Anda di halaman 1dari 43

Interaksi obat

Siti mariam
INTERAKSI OBAT
• Interaksi obat adalah kejadian di mana suatu zat
mempengaruhi aktivitas obat. Efek-efeknya bisa
meningkatkan atau mengurangi aktivitas, atau
menghasilkan efek baru yang tidak dimiliki
sebelumnya.

• Interaksi obat merupakan salah satu drug related


problems (DRPs)yang dapat mempengaruhi outcome
terapi pasien  Interaksi perlu diwaspadai
INTERAKSI OBAT DENGAN OBAT
Adalah peristiwa dimana aksi suatu obat diubah atau dipengaruhi
oleh obat lain yang diberikan bersamaan

Tipe interaksi obat dengan obat merupakan interaksi yang paling


penting dibandingkan dengan ketiga interaksi lainnya
Obat yang berinteraksi
Interaksi obat melibatkan paling sedikit 2 jenis obat yaitu obat
objek dan obet presipitant
– Obat objek adalah obat yang aksi/efeknya dipengaruhi atau
diubah oleh obat lain
– Obat presipitan adalah obat yang mempengaruhi aksi/efek
obat lain

Interaksi Obat

Obat objek Obat Presipitan


OBAT OBJEK
• Obat-obat yang kemungkinan besar menjadi obyek
interaksi atau efeknya dipengaruhi oleh obat lain, umumnya
adalah obat-obat yang memenuhi ciri:
a. Obat-obat di mana perubahan sedikit saja terhadap dosis
(kadar obat) sudah akan menyebabkan perubahan besar pada
efek klinik yang timbul. Secara farmakologi obat-obat seperti
ini sering dikatakan sebagai obat-obat dengan kurva dosis
respons yang tajam (curam; steep dose response curve).
Perubahan, misalnya dalam hal ini pengurangan kadar sedikit
saja sudah dapat mengurangi manfaat klinik (clinical efficacy)
dari obat.
b. Obat-obat dengan rasio toksis terapik yang rendah (low
toxic:therapeutic ratio), artinya antara dosis toksik dan
dosis terapetik tersebut perbandinganya (atau perbedaanya)
tidak besar. Kenaikan sedikit saja dosis (kadar) obat sudah
menyebabkan terjadinya efek toksis.
Obat-obat seperti ini juga sering dikenal dengan obat-obat
dengan lingkupterapetik yang sempit (narrow therapeutic
range).
JENIS OBAT OBJEK

• Obat-obat yang memenuhi ciri-ciri obat obyek dan sering


menimbulkan interaksi dalam klinik meliputi,
– Antikoagulansia: warfarin,
– Antikonvulsansia (antikejang): antiepilepsi,
– Hipoglikemika: antidiabetika oral seperti tolbutamid,
klorpropamid dll,
– Anti-aritmia: lidokain,prokainamid dll,
– Glikosida jantung: digoksin,
– Antihipertensi,
– Kontrasepsi oral steroid,
– Antibiotika aminoglikosida,
– Obat-obat sitotoksik,
– Obat-obat susunan saraf pusat, dan lain-lain.
OBAT PRESIPITAN

• Obat-obat presipitan adalah obat yang dapat mengubah aksi/efek


obat lain.
• Ciri-ciri obat presipitan dilihat dari segi interaksi farmakokinetika,
yakni terutama pada proses distribusi (ikatan protein), metabolisme
dan ekskresi renal.
• Untuk dapat mempengaruhi aksi/efek obat lain, maka obat
presipitan umumnya adalah obat-obat dengan ciri sebagai berikut:
a. Obat-obat dengan ikatan protein yang kuat  akan menggusur obat
dengan iktan ptotein-obat yang lebih lemah. Obat-obat yang tergusur
ini (displaced) kadar bebasnya dalam darah akan meningkat dengan
segala konsekuensinya, terutama meningkatnya efek toksik. Obat-obat
yang masuk di sini misalnya aspirin, fenilbutazon, sulfa dan lain lain
OBAT PRESIPITAN lanjutan….

