Anda di halaman 1dari 107

ANATOMI FISIOLOGI TRAKTUS

URINARIUS
(SISTEM SALURAN KEMIH)
OLEH KELOMPOK 9
• ANDRY SARTIKA
• BETI HAERANI
• WILLADY RASYID
PENDAHULUAN
- Kelangsungan hidup dan kemampuan sel
menjalankan fungsinya tergantung
pada kadar air dan elektrolit yang mantap di CES
serta kemampuan sel untuk membuang sisa hasil
metabolismenya secara terus menerus

- Ginjal berperan penting mempertahankan


homeostasis karena
kemampuannya mengatur kadar dan volume air
dan elektrolit CES serta
mampu membuang hampir semua sisa
metabolisme (kecuali CO2)
EMBRIOLOGI.
Tract Urinarius terbentuk pada minggu ke
14 – 18 dari kehamilan bersamaan dengan
alat-alat lainnya. Ia berasal dari mesoder
mal dalam stadium morula dan blastula.
Oleh karena itu semua selaput lendir dari
trac.urinarius sama,maka bila ada penya
kit yang sama DNA nya ia akan menyebar
SISTEM URINARIUS
GINJAL/REN
• Ginjal terdiri dari 2 buah kiri dan • Posterior dilindungi oleh kosta
kanan, ginjal kiri lebih besar dari dan otot-otot yang meliputi kosta
ginjal kanan. Ginjal kanan sedikit ke IX dan XII
lebih rendah dari kiri karena
terdapat Hepar pada daerah itu. • Anterior dilindungi oleh organ
• Ginjal terletak pada dinding intra peritoneal
posterior abdomen, kedudukannya • Batas Sup. Ren Dextra : Costa
mulai dari Th 12 – L 1-3, dan tiga XII
otot-otot besar transversus • Batas Sup. Ren Sinistra : Costa
abdominalis
XI
• Ukuran :
• Batas Inf. Ren Dextra : pinggir
Panjang : 6 - 7,5 cm
bawah VL 3
Lebar : 6 cm
• Batas Inf. Ren Sinistra : Discus
Tebal : 1,5 - 3 cm
inter vert,VL 2
• Beratnya : 125 – 170 gram (0,5 %
BBT) • Permukaan lateralnya konveks
• Ginjal diliputi oleh suatu kapsula • Permukaan medial konkaf
tribosa tipis mengkilat membentuk celah disebut hilum
• Hilus : pemb. Darah, ureter, saraf
PEMBUNGKUS GINJAL
1. Capsula Fibrosa : Paling dalam
2. Capsula Adiposa : jaringan lemak
pembungkus Ren dan Supraren
3. Fascia Renalis : a. Fascia Prerenalis
b. Fascia Retro Renalis
Strukur dan Bagian – Bagian Ginjal
• Kulit Ginjal (Korteks)
Nefron → glomerolus. Tiap glomerolus
dikelilingi oleh simpai bownman, Penyaringan
darah terjadi pada badan malphigi, yaitu
diantara glomerolus dan simpai bownman.
• Sumsum Ginjal (Medula)
Bagian ini merupakan area yang berisi 8 sampai
18 bagian berbentuk kerucut yang disebut
piramid, yang terbentuk hampir semuanya dari
ikatan saluran berukuran mikroskopis.
• Renal pelvis (=basin)
Saluran berbentuk pipa, bagian superior ureter.
Percabangan 2 – 3 kaliks mayor. Kaliks mayor
kumpulan dari kaliks minor: penampung urine
dari papila piramidalis
STRUKTUR GINJAL DENGAN BAGIAN-BAGIANNYA
Pelvic space

Renal artery

Renal vein

Pelvis

Ureter
STRUKTURE OF
KIDNEY
• Outer cortex:
– Contains many
capillaries.
• Medulla:
– Renal pyramids
separated by renal
columns.
– Pyramid contains
minor calyces which
unite to form a
major calyx.
– Major calyces form
renal pelvis.
– Renal pelvis
collects urine.
– Transports urine to
ureters.
NEFRON
• Unit fungsional
ginjal.(±1 juta nefron 1
ginjal)
• Bertanggung jawab dlm
pembentukan urine.
• Strukture nephrone :
a. Glomerulus
b. Kapsula Bowman
c. Renal tubule
Bentuk Nephrons
1. Cortical nephrons
 Berada pada cortex
 Sebagian besar
nephrons
2. Juxtamedullary
nephrons
 Dijumpai pada batas
cortex dan medulla
Figure 15.3a
Copyright © 2003 Pearson Education, Inc. publishing as Benjamin Cummings Slide
Beda Cortical & Juxtamedullary Nephron

Cortical Nephron Juxtamedullary Nephron


• Terletak 2/3 bagian luar • Terletak bagian dalam
cortex cortex dekat medulla
• 85% dari seluruh nephron • 15% dari seluruh nephron
• Loop of henle pendek • Loop of henle panjang,
• Dikelilingi oleh kapiler lebih dalam masuk ke
peritubular berbentuk jala medulla
 network • Dikelilingi kapiler berbentuk
U  vasa recta
Glomerolus & Kapsula Bowman

