Anda di halaman 1dari 23

KEPERAWATAN BENCANA

Peran keperawatan jiwa dalam bencana pada


kelompok berisiko tinggi pada wanita
Kelompok 7
• Ira Andika Putri (1311311012)
• Renisa Syahli (1311311028)
• Raudhatin Jinan (1311311046)
• Tri Seriawan (1311311066)
• Uci Sri Wahyuni (1311311082)
• Suci Nilam Sari (1311312004)
• Izzah Farisa (1311312028)
• Fika Fitriannisa (1311312044)
Defenisi Bencana
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana :
“Bencana adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor nonalam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampak psikologis.”
Jenis-jenis Bencana
Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 :
• Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan
oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan
tanah longsor.
• Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan
oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang
antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemi, dan wabah penyakit.
• Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan
oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok
atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.
Jenis-jenis Bencana
Bencana berdasarkan cakupan wilayahnya terdiri
atas:
• Bencana Lokal, bencana ini memberikan
dampak pada wilayah sekitarnya yang
berdekatan, misalnya kebakaran, ledakan,
kebocoran kimia dan lainnya.
• Bencana regional, jenis bencana ini memberikan
dampak atau pengaruh pada area geografis
yang cukup luas dan biasanya disebabkan oleh
faktor alam seperti alam, banjir, letusan gunung
dan lainnya.
Tahap-tahap Penanggulangan dan
Manajemen bencana
Menurut Barbara Santamaria (1995), ada 3 fase dalam terjadinya suatu
bencana, yaitu diantaranya :
• Fase preimpact merupakan warning phase, tahap awal dari
bencana. Informasi didapat dari badan satelit dan meteorologi
cuaca. Seharusnya pada fase inilah segala persiapan dilakukan
baik oleh pemerintah, lembaga, dan warga masyarakat.
• Fase impact merupakan fase terjadinya klimaks dari bencana.
Inilah saat-saat dimana manusia sekuat tenaga mencoba untuk
bertahan hidup (survive). Fase impact ini terus berlanjut hingga
terjadi kerusakan dan bantuan-bantuan darurat dilakukan.
• Fase postimpact adalah saat dimulainya perbaikan dan
penyembuhan dari fase darurat, juga tahap dimana masyarakat
mulai berusaha kembali pada fungsi komunitas normal. Secara
umum dalam fase postimpact ini para korban akan mengalami tahap
respon psikologis mulai penolakan, marah, tawar-menawar, depresi
hingga penerimaan.
Siklus Manajemen Bencana
Tahapan penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi:
• Pra bencana, pada tahapan ini dilakukan kegiatan perencanaan
penanggulangan bencana, pengurangan risiko bencana,
pencegahan, pemaduan dalam perencanaan pembangunan,
persyaratan analisis risiko bencana, penegakan rencana tata ruang,
pendidikan dan peletahihan serta penentuan persyaratan standar
teknis penanggulangan bencana (kesiapsiagaan, peringatan dini
dan mitigasi bencana).
• Tanggap darurat, tahapan ini mencakup pengkajian terhadap
lokasi, kerusakan dan sumber daya; penentuan status keadan
darurat; penyelamatan dan evakuasi korban, pemenuhan kebutuhan
dasar; pelayanan psikososial dan kesehatan.
• Paska bencana, tahapan ini mencakup kegiatan rehabilitasi
(pemulihan daerah bencana, prasaranan dan saran umum, bantuan
perbaikan rumah, social, psikologis, pelayanan kesehatan,
keamanan dan ketertiban) dan rekonstruksi (pembangunan,
pembangkitan dan peningkatan sarana prasarana termasuk fungsi
pelayanan kesehatan.
Kelompok Rentan Bencana

Kelompok rentan sering disebut "kelompok


dengan kebutuhan khusus", "kelompok
yang beresiko", "beresiko karena kondisi
fisik, psikologis, atau kesehatan social"
setelah bencana.
Adapun orang yang disebut sebagai
kelompok rentan adalah
(1) orang dengan kebutuhan khusus baik
secara fisik ataupun psikologis,
(2) wanita,
(3) anak-anak,
(4) orang tua,
(5) orang dipenjara,
(6) orang yang mengalami kendala bahasa.
Wanita termasuk kelompok rentan karena peran
social dan karakteristik fisiknya yang
menyebabkan kecelakaan dan rasa berduka
yang lebih dibandingkan pria.
Contoh: wanita lebih merasa kehilangan property
dibanding pria karena kegiatan wanita lebih
banyak di rumah dan melakukan kegiatan
perekonomian informal dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Sementara pria lebih
mudah untuk pindah dan menemukan pekerjaan
(Bradshaw, 2004 ; Enarson, 2000 ).
Faktor lainnya yang menyebabkan wanita lebih rentan
adalah kondisi psikologis sebelum bencana seperti: trauma
exposure, kondisi kesehatan mental yang kurang stabil.