b. Obat-obat dengan kemampuan menghambat (inhibitor) atau merangsang


(inducer)enzim-enzim yang memetabolisir obat dalam hati. Obat-obat yang
punya sifat sebagai perangsang enzim (enzyme inducer) misalnya rifampisin,
karbamasepin, fenitoin, fenobarbital dan lain-lain akan mempercepat
eliminasi (metabolisme) obat-obat yang lain sehingga kadar dalam darah
lebih cepat hilang. Sedangkan obat-obat yang dapat menghambat
metabolisme (enzyme inhibitor) termasuk kloramfenikol, fenilbutason,
alopurinol, simetidin dan lain-lain,akan meningkatkan kadar obat obyek
sehingga terjadi efek toksik.
c. Obat-obat yang dapat mempengaruhi /merubah fungsi ginjal sehingga
eliminasi obat-obat lain dapat dimodifikasi. Misalnya probenesid, obat-obat
golongan diuretika dan lain-lain.
PEMBAGIAN DAN MEKANISME
INTERAKSI OBAT-OBAT

Interaksi obat berdasarkan mekanismenya


dapat dibagi menjadi 3 golongan besar,
1. Interaksi farmasetik,
2. Interaksi famakokinetik,
3. Interaksi farmakodinamik
Interaksi Farmasetik
INTERAKSI FARMASETIKA
= Drug incompatibilty = tidak dapat bercampurnya obat
• Interaksi ini terjadi karena adanya perubahan/reaksi
fisika dan kimia obat, merupakan interaksi fisiko-
kimiawi antara dua obat atau lebih yang dapat
dikenali/dilihat, yang berlangsung di luar tubuh dan
mengakibatkan aktifitas farmakologik obat hilang atau
berubah
• Interaksi fisiko-kimia ini dapat terjadi pada saat obat
diformulasikan / disiapkan sebelum obat digunakan oleh
penderita
• Yang sering terjadi misalnya reaksi antara obat-obat
yang dicampur dalam cairan secara bersamaan, misalya
dalam infus atau suntikan  dapat menyebabkan
pecahnya emulsi atau terjadi pengendapan.
Bentuk Interaksi
• Bentuk interaksi ini ada 2 macam :
– Interaksi secara fisik : misalnya terjadi perubahan kelarutan
– Interaksi secara khemis : misalnya terjadi reaksi satu dengan yang lain atau
terhidrolisisnya suatu obat selama dalam proses pembuatan ataupun selama
dalam penyimpanan
• Pencampuran obat menyebabkan terjadinya interaksi langsung secara fisik
atau kimiawi, kemungkinan disertai pembentukan endapan, perubahan
warna, dll atau tidak terlihat.

• AKIBAT : INAKTIVASI OBAT


Interaksi Fisik
• Interaksi Fisik tergantung pada sifat fisik obat dan
bentuk sediaan yang diberikan