• Jaringan Kapiler khusus • Podosit berfungsi


• Melekat pada arterioles kedua membantu filtrasi
sisi cairan darah menjadi
– afferent arteriole cairan ultra filtrat (urin
– efferent arteriole
• Berada dlm glomerular capsule primer).
Bowman (bag.pertama renal • Lapisan parietal kapsula
tubule) bowman terdiri atas
• Permukaan luar kapiler epitel selapis gepeng.
glomeruli menempel sel
berbentuk spesifik dan memiliki• Ruang kapsuler
penjuluran-penjuluran yang berfungsi menampung
disebut podosit. urine primer (ultra
filtrat).
Renal Tubule
Tubulus proksimal Lengkung Henle
• Berhubungan langsung dgn • pars descendens
bowman kapsul • pars ascendens
• Dindingnya disusun oleh • berfungsi reabsorbsi bahan-
selapis sel kuboid. Inti sel bahan dari cairan tubulus dan
bulat, bundar, biru
Sitoplasmanya bewarna sekresi bahan-bahan ke dalam
asidofili cairan tubulus.
• Fungsi tubulus kontortus • Cairan urin ketika berada dalam
proksimal adalah mengurangi loop of Henle bersifat hipotonik,
isi filtrat glomerulus 80-85 tetapi setelah melewati loop of
persen dengan cara reabsorpsi Henle urin menjadi bersifat
via transport dan pompa hipertonik. Hal ini dikarenakan
natrium. Glukosa, asam amino bagian descenden loop of Henle
dan protein seperti bikarbonat,
akan diresorpsi sangat permeabel terhadap
pergerakan air, Na+, dan Cl-,
• Tubulus Distal
Tubulus contortus distalis tersusun sel epithelium berbentuk
kuboid, sitoplasma pucat, nuklei tampak lebih banyak
Tubulus distal dari masing-masing nefron bermuara ke duktus
koligentis.
• Duktus Kolektifus
Duktus koligens berjalan melalui korteks dan medulla ginjal
bersatu membentuk suatu duktus yang berjalan lurus dan
bermuara pada duktus belini, seterusnya menuju kaliks minor,
ke kaliks mayor, dan akhirnya mengosongkan isinya ke dalam
pelvis renalis
Tubulus kolektivus dari Bellini merupakan tersusun atas sel-
sel epithelium columnair, sitoplasma jernih, nukleus spheris
Pengaturan secara halus dari ekskresi natrium urine terjadi
disini dengan aldosteron yang paling berperan terhadap
reabsorbsi natrium.
• Functional unit of Nephron
the kidney.
• Consists of:
– Blood vessels:
• Vasa recta.
• Peritubular
capillaries.
– Urinary tubules:
• PCT.
• LH.
• DCT.
• CD.
The nephron
The nephron is the functional unit of the kidney
Each region is composed of cells that are suited to perform specific transport functions

Distal convoluted
tubule
Proximal
convoluted
tubule

Collecting duct

Ascending
thin limb of Ascending thick limb
loop of Henlé of loop of Henlé
Peredaran Darah
Ginjal mendapatkan suplai darah dari aorta
abdominalis yang bercabang menjadi arteri
renalis, → arteri interlobaris → arteri
arcuata → arteri interlobularis → arteriole
aferen → glomerulus → arteriole eferen →
kapiler juxta glomerulare → peritubuler →
vena interlobularis → vena arcuata → vena
interlobularis → vena renalis → vena kava
inferior
glomerulus
PERSYARAFAN GINJAL
• Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus
renalis (vasomotor).
• Saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah
darah yang masuk ke dalam ginjal.
• Saraf ini berjalan bersamaan dengan
pembuluh darah yang masuk ke ginjal
HORMON YANG DIPRODUKSI GINJAL

RENIN Erythropoetin Calcitriol


FUNGSI GINJAL
Mengatur volume air (cairan) dalam tubuh

Mengatur keseimbangan osmotic dan mempertahankan


keseimbangan ion yang optimal dalam plasma ( keseimbangan
elektrolit )

Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh

Eksresi sisa hasil metabolisme

Fungsi hormonal dan metabolisme


URETER
1. Ukuran : • Pada laki2 ureter berjalan didepan
ujung atas vesicula seminalis
P : 25-30 cm (ka < 1 cm dari kiri) menyilang ductus deferens
D : 1mm-10mm (rata-rata 5 mm) dibawahnya vesica urinaria
Ada 2 bagian : • pada wanita terdapat di belakang
fossa ovarika dan berjalan ke bagian
a. Pars abdominalis : laki2 =wanita medial dan ke dapan bagian lateral
b. Pars pelvina :Laki2 beda dgn wanita serviks uteri bagian atas , vagina
untuk mencapai fundus vesika
Terletak dlm rongga abdomen dan urinaria
sebagian di rongga pelvis • Tempat penyempitan ureter :
2. Persarafan Ureter a. Flexura marginalis
b. Laki2 penyilangan dengan ductus
• cabang dari pleksus mesenterikus deferens
inferior, fleksus spermatikus, dan c. Pada tempat masuk ke vesica
pleksus pelvis sepertiga dari nervus urinaria
vagus rantai aferens dan nervus vagus 3. Pembuluh darah ureter:
rantai eferens dari nervus torakali ke- Arteri renalis
11 dan ke-12, nervus lumbalis ke- Arteri spermatika interna
1,dan nervuus vagus mempunyai Arteri hipogastrika
rantai eferens untuk ureter Arteri vesikalis inferior
VESICA URINARIA
• Letaknya di belakang os pubis.
• Terdapat trigonum vesicae pada bagian
posteroinferior dan collum vesicae
• Trigonum vesicae terdiri dari orifisium kedua
ureter dan collum vesicae
• Dinding kandung kemih terdiri dari:
a. Lapisan sebelah luar (peritoneum).
b. Tunika muskularis (lapisan berotot).
c. Tunika submukosa.
d. Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
• Apex dihubungkan ke cranial
oleh urachus (sisa kantong
allantois ) sampai ke umbilicus
membentuk ligamentum
vesico umbilicale mediale.
Bagian ini tertutup
peritoneum dan berbatasan
dengan ileum & colon
sigmoideum
• Corpus yaitu bagian antara
verteks dan fundus.
• Fundus yaitu bagian yang
mengahadap kearah belakang
dan bawah, bagian ini terpisah
dari rektum oleh spatium
rectosivikale yang terisi oleh
jaringan ikat duktus deferent,
vesika seminalis dan prostate
Persarafan Kandung Kemih
• saraf simpatis & parasimpatis.
• Saraf-saraf simpatis:
Adalah saraf-saraf para symphatis dari kandung kemih adalah saraf
pelvis ( N. origentes ) dan merupakan saraf motorik utama ke
sphincter internal dan detrusor Saraf tersebut berasal dari segmen
sacral s2 dan s3 medula spinalis dipusat Vesikal. Sensasi saraf dari
reseptor regang pada dinding kandung kemih juga menjalar dalam
saraf pelvis. Saraf sympatik dari plexus hypogastrika mensarafi otot-
otot sekitar trigone dan pembuluh darah pada kandung kemih. Ia
tidak berefek dalam berkemih
• Saraf-saraf somatik.: ia berasal dari medula spinalis tapi mempunyai
rute berbeda untuk mensarafi sphyncter Ex- ternal urethra. Sensasi
saraf dari urethra dan trigone menjalar denga saraf saraf pudendal.
Jadi berguna untuk proses mik- si.
URETHRA
• Merupakan saluran sempit yang berpangkal pd
kandung kemih yang berfungsi menyalurkan
air kemih keluar
• Pada laki-laki uretra berjalan berkelok-kelok
melalui tengah-tengah prostat kemudian
menembus lapisan fibrosa yang menembus os
pubis kebagian penis.
• Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2
cm.
• Digunakan sebagai tempat pengaliran urine
dan system reproduksi.
• Uretra pada pria terdiri
dari :
a. Uretra prostatia
b. Uretra membranosa
c. Uretra kavernosa
• Lapisan uretra pria
terdiri dari :
a. Lapisan mukosa
(lapisan paling dalam)
b. Lapisan submukosa
• Uretra pada wanita : Terletak
dibelakang simfisis pubis,
berjalan miring sedikit kearah
atas. Panjangnya+ 3-6 cm
• Hanya berfungsi sebagai
tempat menyalurkan urine ke
bagian luar tubuh.
Lapisan uretra wanita terdiri
dari :
a. Tunika muskularis (lapisan
sebelah luar)
b. Lapisan spongeosa
c. Lapisan mukosa (lapisan
sebelah dalam)
• Pengeluaran urine diatur oleh
dua katup (sphincters)
– Internal urethral sphincter
(tanpa sadari/involuntary)
– External urethral sphincter
(disadari/voluntary)
Mekanisme Pembentukan Urin

1. Filtrasi di glomerulus
2. Reabsorbsi di tubulus
3. Sekresi di tubulus
LAJU FILTRASI GLOMERULUS (LFG)
Filtrasi Ginjal (Glomerular Filtration Rate,GFR)
adalah jumlah filtrat ginjal yang terbentuk
oleh ginjal dalam satu menit;rata-rata 100
sampai 125 ml per menit. GFR dapat berubah
jika laju aliran darah melalui ginjal berubah.
Jika aliran darah meningkat,GFR akan
meningkat dan akan lebih banyak filtrat
dibentuk. Jika aliran darah turun(seperti yang
terjadi setelah perdarahan hebat),GFR akan
turun, sehingga filtrat yang dibentuk sedikit
haluaran urine turun
Tiga faktor pada proses filtrasi dalam kapsula bowman