Lebih lanjut, wanita hamil di dalamnya. Seperti: bisa terjadi


kelahiran premature, bayi yang kurang berat badan,
ataupun bayi yang meninggal.

Sebagian wanita harus melahirkan di rumah sakit yang


minim fasilitas kesehatannya, kurangnya vitamin untuk
kehamilan, rekam medis yang tidak tersedia.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kerentanan Psikologis
1. Tingkat keparahan. Semakin parah bencana yang terjadi, maka
semakin buruk kemungkinan dampaknya.
2. Jenis bencana. Bencana yang terjadi karena manusia akan
berdampak lebih parah daripada bencana karena alam.
3. Jenis kelamin dan usia. Wanita (terutama ibu-ibu yang memiliki anak
balita), anak usia lima sampai sepuluh, dan orang-orang tua lebih
rentan daripada yang lain.
4. Kepribadian. Orang-orang dengan kepribadian yang matang, konsep
diri yang positip dan reseliensi yang bagus akan lebih mampu
daripada yang tidak memiliki.
5. Ketersediaan jaringan dan dukungan sosial – Keberadaan keluarga
yang mendukung, teman-teman, dan masyarakat akan mampu
mengurangi kemungkinan efek samping jangka panjang.
6. Pengalaman sebelumnya. Mereka yang telah berhasil mengatasi
dengan trauma di masa lalu, akan lebih dapat mengatasi bencana
berikutnya dengan lebih baik
Dampak Psikologis Bencana
1. Tahap Tanggap Darurat
Tahap ini adalah masa beberapa jam atau hari setelah bencana.
Gejala-gejala dibawah ini dapat muncul pada tahap tanggap darurat:
Kecemasan berlebihan
Rasa bersalah
Ketidaksatbilan emosi dan pikiran
Kadang-kadang, korban muncul dalam keadaan kebingungan, histerisataupun gejala
psikotik seperti delusi, halusinasi, bicara tidak teratur, dan terlalu perilaku tidak teratur
juga dapat muncul.
2 . Tahap Pemulihan
Dalam tahap pemulihan, mereka harus membuat penilaian yang lebih realistis
tentang hidup mereka. Pada fase ini kekecewaan dan kemarahan sering menjadi
gejala dominan yang sangat terasa. Pada tahap ini berbagai gejala pasca-trauma
muncul, misalnya "Pasca Trauma Stress Disorder," "Disorder Kecemasan
Generalized," "Abnormal Dukacita, " dan " Post Traumatic Depresi “
3 . Tahap Rekonstruksi
Satu tahun atau lebih setelah bencana. Pola kehidupan yang stabil mungkin telah
muncul. Selama fase ini, walaupun banyak korban mungkin telah sembuh,
namun beberapa yang tidak mendapatkan pertolongan dengan tepat menunjukkan
gejala kepribadian yang serius dan dapat bersifat permanen. Pada tahap ini risiko
bunuh diri dapat meningkat, kelelahan kronis, ketidakmampuan untuk bekerja,
kehilangan minat dalam kegiatan sehari-hari, dan kesulitan berpikir dengan logis.
Dampak Psikologis Bencana Pada Wanita
Kondisi psikososial didaerah bencana khususnya bagi kaum
perempuan mengakibatkan berbagai goncangan psikologis seperti
hilangnya rasa percaya diri, muncul kekhawatiran bahkan memunculkan
gejala phobia yaitu perasaan takut yang berlebihan.
Selain implikasi psikososial yang pada umumnya muncul dikalangan
perempuan, biasanya mereka mengalami pengalaman traumatis dimana
daya penyesuaian satu individu dengan individu lainnya akan mengalami
kendala
Selain itu korban bencana akan mengalami perubahan dalam
kepribadian yang berpengaruh pada tingkat fungsi dan hubungan
dengan lingkungan sekitarnya dan bahkan mereka tidak mampu menata
kembali hidup mereka.
Kaum perempuan di daerah bencana karena hidup dengan kondisi
yang lebih lebih buruk dari sebelumnya maka memunculkan perasaan
gelisah, sedih, tak berdaya dan bingung. Harapan hidupnya seolah-olah
hilang. Depresi akan mucul akibat ketidakmampuan melakukan
perubahan.
Beberapa gejala yang pada umumnya muncul akibat
bencana adalah sebagai berikut:
1. Ingatan yang senantiasai mencengkeram berbagai
bayangan tentang trauma
2. Perasaan seolah-olah trauma muncul kembali
3. Mimpi buruk
4. Gangguan tidur
5. Gangguan makan (muntah/mual)
6. Gangguan saat mengingat traumna
7. Ketakutan
8. Kewaspadaan yang berlebih
9. Kesulitan mengendalikan emosi
10.Kesulitan berkonsentrasi
Peran perawat dalam managemen
bencana
1. Peran perawat dalam fase pre-impect

a. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi


tenaga kesehatan dalam penanggulangan ancaman
bencana.
b. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas
pemerintahan, organisasi lingkungan, palang merah
nasional, maupun lembaga-lembaga pemasyarakatan
dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan
menghadapi ancaman bencana.
c. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan
untuk meningkatkan kesiapan masyarakat dalam
mengahdapi bencana.
Peran perawat dalam managemen
bencana
2 . Peran perawat dalam fase impact

a. Bertindak cepat
b. Don’t promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan
apapun dengan pasti dengan maksud memberikan
harapan yang besar pada korban yang selamat.
c. Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan
d. Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan
e. Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang tarkait
dapat mendiskusikan dan merancang master plan of
revitalizing, biasanya untuk jangka waktu 30 bulan
pertama.
Peran perawat dalam managemen
bencana
3 . Peran perawat dalam fase post impact

a. Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, psikologi


korban
b. Stress psikologi yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi post
traumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan 3
kriteria utama. Pertama, gejala trauma pasti dapat dikenali. Kedua, individu
tersebut mengalami gejala ulang traumanya melalui flashback, mimpi,
ataupun peristiwa-peristiwa yang memacuhnya. Ketiga, individu akan
menunjukan gangguan fisik. Selain itu, individu dengan PTSD dapat
mengalami penurunan konsentrasi, perasaan bersalah dan gangguan
memori.
c. Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja
sama dengan unsure lintas sektor menangani maslah keehatan masyarakat
paska gawat darurat serta mempercepat fase pemulihan (recovery) menuju
keadaan sehat dan aman.
Peran Perawat dan Aktivitas Psikososial Dalam
Menanggulangi Dampak Psikososial
Salah satu peran penting perawat kesehatan jiwa
adalah melakukan intervensi pikososial.

Intervensi psikososial merupakan pemberian layanan


kesehatan mental yang tidak hanya berbasis pada
layanan yang diberikan dirumah sakit jiwa, namun lebih
mengarah pada layanan yang diberikan kekomunitas.

Intervensi ini lebih berupaya mendekatkan psikologi dan


psikiatri kedalam kehidupan sehari-hari dan memberikan
layanan kepada kelompok-kelompok yng berisiko tinggi
mengalami gangguan
Menurut iskandar,dkk.2005 untuk dapat melakukan intervensi
psikososial secara baik dan efektif harus memperhatikan langkah-
langkah:
1. Mengembangkan kepercayaan.Terapis membimbing hubungan
saling percaya kepada korban.Apalagi korban dengan emosi
yang labil atau masih dalam fase berkabung dan kehilangan
yang sangat sensitive terhadap keberadaan orang lain
2. Menunjukan empati.
3. Membantu dan menfasilitasi terpenuhinya kebutuhan dasar
fisik,penampungan darurat,sandang pangan.
4. Tetap tenang meski orang yang dihadapi gelisah,agresif
5. Dalam menghadapi individu,upayakan menempatkan individu
pada situasi yang aman
6. Mendorong melakukan kegiatan kelompok
7. Mengembangkan rutinitas yang positif
8. Menghadiri kegiatan,emdengarkan,mengamati
9. Mengidentifikasi masalah psikososial khusus bila menunjukan
trauma lebih dalam lagi.
Alhamdulillah 

Anda mungkin juga menyukai