• Sifat sifat obat berubah  Obat menjadi basah


– Bahan obat higroskopis : Natrii bromidum, Kalii
bromidum
– Pembebasan air kristal : campuran Magnesii sulfat
(MgSO4.7H2O) dengan Natrii bicarbonas
(Na2CO3.H2O)
– Terjadi campuran eutektik : Menthol dengan
champhora/thymol; aspirin + antipirin (penurunan
titik lebur)
• Terjadi adsorpsi obat berkhasiat oleh obat lain
– Norit (carboadsorben) dengan obat yang efektif
dalam dosis kecil : papaverin, atropin,dll)
Interaksi Kimiawi
• Interaksi Kimiawi  terbentuk zat baru dengan khasiat yang berbeda dari bahan
asalnya
• Terbentuk zat beracun
– Asetosal + Chinine  Chinotoxin
– Asetosal + Chinchonin  chinchonotoxin
– Calomel + Kalii Iodium  Hydragyri Iodium (HgI)
• Terbentuk garam kompleks
– Oksitetrasiklin-HCl + MgSo4  Oksitetrasiklin-Mg
• Terbentuk endapan
– Argentii nitras + solutio NaCl Fisiologik  AgCl
– Tetrasiklin HCl injeksi+ Cortisol/phenobarbital/dextrose 5%  larutan keruh
• Hidrolisis Kontak atmosfer
– Serbuk aspirin (asam) + Na-bikarbonat (Garam alkali)  gummy (aspirin
terhidrolisis
• Perubahan pH
– Oksitetrasiklin-HCl (asam kuat)+ difenhidramin (asam lemah)  presipitasi
• Degradasi sinar matahari
– Fenitoin Na  Kekeruhan (fenitoin lepas)
– Teifilin  perubahan warna
Komponen-komponen yang Saling
Berinteraksi
• Reaksi antara presipitan (obat penyebab interaksi) dan obat obyek (obat yg
menjadi obyek interaksi/obat yg berubah efeknya) dapat terjadi interaksi
antara :
– obat dg obat lain
– obat dg bhn pembawa obat lain
– obat dg bhn tambahan obat lain
– obat dg lingkungan
– antar bhn pembawa obat lain
– bhn pembawa dg bhn tambahan obat lain
– bhn pembawa dg lingkungan
• obat tidak tercampurkan dapat terjadi secara fisik adalah reaksi antara obat dan bahan
plastik (efek adsorpsi). Hal ini menyebabkan obat menjadi bergerak pada permukaan
dalam wadah infus atau garis infus dan menurunkan konsentrasi dan secara drastis
mengurangi jumlah obat yang diberikan kepada pasien

• Akibat interaksi :
– potensiasi
– kerusakan
– toksik/efek samping
Tanda-tanda Interaksi
• Tanda-tanda interaksi farmasetik :
– Presipitat/endapan
– Kekeruhan/kekaburan
– Perubahan warna
– Pengeluaran gas
• Adanya tanda-tanda tsb blm tentu ada interaksi farmasetik

Sumber :John Bentley


1) OTT Propofol dan lidocain, membentuk lapisan dan pencampuran dengan pembawa propofol
2) Endapan Phenytoin yang terbentuk karena dicampur dengan larutan dengan pH rendah (misalnya
larutan glucose 5%)
Contoh Obat yang Berinteraksi secara Farmasetik

• Inj.Aminofilin + Inj. Diphenhidramin


• Inj.Oxytetrasiklin + I nj.Diphenhidramin
• Inj.Thiopenton + Inj.Suxamethonium Presipitasi
• Diazepam + Cairan Infus
• Phenytoin + Cairan infus

• Soluble insulin : efek soluble insulin + protamin zinc insulin berkurang


• Heparin + hydrocortison heparin tdk aktif
• Kanamycin + Hydrocortison kanamycin tdk aktif
• Penicillin + hydrocortison  penicillin tdk aktif
• Karbenicillin + gentamycin karbenicillin rusak
• Penicillin + Dilantin
• Fotosensitif :
– Amfoterisin
– Na nitroprusid
– Dakarbazin
Pengendapan Midazolam dan Ketamin
• Reaksi alkali dari kaca atau zat asam (F. Schröder, Pharmacist Bremen,
• Adrenalin  merah (teroksidasi) Germany.)
A clinical study on drug-related problems associated with intravenous drug administration

A Vijayakumar, EV Sharon, J Teena, S Nobil, I Nazeer


Drug and Poison Information Center, Department of Pharmacy Practice, KMCH College of Pharmacy, Coimbatore, Tamil Nadu, India
MENCEGAH TERJADINYA INTERAKSI FARMASETIK