• Tekanan osmitik (TO). Tekanan yang dikeluarkan


oleh air (sebagai pelarut) pada membrane
semipermeabel sebagai usaha untuk menembus
membrane semipermeabel ke dalam area yang
mengandung lebih banyak molekul yang dapat
melewati membrane semipermeabel. Pori-pori
dalam kapiler glomerulus membuat membrane
semipermeabel memungkinkan untuk melewati
yang lebih kecil dari air tetapi mencegah molekul
yang lebih besar misalnya protein dan plasma.
• Tekanan hidroststik (TH). Sekitar 15 mmHg dihasilkan
oleh adanya filtrasi dalam kapsula dan berlawanan
dengan tekanan hidrostatik darah. Filtrasi juga
mengeluarkan tekanan osmitik 1-3 mmHg yang
berlawanan dengan osmitik darah.
• Perbedaan tekanan osmitik plasma dengan cairan
dalam kapsula bowman mencerminkan perbedaan
kosentrasi protein, perbedaan ini menimbulkan pori-
pori kapiler mencegah protein plasma untuk difiltrasi.
• Tekanan hidrostatik plasma dan tekanan osmitik filtrat
kapsula bowman bekerja sama untuk meningkatkan
gerakan air dan molekul permeabel, molekul
permeabel kecil dari plasma masuk ke dalam kapsula
bowman.
Faktor-faktor yang mempengaruhi GFR
• Filtration Pressure = Glomerular Capillary
Pressure – Plasma Colloid Osmotic Pressure –
Bowman’s Capsule Pressure.
• Luas Daerah Kapiler
• Permeabilitas kapiler
• Pengaruh Renal Blood Flow
• Penagruh konstriksi arteriole afferent
• Pengaruh konstriksi arteriole efferent
• Pengaruh perangsangan simpatis
• Pengaruh tekanan darah.
Urine Formation
1-filtration movement
fluid across the filtration
membrane as a result of
pressure.
Hormon Yang Mempengaruhi Reabsorpsi Air
– Hormon antidiuretik (ADH) berfungsi meningkatkan
reabsorpsi air dan filtrate ke dalam darah
– Hormone paratiroid (PTH) berfungsi meningkatkan
reabsorpsi ion ca dari filtrate ke dalam darah dan
ekskresi ion-ion fosfat ke dalam filtrate
– Aldosteron berfungsi meningkatkan reabsorpsi air na
dan filtrate ke dalam darah dan ekskresi ion k ke
dalam filtrate
– Atrial natiuretik hormone (ANH) berfungsi
menurunkan reabsorpsi ion na yang masih terdapat
dalam filtrate, sehingga lebih banyak natrium dan air
di buang ke dalam urine.
Urine Formation
2-Reabsorption movement
of substances from the
filtrate back into the blood
Terdapat 2 jalur reabsorbsi
1. Jalur paraseluler
- perpindahan air & zat yg terlarut melalui celah antar sel/tight junction
- hanya bertangsung bila ada perbedaan elektrokimia dan tight junction
permeabel untuk zat yang akan direabsorpsi
2. Jalur Transeluler
- Zat yg direabsorpasi melewati kedua membran plasma
- Tahapannya ada 5 langkah yaitu:
1. Zat meninggalkan cairan tubulus menembus membran luminal sel
tubulus
2. Zat bergerak sepanjang sitosol sel tubulus dari satu sisi ke sisi
lainnya
3. Zat menembus membran basolateral sel tubulus masuk ke cairan
interstisial
4. Zat berdifusi dalam cairan interstisial
5. Zat menembus dinding kapiler dan masuk ke dalam plasma darah
Reabsorpsi Natrium
- 99% natrium direabsorbsi di sepanjang tubulus:
* 67% di tubulus proksimal
* 25% di loop of henle
* 8% di tubulus distal dan duktus koligens
Reabsorpsi natrium berperan penting di tiap bagian tubulus, yaitu:
1. di tubulus proksimal, reabsorpsi Na+ berperan utama dlm reabsorpsi
glukosa, asam amino, H20, Cl- dan ureum
2. di ansa Henle, reabsorpsi Na+ bersama dengan Cl-, berperan dlm
kemampuan ginjal untuk menghasilkan urin dengan berbagai kepekatan
dan volume, bergantung kepada kebutuhan tubuh untuk menahan atau
membuang H20
3. di tubulus distal, reabsorpsi Na+ bervariasi dipengaruhi pengaturan
hormonal dan merupakan salah satu cara pengaturan volume cairan
ekstrasel yang penting
Reabsorpsi Na+ di tubulus proksimal

- Terjadi melalui transport aktif primer, melibatkan suatu Na+ - K- ATPase


carrier yang terdapat pada membran basolateral sel tubulus

- Carrier ini secara aktif memompa Na+ dari sel tubulus ke ruang lateral,
shg konsentrasi Na+ di ruang lateral tinggi sedangkan konsentrasinya
di intrase! dipertahankan rendah

