarat kapal yang dapat
dijadikan jaminan hipotek adalah kapal yang telah didaftarkan pada pejabat yang
berwenang. Pejabat yang berwenang untuk mengeluarkan akta pendaftaran kapal laut
adalah pejabat pendaftar dan pencatat balik nama. Pejabat yang ditunjuk untuk itu
adalah syahbandar.
 Sehingga jelas kapal yang dapat dijadikan jaminan utang dengan pembebanan hipotek
atas kapal adalah kapal yang telah didaftarkan di dalam Daftar Kapal Indonesia,
sebagaimana tercantum dalam Pasal 60 Undang-Undang Pelayaran.
 3. Perjanjian Kredit
 Perjanjian kredit merupakan perjanjian yang dibuat antara kreditur dengan pemilik kapal
(debitur). Bentuk perjanjiannya tertulis.

LANJUTAN
 Sebagaimana dijelaskan di atas, pembebanan hipotek
atas kapal dilakukan dengan pembuatan akta
hipotek oleh Pejabat Pendaftar dan Pencatat Balik
Nama Kapal di tempat kapal didaftarkan dan dicatat
dalam Daftar Induk Pendaftaran Kapal.
 Setiap akta hipotek diterbitkan 1 (satu) Grosse Akta
Hipotek yang diberikan kepada penerima hipotek.
Grosse Akta Hipotek ini mempunyai kekuatan
eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan
tang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
 Dalam Pasal 61 Undang-Undang Pelayaran, Kapal
Laut dapat dibebani lebih dari 1 (satu) hipotek.
Peringkat masing-masing hipotek ditentukan sesuai
dengan tanggal dan nomor urut akta hipotek.
LANJUTAN
 Selain dari itu perlu diperhatikan bahwa ada beberapa kendala sehingga pembebanan atas pesawat
terbang dan helikopter sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 12 UU Penerbangan tersebut diatas sulit
untuk bisa dilaksanakan, yaitu:
1. Berdasarkan ketentuan dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata Indonesia ketentuan-ketentuan
hipotek berlaku untuk tanah dan bangunan yang didirikan diatasnya (dahulu – sedangkan sekarang atas
tanah dan bangunan yang didirikan diatasnya dibebankan dengan Hak Tanggungan). Selanjutnya
berdasarkan pasal 314 Kitab Undang-undang Hukum Dagang Indonesia hipotek berlaku untuk kapal laut
berukuran paling sedikit dua puluh meter kubik (20 m3). Baik Kitab Undang-undang Hukum Perdata
Indonesia dan Kitab Undang-undang Hukum Dagang Indonesia tidak menyebutkan mengenai pesawat
terbang dan helikopter.
2. Pendaftaran atau Registrasi khusus untuk pembebanan pesawat terbang dan helikopter baik dalam
bentuk hipotek atau hak agunan lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku belum
tersedia.
Contohnya:
(a) pendaftaran atau registrasi pembebanan hipotek dan atau Hak Tanggungan atas tanah dilakukan di
Badan Pertanahan Nasional kabupaten atau kota setempat dimana tanah tersebut berlokasi; dan
(b) pendaftaran atau registrasi pembebanan hipotek atas kapal laut berukuran 20 m3 atau lebih dilakukan
oleh pejabat khusus (Pejabat Pendaftar dan Pencatat Baliknama Kapal) yang diangkat oleh Menteri
Perhubungan di kantor yang khusus disediakan untuk hal tersebut dilingkungan Departemen
Perhubungan Laut. Dengan dilakukannya pendaftaran atau registrasi sesuai prosedur yang ditentukan,
Hak Tanggungan dan Hipotek kapal tersebut merupakan suatu hak agunan yang mengikat pihak ketiga
dan memberikan kedudukan yang diutamakan (preferen) kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-
kreditor lain dari debitor yang mengagunkan tanah atau kapalnya tersebut.
3. Meskipun penjelasan dari Ayat 1 Pasal 12 UU Penerbangan tersebut menyebutkan bahwa tidak tertutup
kemungkinan dilakukannya pembebanan pesawat terbang dan helikopter dengan hak jaminan lain sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (misalnya dengan jaminan fidusia), didalam
prakteknya terjadi perbedaan interpretasi mengenai hal tersebut yang menghambat pelaksanaan
pembebanan pesawat terbang dan helikopter sebagai agunan utang terutama untuk pembiayaan dalam
negeri dengan kreditur bank-bank di Indonesia.
Dengan kondisi-kondisi diatas, sangat jelas bahwa untuk kepastian hukum dapat dilakukannya
pembebanan pesawat terbang dan helikopter sebagai agunan utang di Indonesia, diperlukan perangkat
hukum yang mengatur suatu lembaga pembebanan khusus untuk pesawat terbang dan helikopter sebagai
agunan utang.

Anda mungkin juga menyukai