Beberapa tindakan hati-hati (precaution) untuk menghindari interaksi


farmasetik ini mencakup,
– Jangan memberikan suntikan campuran obat kecuali kalau yakin betul bahwa
tidak ada interaksi antar masingmasing obat.
• Sebelum memakai larutan untuk pemberian infus, intravena atau yang lain, perhatikan
bahwa tidak ada perubahan warna, kekeruhan, presipitasi dan lain-lain dari larutan.
• Botol infus harus selalu diberi label tentang jenis larutannya, obat-obat yang sudah
dimasukkan, termasuk dosis
• Jika harus memberi per infus dua macam obat, berikan lewat 2 jalur infus, kecuali kalau
yakin tidak ada interaksi
– Dianjurkan sedapat mungkin juga menghindari pemberian obat bersama-sama
lewat infus.
– Selalu perhatikan petunjuk pemberian obat dari pembuatnya (manufacturer
leaflet), untuk melihat peringatan peringatan pada pencampuran dan cara
pemberian obat (terutama untuk obat-obat parenteral misalnya injeksi infus dll)
– Siapkan larutan hanya kalau diperlukan saja. Jangan menimbun terlalu lama
larutan yang sudah dicampur, kecuali untuk obat-obat yang memang sudah
tersedia dalam bentuk larutan seperti metronidazol , lidakoin dll
Interaksi Farmakokinetik
INTERAKSI FARMAKOKINETIKA

Interaksi ini adalah akibat perubahan-perubahan yang terjadi


pada absorbsi, metabolisme, distribusi dan ekskresi sesuatu obat
oleh obat lain.
Interaksi farmakokinetik terjadi bila obat presipitan
mempengaruhi atau mengubah proses absorpsi, distribusi (ikatan
protein), metabolisme, dan ekskresi dari obat-obat obyek.

Dalam kelompok ini termasuk interaksi dalam hal :


a) Mempengaruhi absorbsi pada gastrointestinal,
b) Mengganggu ikatan dengan protein plasma pada proses
Distribusi
c) Metabolisme dihambat atau dirangsang
d) Ekskresi dihalangi atau dipercepat.
• Mekanisme interaksi dapat dibedakan sesuai
dengan proses-proses biologik (kinetik)
tersebut, meliputi :
1 . Absorpsi
2.Distribusi
3.Metabolisme
4. Ekskresi
1. ABSORPSI
Mekanisme interaksi akibat gangguan absorpsi antara lain :
1) Interaksi langsung
Interaksi secara fisik/kimiawi antar obat dalam lumen saluran
cerna sebelum absorpsi dapat mengganggu proses absorpsi.
Interaksi ini dapat dihindarkan atau sangat dikuangi bila obat
yang berinteraksi diberikan dalam jangka waktu minimal 2
jam.

2) Perubahan fungsi saluran cerna (percepatan atau lambatnya


pengosongan lambung, perubahan vaksularitas atau
permeabilitas mukosa saluran cerna, atau kerusakan mukosa
dinding usus).

3) Obat menjadi terikat pada sekuestran asam empedu (BAS :