- Terciptalah gradien konsentrasi yang memudahkan difusi Na+ dari lumen


tubulus menembus membran luminal, melalui channel Na+, ke dalam sel
tubulus

- Ion Na secara aktif dipompa ke ruang lateral, untuk selanjutnya sekali


lagi berdifusi di cairan interstisial dan akhirya masuk ke kapiler
peritubular melalui proses difusi
SISTEM RENIN-ANGIOTENSIN-ALDOSTERON
MEKANISME KERJA ALDOSTERON
MEKANISME KERJA VASOPRESSIN
• Reabsorpsi Glukosa
- Konsentrasi glukosa di dalam plasma normal 100 mg/100 ml
- Semua glukosa plasma difiltrasikan secara bebas ke dalam kapsula
bowman Jumlah zat yg difiltrasikan = konsentrasi plasma x LFG.
Jumlah glukosa yg difiltrasikan = 100mg/100ml x 125ml/menit= 125
mg/menit
- Glukosa yg difiltrasikan glomerulus akan direabsorpsi kembali secara
aktif di dalam tubulus
- Pada keadaan normal, glukosa direabsorpsi seluruhnya di tubulus
proksimal dan tidak ada yang diekskresikan
- Glukosa diangkut melalui mekanisme transport aktif sekunder
bersama dgn natrium menembus membran luminal sel tubulus
- Pergerakan glukosa selanjutnya ke dlm kapiler peritubulus mengikuti
gradien konsentrasi dan dijalankan melalui suatu carrier yg sodium-
Independent (tidal< bergantung pada natrium) pada membran
basolateral, disebut mekanisme difusi fasilitasi
• Tubular maximum for glucose
- Tm untuk glukosa adalah 375 mg/menit
- Jika kadar glukosa darah normal maka semua glukosa yang
difiltrasikan akan direabsorbsi kembali di tubulus proksimal co:
konsentrasi glukosa darah 100mg/100ml, maka dalam satu menit
glukosa yang difiltrasikan 125 mg/menit semua glukosa akan
direabsorbsi di tubulus proksimal yaitu sebesar 125mg/menit,
karena belum melewati Tm glukosa
• Renal threshold for glucose (ambang batas ginjal terhadap glukosa)
Konsentrasi glukosa plasma dimana Tm glukosa dicapai dan glukosa
mulai diekskresikan melalui urin disebut Renal threshold for glucose
Jika Tm glukosa = 375 mg/menit dan LFG = 125 ml/menit, maka
ambang batas ginjal terhadap glukosa = 300 mg/100 ml
• Adanya glukosa di dlm urin disebabkan sel tubulus memiliki
kapasitas reabsorpsi suatu zat per satuan waktu yang terbatas. Bila
jumlah glukosa yang difiltrasi sangat banyak, seluruh carrier glukosa
tersaturasi, akibat dari jumlah carrier dan energi yg tersedia
terbatas. Glukosa yg tdk dpt direabsorpsi akan keluar melalui urin.
Akibatnya, kecepatan pembentukan urin meningkat (poliuri) yg dpt
disertai dgn dehidrasi dan rasa haus
REABSORBSI GLUKOSA DI TUBULUS PROKSIMALIS
REABSORBSI DI SEPANJANG TUBULUS

TUBULUS PROKSIMAL
- 65 % filtrat dari glomerulus di reabsorbsi di tubulus proksimal
- Glukosa dan asam amino 100% di reabsorbsi kembali ke pembuluh darah

LOOP OF HENLE
- Descending loop of henle terjadi reabsorbsi air, sedangkan zat terlarut
tdk di reabsorbsi
- Ascending loop of henle terjadi reabsorbsi zat terlarut, sedangkan air tdk
direabsorbsi

TUBULUS DISTAL & DUKTUS KOLEKTIVUS


- Reabsorbsi sisa filtrat di tubulus distal dan duktus kolektivus dikontrol
o/ mekanisme renin-angiotensin-aldosteron
3. SEKRESI DI TUBULUS
- yi: proses yg mentransport zat melewati sel epitel tubulus menuju lumen
tubulus, berlawanan arah dgn reabsorbsi tubulus

- Zat terpenting yg disekresi o/ tubulus ginjal adalah ion H+, K+ dll


BACA SENDIRI !!!
HIPOTESIS SISTEM “COUNTERCURRENT” PADA PEMBENTUKAN URIN
PEKAT

- Ginjal mampu membentuk urin yg pekat dengan konsentrasi maksimal


sebesar 1200 mosm/liter

- Sehingga air yg diperlukan sebesar:

600 mosm/hari = 0,5 L/hari


1200 mosm/L

- Jumlah inilah yg minimal harus diekskresikan oleh ginjal sehat, meskipun


dalam keadaan kekurangan air

- Dengan kemampuannya membentuk urin yg pekat (hiperosmotik), ginjal


mampu meyimpan air dlm tubuh
Terdapat 2 mekanisme countercurrent:

1. Countercurrent multiplier
- Dilaksanakan oleh ansa henle nefron jukstamedulla

2. Countercurrent exchanger
- Dilaksanakan oleh pembuluh kapiler peritubulus
COUNTERCURRENT MULTIPLIER
- Ansa Henle nefron jukstamedula bentuknya lurus dan panjang
mencapai bagian dalam medula ginjal
- Ansa Henle pars desendens dan asendens terletak sejajar dan aliran
filtrat di dalamnya berjalan berlawanan arah
- Sifaf penting yang dimiliki ansa Henle adalah:
a. Pars desendens tidak permeabel terhadap ion Na+ dan Cl-, tetapi
sangat permeabel untuk air
b. b. Pars asendens mereabsorpsi ion Na+ dan Cl- secara aktif namun
tdk permeabel terhadap air, sehingga keluarnya ion Na+ dan Cl+
tidak disertai dengan air

Sistem countercurrent multiplier berguna untuk 2 hal :


1. Menghasilkan gradien osmotik cairan interstitial medula ginjal
2. Menghasilkan cairan hipotonik saat memasuki tubulus distal,
sehingga memungkinkan ginjal mengekskresikan urin yg lebih
encer dibandingkan cairan tubuh
glomerulus
COUNTERCURRENT EXCHANGER
- Yi: proses yang gradien berfungsi mempertahankan
gradien osmotik di medula ginjal
- Untuk mempertahankan osmolaritas interstitium medula
dan papila yg tinggi, tentunya hrs ada mekanisme sirkulasi
tertentu shg zat terlarut dan air di interstitum akan
langsung berdifusi masuk ke vas rekta
- Saat darah mengalir di dlm vasa rekta pars desenden,
lingkungan sekitarnya yg makin ke arah medula semakin
tinggi osmolaritasnya, mengakibatkan darah menerima zat
terlarut dari interstitium dan kehilangan sejumlah air
- Saat mencapai ujung akhir bagian desendens, sifat cairan di
dalamnya sangat hipertonik
- Selanjutnya, saat darah kembali mengalir ke arah korteks di
dalam vasa rekta pars asendens, solut kembali berdifusi ke
interstitium dan air kembali ke dlm vasa rekta mengikuti
lingkungan yg semakin berkurang kepekatannya
PENGATURAN KESEIMBANGAN ASAM-BASA OLEH GINJAL

- Mempertahankan keseimbangan asam-basa merupakan proses yg penting


di dalam tubuh ?

