bagi Pendidikan Pendekatan Kognitif Pendekatan Psikologi Kognitif lebih menekankan arti penting proses internal, mental manusia. Dalam pandnagan para ahli kognitif , tingkahlaku manusia yang tampak tak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental, seperti : motivasi, kesengajaan, keyakinan, dan sebagainya. Menurut para ahli psikologi kognitif aliran behavioristik tidak lengkap sebagai sebuah teori psikologi sebab tidak memperhatikan proses kejiwaan yang berdimensi ranah cipta seperti berpikir, mempertimbangkan pilihan dan mengambil keputusan. Dalam perspektif psikologi kognitif, belajar pada asasnya adalah peristiwa mental bukan peristiwa behavioral (yang bersifat jasmaniah) meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata dalam hampir setiap peristiwa belajar. Belajar menurut ahli teori kognitif : usaha kita untuk dapat mengerti dunia, untuk itu kita menggunakan semua alat mental kita Belajar menurut pandangan kognitif : sesuatu yang aktif (berinisiatif mencari pengalaman utk belajar, mencari informasi utk menyelesaikan masalah, mengatur/mengorganisasi pengetahuan sebelumnya utk mencapai pelajaran baru) Teori kognitif lebih berminat pada peranan pengetahuan dalam belajar (apa yang diketahui sebelumnya berperan dalam belajar) Apa yg telah diketahui menentukan seberapa luasnya apa yg akan dipelajari, diingat, atau dilupakan Jerome Bruner “Discovery Learning” Jerome Bruner (1966) : model pengajaran teori kognitif paling berpengaruh ‘discovery learning’ Siswa belajar melalui kegiatan mereka sendiri dengan memasukan “konsep & prinsip” serta didorong untuk mempunyai pengalaman, melakukan eksperimen & menemukan prinsip mereka sendiri Peranan guru menciptakan situasi agar siswa dapat belajar sendiri. Sekolah harus menimbulkan keingintahuan, mengurangi resiko kegagalan dan serelevan mungkin dengan siswa Dalam mengajar guru harus bersikap luwes (flexsible) dan menyelidiki atau menjelajahi (exploratory). Guru memberi waktu siswa menyelesaikan masalah sendiri sebelum memberikan penyelesaian Tujuan discovery learning : 1. Memperkuat informasi pengetahuan yang sudah dikenal siswa 2. Mengembalikan konsep-konsep sulit yang perlu di diskusikan lagi dengan siswa secara lebih terinci 3. Berpikir kembali tentang masalah-masalah yang sulit, siswa kadang melihat penyelesaian masalah yang sebelumnya tidak tampak 4. Menyampaikan bahan dari beberapa masalah yang belum terselesaikan untuk memperbaiki keterampilan intelektual siswa, sehingga secara perlahan-lahan akan memberi kesempatan siswa belajar mandiri Keuntungan discovery learning : 1. Menimbulkan keingintahuan siswa, dapat memotivasi mereka melanjutkan pekerjaan sampai mereka menemukan jawaban-jawaban 2. Dapat mengajar keterampilan menyelesaikan masalah secara mandiri dan mungkin memaksa siswa untuk menganalisis dan memanipulasi informasi, tidak hanya menyerap secara sederhana saja David Ausubel “Reception Learning”
David Ausubel (1968) : model pengajaran ‘reception
learning’ merupakan kritik atas model discovery learning Kritik : siswa-siswa tidak selalu tahu apa yang penting/relevan dan banyak siswa membutuhkan motivasi eksternal dalam melakukan tugas” kognitif yang diperlukan untuk belajar Reception learning : menyarankan guru menyusun situasi belajar, memilih materi yang tepat, kemudian menyampaikannya dalam bentuk pengajaran yang teroganisasi mulai dari hal umum ke hal terperinci Inti pendekatan Ausubel : ‘expository teaching’ pengajaran yang sistematis dengan penyampaian informasi yang bermakna Tiga prinsip expository teaching : 1. Fase Pertama : Presentation of Advance Organizer Pelajaran dimulai dengan advance organizer (pengorganisasian awal) yaitu pernyataan dengan memperkenalkan konsep tingkat tinggi yg cukup luas utk mencakup informasi yg akan mengikuti Fase ini ada tiga bentuk : definisi konsep, generalisasi atau analogi yang dibandingkan dengan materi baru Definisi konsep dan generalisasi : digunakan jika materi yg dipelajari tidak dikenal Analogi : digunakan bila informasi yg dipelajari mempunyai beberapa aspek yg sudah diketahui Fase ini memiliki tujuan : memberi siswa informasi yg dibutuhkan utk mempelajari pelajaran atau untuk mengingat dan menerapkan pengetahuan yang telah mereka punyai. Organizer digunakan sebagai jembatan antara materi baru dan materi yang sudah dipunyai siswa 2. Fase Kedua : Presentation of Learning Task or Material Pelajaran dengan materi baru disampaikan melalui ceramah, diskusi film, atau memberi tugas pada siswa. Disini menekankan kebutuhan mempertahankan perhatian siswa sama baiknya dengan mengorganisasikan materi, serta menyarankan suatu proses progressive