bile acid sequestrant)
• Kolestiramin dan kolestipol dapat berikatan dengan asam
empedu dan mencegah reabsorpsinya, akibatnya dapat terjadi
ikatan dengan obat-obat lain terutama yang bersifat asam
(misalnya warfarin). Sebaiknya interval pemakaian
kolestiramin atau kolestipol dengan obat lain selama
mungkin (minimal 4 jam).
4) Perubahan pH saluran cerna
perbahan pH saluran cerna akan merubah disolusi beberapa
obat
Cairan saluran cerna yang alkalis, misalnya akibat adanya
antasid:
– Meningkatkan kelarutan obat yang bersifat asam yang sukar larut
dalam saluran cerna, misalnya aspirin  disolusi aspirin cepat dan
absorpsinya cepat.
– Mengurangi kelarutan beberapa obat yang bersifat basa, misalnya
tetrasiklin dalam cairan saluran cerna, sehingga mengurangi
absorpsinya.
Ketokonazol yang diminum per oral membutuhkan medium asam
untuk melarutkan sejumlah yang dibutuhkan sehingga tidak
memungkinkan diberikan bersama antasida, obat antikolinergik,
penghambatan H2, atau inhibitor pompa proton (misalnya
omeprazol). Jika memang dibutuhkan, sebaiknya abat-obat ini
diberikan sedikitnya 2 jam setelah pemberian ketokonazol.
– Mengurangi pengrusakan obat yang tidak tahan asam sehingga
meningkatkan bioavailabilitasnya
5) Pembentukan senyawa kompleks tak larut atau khelat, dan
adsorsi
• Interaksi antara antibiotik golongan fluorokinolon
(siprofloksasin, enoksasin, levofloksasin, lomefloksasin,
norfloksasin, ofloksasin dan sparfloksasin) dan ion-ion divalent
dan trivalent (misalnya ion Ca2+ , Mg2+ dan Al3+ dari antasida dan
obat lain) dapat menyebabkan penurunan yang signifikan dari
absorpsi saluran cerna, bioavailabilitas dan efek terapetik, karena
terbentuknya senyawa kompleks  menurunkan aktivitas
antibiotik fluorokuinolon.
• Efek interaksi ini dapat secara signifikan dikurangi dengan
memberikan antasida beberapa jam sebelum atau setelah
pemberian fluorokuinolon. Jika antasida benar-benar
dibutuhkan penggantian dengan obat-pbat antagonis reseptor
H2 atau inhibitor pompa proton dapat dilakukan.
• Beberapa obat antidiare (yang mengandung atapulgit) menjerap
obat-obat lain, sehingga menurunkan absorpsi. Walaupun belum
ada riset ilmiah, sebaiknya interval pemakaian obat ini dengan
obat lain selama mungkin.
Obat yang Obat yang mempengaruhi Efek interaksi
dipengaruhi
Digoksin Metoklopramida Absorpsi digoksin dikurangi
Propantelin Absorpsi digoksin ditingkatkan (karena
perubahan motilitas usus)
Digoksin, Tiroksin Kolestiramin Absorpsi dikurangi karena ikatan dengan
Warfarin kolestiramin
Ketokonazol Antasida Absorpsi ketokonazol dikurangi karena disolusi
Penghambat H2 yang berkurang
Penisilamin Antasida yang mengandung Pembentukan khelat penisilamin yang kurang
Al3+, Mg2+ , preparat besi, larut menyebabkan berkurangnya absorpsi
makanan penislinamin
Penisilin Neomisin Kondisi malabsorpsi yang diinduksi neomisin
Antibiotik kuinolon Antasida yg mengandung Terbentuknya kompleks yang sukar terabsorpsi
Al3+,Mg2+ , Fe2+, Zn, susu
Tetrasiklin Antasida yg mengandung Terbentuknya kompleks yang sukar terabsorpsi
Al3+, Mg2+ , Fe2+, Zn, susu

Di antara mekanisme di atas, yang paling signifikan adalah pembentukan kompleks


tak larut, pembentukan khelat atau bila obat terikat resin yang mengikat asam
empedu. Ada juga beberapa obat yang mengubah pH saluran cerna (misalnya
antasida) yang mengakibatkan perubahan bioavailabilitas obat yang signifikan.
2. DISTRIBUSI
• Selama berada di aliran darah, obat dapat terikat pada berbagai
komponen darah terutama protein albumin.
– Obat-obat larut lemak mempunyai afinitas yang tinggi pada jaringan
adiposa  tersimpan di jaringan adiposa ini. Rendahnya aliran darah ke
jaringan lemak mengakibatkan jaringan ini menjadi depot untuk obat-obat
larut lemak  memperpanjang efek obat. Obat-obat yang sangat larut
lemak misalnya golongan fenotiazin, benzodiazepin dan barbiturat.
– Sejumlah obat yang bersifat asam mempunyai afinitas terhadap protein
darah terutama albumin. Ikatan protein plasma (PPB : plasma protein
binding) dinyatakan sebagai persen yang menunjukkan persen obat yang
terikat.
– Obat-obat yang bersifat basa mempunyai afinitas untuk berikatan dengan
asam-α-glikoprotein.
DISTRIBUSI Lanjutan………..

• Interaksi dalam proses


distribusi terjadi terutama
bila obat-obat dengan
ikatan protein yang lebih
kuat menggusur obat-obat
lain dengan ikatan protein
yang lebih lemah dari
tempat ikatannya pada
protein plasma.
• Akibatnya maka kadar obat
bebas yang tergusur ini
akan lebih tinggi pada
darah dengan segala
konsekuensinya, terutama
terjadinya peningkatan
efek toksik.
• Obat-obat yang cenderung berinteraksi pada proses distribusi
adalah obat-obat yang :
– persen terikat protein tinggi ( lebih dari 90%)
– terikat pada jaringan
– mempunyai volume distribusi yang kecil
– mempunyai rasio eksresi hepatic yang rendah
– mempunyai rentang terapetik yang sempit
– mempunyai onset aksi yang cepat
– digunakan secara intravena.