- Asam atau basa suatu larutan dinyatakan dalam pH, tergantung pada
konsentrasi ion H+ bebas dalam larutan

- Asam dan basa di dlm tubuh kita berasal dari:


a. Makanan
b. Hasil metabolisme tubuh, co: asam laktat

Asam: HCl, H2CO3 (asam karbonat), asam laktat dll


Basa: HCO3- (bikarbonat), hidrogen fosfat, sulfat dll
PENGATURAN KESEIMBANGAN ASAM-BASA OLEH GINJAL

- Tubuh secara terus menerus mempertahankan keseimbangan asam-basa


cairan tubuh

- pH cairan tubuh yg harus dijaga dalam keadaan seimbang sehingga fungsi


tubuh normal adalah pH darah yi sebesar 7,35-7,45

pH darah < 7,35 ---- Asidosis


pH darah > 7,45 ---- Alkalosis

- Mempertahankan keseimbangan asam-basa merupakan proses yg penting


di dalam tubuh salah satunya karena protein tdk dapat berfungsi jika
pH darah tidak normal
pH darah normal

pH darah rendah pH darah tinggi


Mekanisme tubuh u/ m’p’tahankan keseimbangan asam-basa, al:

1. Aktivasi sistem buffer kimia


- Buffer bikarbonat & asam karbonat
- Buffer fosfat
- Buffer protein
- Buffer hemoglobin

2. Pengaturan o/ sistem pernapasan

3. Pengaturan o/ ginjal
Pengaturan keseimbangan asam-basa oleh ginjal :
RENAL KONTROL TERHADAP ASIDOSIS
- Jika tubuh mengalami asidosis, terdapat 3
mekanisme ginjal mempertahankan pH darah
kembali normal:
1. Reabsorbsi HCO3-
2. Membentuk HCO3- yg baru oleh sel tubulus
ginjal
3. Sekresi dan eksresi ion H+
Metabolisme Glutamin
RENAL KONTROL TERHADAP ALKALOSIS

Jika tubuh mengalami alkalosis, maka mekanisme ginjal mempertahankan


pH darah kembali normal, yi:

a. Sekresi dan eksresi ion H+ berkurang, terjadi reabsorbsi H+


b. Bikarbonat yang difiltrasikan ke glomerulus tidak diabsorbsi, terjadi
sekresi dan ekskresi bikarbonat
Pembentukan Urine

Figure 15.5
Copyright © 2003 Pearson Education, Inc. publishing as Benjamin Cummings Slide
Transpor urin
Urin mengalir dari duktus koligentes masuk ke
kaliks renalis, meregangkan kaliks renalis dan
meningkatkan aktivitas pacemakernya, yang
kemudian mencetuskan kontraksi peristaltik
yang menyebar ke pelvis renalis dan kemudian
turun sepanjang ureter dangan demikian
mendorong urin dari pelvis renalis ke arah
kandung kemih.
Mekanisme urine yang :
• Hipotonis :
Banyak minum  Vol. ECF   Sekresi ADH
 Reabsorbsi air  (Retensi dalam tubuh) 
Diuresis.
• Hipertonis
Sedikit minum  Vol. ECF   Sekresi ADH 
 Reabsorbsi air   Urine Hipertonis
(Pekat).
Sifat – sifat air kemih Komposisi air kemih
• Jumlah eksresi dalam 24 jam ± 1.500 • Air kemih terdiri dari kira –
cc tergantung dari masuknya (intake)
cairan serta faktor lainnya. kira 95 % air
• Baunya tajam, reaksinya sedikit asam • Zat – zat sisa nitrogen dari
terhadap lakmus dengan pH rata- hasil metabolisme protein
rata 6.
asam urea, amoniak dan
• Warna bening muda dan bila
dibiarkan akan menjadi keruh. kreatinin
• Warna kuning terantung dari • Elektrolit, natrium, kalsium,
kepekatan, diet obat – obatan dan
sebagainya.
NH3, bikarbonat, fosfat dan
• Bau khas air kemih bila dibiarkan sulfat
terlalu lama maka akan berbau • Pigmen (bilirubin, urobilin)
amoniak.
• Baerat jenis 1.015 – 1.020. • Toksin
• Reaksi asam bila terlalu lama akan • Hormon (Velho, 2013).
menjadi alkalis, tergantung pada diet
(sayur menyebabkan reaksi alkalis
dan protein memberi reaksi asam).
Pemeriksaan Fisik Sistem Perkemihan
• Tujuan Pemeriksaan Fisik Ginjal :
1. Mendapatkan kesan kondisi dan fungsi organ perkemihan.
2. Mengetahui keluhan klien yang muncul dari sistem
perkemihan