differentiation (kemajuan langkah demi langkah dari konsep umum ke konsep khusus) 3. Fase Ketiga : Strenghtening Cognitive Organization Guru menggabungkan informasi baru untuk pelajaran awal dengan mengingatkan siswa setiap rincian khusus berhubungan dengan gambar yang besar. Siswa ditanya apakah mengerti materi yang disampaikan dan mampu menghubungkannya dengan pengetahuan yang ada sebelumnya. Siswa diberi kesempatan melontarkan pertanyaan yang akan memperluas pengertian mereka melebihi pelajaran yang disampaikan guru Saran untuk pengajaran dengan strategi reception learning : 1. Mengorganisasi pengajaran sebelumnya dengan suatu cara yang akan mengarahkan dari konsep paling umum ke konsep paling detail 2. Merencanakan diskusi kelas dalam waktu singkat sebelum menyampaikan materi baru pada siswa, sehingga siswa dapat mengungkap latar belakang informasi yang penting Teori Pemrosesan Informasi Robert Siegler (1998) Pendekatan pemrosesan informasi menyatakan bahwa murid mengolah informasi, memonitornya, dan menyusun strategi berkenaan dengan informasi tersebut. Inti dari pendekatan ini adalah proses memori dan proses berpikir (thinking) Pandangan pendekatan pemrosesan informasi, anak secara bertahap mengembangkan kapasitas untuk memproses informasi, dan karenanya secara bertahap pula mereka bisa mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang kompleks. Robert Siegler (1998) mendeskripsikan tiga karakteristik utama dari pendekatan pemrosesan informasi : proses berpikir, mekanisme pengubah, dan modifikasi diri. a. Pemikiran berpikir (thinking) adalah pemrosesan informasi. Ketika seorang anak merasakan (Perceive), melakukan penyandian (encoding), merepresentasikan, dan menyimpan informasi dari dunia sekelilingnya, mereka sedanga melakukan proses berpikir. Siegler percaya bahwa pikiran adalah sesuatu yang sangat fleksibel, yang menyebabkan individu bisa beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan perubahan dalam lingkungan, tugas, dan tujuan. b. Mekanisme pengubah pemrosesan informasi fokus utamanya adalah pada peran mekanisme pengubah dalam perkembangan. terdapat empat mekanisme yang bekerjasama menciptakan perubahan dalam keterampilan kognitif yaitu encoding (penyandian), otomatisasi, konstruksi strategi dan generalisasi. Encoding adalah proses memasukan informasi ke dalam memori. aspek utama dari pemecahan problem adalah menyandikan informasi yang relevan dan mengabaikan informasi yang tidak relevan.dibutuhkan waktu danusaha untuk menyusu strategi baru sehingga perlu melatihnya untuk melaksanakan penyandian secara otomatis dan memaksimalkan efektivitasnya. Otomatisitas (automaticity) adalah kemampuan untuk memproses informasi dengan sedikit atau tanpa usaha. Seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman pemrosesan informasi menjadi makin otomatis, dan seseorang bisa mendeteksi hubungan-hubungan baru antara ide dan kejadian. Konstruksi strategi yaitu penemuan prosedur baru untuk memproses informasi. Seorang anak perlu menyandikan informasi kunci untuk suatu problem dan mengoordinasikan informasi tersebut dengan pengetahuan sebelumnya yang relevan untuk memecahkan masalah. c. Modifikasi diri Anak menggunakan pengetahuan dan strategi yang telah mereka pelajari untuk menyesuaikan respons pada situasi pembelajaran yang baru. Dengan cara ini, anak membangun respons baru dan lebih canggih berdasarkan pengetahuan dan strategi sebelumnya. Arti penting modifikasi diri ini diartikan dengan metakognisi yaitu kognisi tentang kognisi atau mengetahui tentang mengetahui. Metakognisi Pengetahuan metakognitif melibatkan usaha monitoring dan refleksi pada pikiran seseorang pada saat sekarang. Ini termasuk pengetahuan faktual, seperti pengetahuan tentang tugas, tujuan, atau diri sendiri dan pengetahuan tentang strategis, seperti bagaimana dan kapan akan menggunakan prosedur spesifik untuk memecahkan problem. Sementara itu aktivitas metakognitif terjadi saat murid secara sadar menyesuaikan dan mengelola strategi pemikiran mereka pada saat memecahkan masalah dan memikirkan sesuatu tujuan. Membantu murid menggunakan metakognisi dapat dilakukan dengan beberapa cara : 1. Sadarilah bahwa strategi merupakan aspek kunci dari pemecahan masalah 2. Beri contoh strategi yang efektif kepada murid 3. Beri murid banyak kesempatan berlatih strategi 4. Dorong murid untuk memonitor efektivitas strategi baru mereka dibandingkan dengan strategi lamanya 5. Ingat bahwa murid membutuhkan banyak waktu untuk belajar menggunakan strategi yang efektif 6. Pahami bahwa murid perlu dimotivasi untuk menggunakan strategi 7. Dorong murid untuk menggunakan banyak strategi