• Pada pasien dengan hipoalbuminemia kadar obat bebas atau


bentuk aktif akan lebih tinggi.

Obat obyek Presipitan Mekanisme Efek yang


terjadi
Tolbutamid dan obat Salisilat, fenilbutason, Penggusuran hipoglikemik
obat hipoglikemik Sulfa ikatan protein
Walfarin Salisilat Penggusuran perdarahan
ikatan protein
b) Mengganggu ikatan dengan protein plasma pada
proses Distribusi

• Selama berada di aliran darah, obat dapat terikat pada berbagai


komponen darah terutama protein albumin.
– Obat-obat larut lemak mempunyai afinitas yang tinggi pada
jaringan adiposa  tersimpan di jaringan adiposa ini.
Rendahnya aliran darah ke jaringan lemak mengakibatkan
jaringan ini menjadi depot untuk obat-obat larut lemak 
memperpanjang efek obat. Obat-obat yang sangat larut
lemak misalnya golongan fenotiazin, benzodiazepin dan
barbiturat.
– Sejumlah obat yang bersifat asam mempunyai afinitas
terhadap protein darah terutama albumin.
• Interaksi dalam proses distribusi terjadi terutama bila obat-obat
dengan ikatan protein yang lebih kuat menggusur obat-obat lain
dengan ikatan protein yang lebih lemah dari tempat ikatannya pada
protein plasma. Akibatnya maka kadar obat bebas yang tergusur ini
akan lebih tinggi pada darah dengan segala konsekuensinya,
terutama terjadinya peningkatan efek toksik.

• Pada pasien dengan hipoalbuminemia kadar obat bebas atau bentuk


aktif akan lebih tinggi.

Obat obyek Presipitan Mekanisme Efek yang


terjadi

Tolbutamid dan obat Salisilat, fenilbutason, Penggusuran hipoglikemik


obat hipoglikemik Sulfa ikatan protein

Walfarin Salisilat Penggusuran perdarahan


ikatan protein
3. METABOLISME
Interaksi dalam proses metabolisme dapat terjadi dua cara :
• Penghambatan enzim (enzyme inhibitor).
Metabolisme suatu obat dapat dihambat oleh obat lain. Obat-obat
yang punya kemampuan untuk menghambat enzim yang
memetabolisir obat lain dikenal sebagai penghambat enzim
(enzyme inhibitor). Akibat dari penghambatan metabolisme obat
ini adalah meningkatnya kadar obat dalam darah  Efek toksik

• Pemacuan enzim (enzyme induction)


Suatu obat (presipitan) dapat memacu metabolisme obat lain (obat
obyek). Obat presipitan akan mengaktifkan enzim, aktivasi enzim
akan mempercepat eliminasi obat objek. Kenaikan kecepatan
eliminasi (pembuangan atau inaktivasi) akan diikuti dengan
menurunnya kadar obat dalam darah  Efek terapi tidak tercapai
Proses Metabolisme

• Proses metabolisme difasilitasi oleh


enzim yang akan mengubah obat yang
bersifat lipofilik menjadi yang larut air
• Hati memegang peranan penting
dalam metabolesme obat secara
enzimatis pada sistem enzim
Cytokrom P 450 (CYP 450)
• Sistem CYP-450 adalah sebuah
keluarga enzim (isozim) mengkatalisis
berbagai reaksi oksidasi pada banyak
proses vital
Sampai saat ini sekitar 55 isoform manusia (varietas) dari CYP450 telah
ditemukan dan yang mempengaruhi dalam secara klinis adalah : sitokrom
CYP3A4, CYP2D6, CYP1A2, CYP2C9, CYP2C19, CYP2E1. CYP2C19
dan CYP2E1 obat berinteraksi bila dimetabolisme pada isoenzim yang
sama
Interaksi obat pada metabolisme
Contoh-contoh interaksi dalam metabolisme baik berupa
pemacuan enzim atau penghambatan enzim ditampilkan