• Langkah-langkah pemeriksaan fisik sistem perkemihan


Langkah :
A. Persiapan Alat
1. Stetoskop
2. Sarung tangan bersih
3. Alat tulis
4. Bengkok
Beberapa hal penting yang diperhatikan sewaktu pemeriksaan adalah
cahaya ruangan cukup baik, klien harus rileks, pakaian harus terbuka dari
processus xyphoideus sampai sympisis pubis. Kondisi rileks dari klien
dapat diperoleh dengan cara :
– Vesica urinaria harus dikosongkan lebih dahulu
– Pasien dalam posisi tidur dengan bantal dibawah kepala dan lutut pada
posisi fleksi (bila diperlukan)
– Kedua tangan disamping atau dilipat diatas dada. Bila tangan diatas
kepala akan menarik dan menegangkan otot perut
– Telapak tangan pemeriksa harus cukup hangat, sdan kuku harus pendek.
Dengan jalan menggesek gesekan tangan akan membuat telapak tangan
jadi hangat.
– Lakukan pemeriksaan perlahan lahan, hindari gerakan yang cepat dan
tak diinginkan
– Jika perlu ajak klien berbicara sehingga pasien akan lebih relak
– Jika klien sangat sensitif dan penggeli mulailah palpasi dengan tangan
klien sendiri dibawah tangan pemeriksa kemudian secara perlahan lahan
tangan pemeriksa menggantikan tangan klien
– Perhatikan hasil pemeriksaan dengan memperhatikan rawut muka dan
emosi klien
Inspeksi
• Keadaan umum sistem perkemihan
• Keadaan lokalis sistem perkemihan (ginjal, kandung
kemih, alat genitalia, rectum, dll)
• Penggunaan alat bantu seperti : condom catheter,
folleys catheter, silikon kateter atau urostomy atau
supra pubik kateter.
• Posisi pasien terlentang. Inspeksi pada abdomen,
catat ukuran, kesimetrisan, warna kulit, tekstur,
turgor kulit, adanya massa atau pembengkakan,
distensi, dan luka. Kulit dan membran mukosa yang
pucat, indikasi gangguan ginjal yang menyebabkan
anemia. Penurunan turgor kulit merupakan indikasi
dehidrasi. Edema, indikasi retensi dan
penumpukkan cairan.
Auskultasi
• Gunakan diafragma/bel
stetoskop untuk
mengauskultasi bagian atas
sudut kostovertebral dan
kuadran atas abdomen. Jika
terdengar bunyi bruit (bising)
pada aorta abdomen dan
arteri renalis, maka indikasi
adanya gangguan aliran darah
ke ginjal (stenosis arteri
ginjal)
Palpasi Ginjal
• Atur posisi klien supinasi, palpasi dilakukan dari sebelah
kanan/kiri.
• Letakkan tangan kiri di bawah costa 12 dengan ujung jari anda menyentuh
sudut kostovertebral. Angkat, dan cobalah mendorong ginjal kanan ke
depan (anterior).
• Letakkan tangan kanan dibagian atas, di sebelah lateral dan sejajar
terhadap otot rektus (muskulus rektus abdominis dekstra)
• Anjurkan pasien nafas dalam dan tangan kanan menekan ke bawah
sementara tangan kiri mendorong ke atas. Pada puncak inspirasi tekan
tangan kanan kuat dan dalam. Raba ginjal antara 2 tangan. Tentukan
ukuran, nyeri tekan. Normalnya jarang teraba.
• Mintalah penderita untuk membuang napas dan menahan napas. Pelan-
pelan, lepaskan tekanan tangan kanan anda, dan rasakan bagaimana ginjal
akan kembali ke posisi pada waktu ekspirasi. Apabila ginjal teraba
(normalnya jarang teraba), tentukan ukurannya, contour, dan ada/tidaknya
nyeri tekan
Palpasi Aorta
• Tekanlah kuat-kuat abdomen bagian atas, sedikit
di sebelah kiri garis tengah, dan rasakan adanya
pulsasi aorta. Pada penderita di atas 50 tahun,
cobalah memperkirakan lebar aorta dengan
menekan kedua tangan pada kedua sisi.
Perkusi
• Atur posisi klien berbaring dengan posisi miring/duduk
• Letakkan telapak tangan kiri di atas sudut
costovertebral/costovertebral angel (setinggi vertebra
torakalis 12 dan lumbal 1) dan perkusi dengan tangan kanan
yang mengepal. Lakukan kanan dan kiri. Lakukan perkusi ginjal
dengan cukup kekuatan sampai pasien dapat merasakan
pukulan.
• Hasil normal, klien tidak merasakan nyeri, jika terdapat nyeri
mengindikasikan adanya batu atau pyelonephritis
Pemeriksaan Vesika Urinaria
Palpasi Vesika Urinaria Perkusi Vesika Urinaria
• Palpasi vesika urinary untuk • Secara normal, vesika urinaria
memeriksa adanya kesimetrisan, tidak dapat diperkusi, kecuali
lokasi, ukuran, dan sensasi. volume urin di atas 150 ml. Jika
Dalam kondisi normal, vesika terjadi distensi, maka kandung
kemih dapat diperkusi sampai
urinaria tidak teraba. setinggi umbilicus.
Langkah-langkah • Langkah-langkah perkusi vesika
• palpasi vesika urianaria: urinaria:
• - Atur posisi pasien supinasi • Atur posisi pasien supinasi
• - Lakukan palpasi di bawah • Lakukan perkusi dimulai dari
umbilikus ke arah bawah suprapubic sampai ke area
mendekati simfisis. umbilicus.Vesika urinaria dalam
keadaan penuh akan terdengar
• - Palpasi adanya distensi “dullness”.
kandung kemih/vesika urinaria
Pemeriksaan Meatus
Pada pasien laki-laki Pada pasien perempuan

• Atur pasien dalam posisi • Atur pasien dalam posisi


duduk atau berdiri litotomi
• Gunakan sarung tangan • Gunakan sarung tangan
• Pegang penis dengan dua • Buka labia mayora dengan
tangan, tekan ujung gland tangan yang dominan, lihat
penis untuk membuka meatus adanya kemerahan,
meatus urinary. Lihat meatus pembengkakan,
adanya kemerahan, discharge/cairan, luka, pada
pembengkakan, meatus
discharge/cairan, luka, pada
meatus.
Pemeriksaan Diagnostik Sistem Perkemihan

Urinalisis Darah

• Observasi warna dan • Serum kreatinin, Blood


kejernihan urin urea nitrogen, Kadar
• Pengkajian bau urin kalium, Hematokrit,
Hemoglobin, Natrium,
• Pengukuran keasaman
kalsium,
dan berat jenis urin.
Magnesium/posfat,
• Sedimen urin Protein (khususnya
albumin)
• Ultrasound Ultrasound : Abnormalitas seperti
akumulasi cairan, massa, malformasi, perubahan
ukuran organ ataupun obstruksi dapat
diidentifikasi.
• Pemeriksaan Sinar-X dan Pencitraan lainnya
- Kidney, Ureter and Bladder (KUB) : melihat
ukuran, bentuk serta posisi ginjal dan
mengidentifikasi semua kelainan seperti batu
dalam ginjal atau traktus urinarius, hidronefrosis
(distensi pelvis ginjal), kista, tumor atau
pergeseran ginjal
- Pemindai CT dan Magnetic Resonance Imaging
(MRI) : gambar penampang ginjal serta saluran
kemih yang sangat jelas.
- Urografi Intravena (Ekskretori Urogram atau
intravenous pyelogram) : menegakan diagnose lesi
pada ginjal dan ureter
- Pielografi retrograde : pemeriksaan IVP kurang
memperlihatkan dengan jelas
- Infusion drip pyelography : bila teknik urografi
yang biasa dikerrjakan tidak berhasil
memperlihatkan struktur drainase
- Sistogram : mellihat garis besar dinding kandung
kemih serta membantu dalam mengevaluasi
refluks vesikouretral
- Sistouretrogram
- Angiografi renal.
• Endourologi (prosedur endoskopi urologi)
- Pemeriksaan sistoskopi : melihat lanngsung uretra dan
kandung kemih
- Brush biopsy ginjal dan uretra : menghasilkan
informasi yang spesifik apabila hasil pemeriksaan
radiologi ureter atau pelvis ginjal yang abnormal tidak
dapat menunjukan apakah kelainan tersebut
merupakan tumor, batu, bekuan darah atau hanya
artefak.
- Endoskopi renal (nefroskopi) : melihat bagian dalam
pelvis ginjal, mengelluarkan batu, melakukan biopsi lesi
yang kecil dan membantu menegakan diagnose
hematuria serta tumor renal
- Biopsi ginjal : untuk mengevaluasi perjalanan penyakit
ginjal dan mendapatkan specimen bagi pemeriksaan
mikroskopik electron serta imunofluoresen, khususnya
bagi penyakit glomerulus
- Pemeriksaan radio isotop : menghasilkan
informasi tentang perfusi ginjal dan sangat
berguna untuk menunjukan fungsi ginjal yang
buruk.
- Pengukuran urodinamik
Uroflometri (kecepatan aliran)
Sistometrogram tekanan dalam kadung kemih
Profil tekanan uretra
Sistouretrogram
voiding cystourethogram
DAFTAR PUSTAKA
• Evelyn C. Pears. 2011. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis – Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
• Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi II. Jakarta: EGC
• Mubarak dan Cahyatin. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC
• Nursalam. 2006. Sistem Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika
• Priharjo, Robert. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : EGC
• Scanlon,Valerie C dan Sanders Tina.,2006.,Buku Ajar Anatomi & Fisiologi.,Jakarta :Egc.
• Simadibrata MK, 2006. Pemeriksaan abdomen, urogenital dan anorektal. Dalam:
Sudoyo A. W, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK. S, Setiati S, eds. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, jilid I, edisi IV, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI,
Jakarta, hal:51-55.
• S. Suarli dan Yanyan Bahtiar. 2010. Manajemen Keperawatan. Jakarta : Erlangga Medical
Series.
• Scanlon c. Valerie (2007). Anatomi Dan Fisiologi. Jakarta: EGC
• Syaifuddin (2011). Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta
Salemba Medika
• Zubir N. Pemeriksaan abdomen. Dalam: Acang N, Zubir N, Najirman, Yuliwansyah R,
• Eds. Buku Ajar Diagnosis Fisik. Penerbit Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas, Padang. 2008

Anda mungkin juga menyukai