Obat objek Obat presipitan Efek yang timbul


Antikoagulan Penurunan efek antikoagulan
warfarin Rifampisin
Kontrasepsi oral Kegagalan kontrasepsi
Fenitoin
Tolbutamid Penurunan efek antidiabetik
Fenitoin Fenobarbital Penurunan/kegagalan terapi antiepilepsi
Kortikosteroid Penurunan kadar obat
Karbamasepin
Doksisiklin Penurunan kadar obat
4. EKSKRESI
• Interaksi obat atau metabolitnya melalui
organ ekskresi dapat terjadi karena obat
atau metabolitnya saling berinteraksi untuk
diekskresi melalui ginjal
• Obat akan berinteraksi dengan menghambat
atau mempercepat ekskresi obat lain
– Klinidin juga menghambat sekresi aktif
digoksin  peningkatan kadar digoksin dalam
darah, kira-kira sampai 2 kali, sehingga terjadi
peningkatan kejadian efek toksik digoksin..
– Obat-obat diuretika menyebabkan retensi
lithium karena hambatan pada proses
ekskresinya.
– Furosemid juga dapat meningkatkan efek
toksik ginjal dari aminoglikosida,kemungkinan
oleh karena perubahan ekskresi aminoglkosida
FARMAKODINAMIK
Interaksi Obat Secara Farmakodinamik
• Interaksi farmakodinamik berbeda dengan interaksi
farmakokinetik. Pada interaksi farmakokinetik terjadi
perubahan kadar obat obyek oleh karena perubahan pada
proses absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi
obat.
• Pada interaksi farmakodinamik tidak terjadi perubahan
kadar obat obyek dalam darah. Tetapi yang terjadi adalah
perubahan efek obat obyek yang disebabkan oleh obat
presipitan karena pengaruhnya pada tempat kerja obat.
• Interaksi farmakodinamik dapat dibedakan menjadi,
– Interaksi langsung (direct interaction)
– Interaksi tidak langsung (indirect interaction)
1. INTERAKSI LANGSUNG
• Interaksi langsung terjadi apabila dua obat atau lebih
bekerja pada tempat atau reseptor yang sama, atau
bekerja pada tempat yang berbeda tetapi dengan
hasil efek akhir yang sama atau hampir sama.
• Interaksi dua obat pada tempat yang sama dapat
tampil sebagai antagonisme atau sinergisme.
a. Antagonisme pada tempat yang sama
Antagonisme adalah keadaan dimana efek dua obat
pada tempat yang sama saling berlawanan atau
menetralkan.
Banyak contoh interaksi seperti ini, misalnya:
– Pengobatan keracunan pestisida organofosfat dengan
sulfas atropin untuk menetralisir efek-efek kolinergik
yang terjadi.
b. Sinergisme pada tempat yang sama

• Sinergisme adalah interkasi di mana


efek dua obat yang bekerja pada
tempat yang sama saling memperkuat.
• Walaupun banyak contoh interaksi
yang merugikan dengan mekanisme
ini tetapi banyak pula interaksi yang
menguntungkan secara terapetik.
• Kombinasi obat beta-blocker dan Ca
++-channel blocker seperti verapamil
dapat menyebabkan aritmia/asistole.
Keduanya bekerja pada jaringan
konduksi otot jantung yang sama. βbloker

Ca Cannal Bloker
c. Sinergisme pada tempat yang
berbeda dari efek yang sama
atau hampir sama.
• Obat-obat dengan efek akhir
yang sama atau hampir sama,
walaupun tempat kerja atau
reseptornya berlainan, kalau
diberikan bersamaan akan
memberikan efek yang saling
memperkuat. Misalnya,
– Kombinasi antibiotika,
misalnya penisilin dan
aminoglikosida
– Kombinasi beberapa obat
antihipertensi
2. INTERAKSI TIDAK LANGSUNG

• Interaksi tidak langsung terjadi bila obat presipitan


punya efek yang berbeda dengan obat obyek, tetapi
efek obat presipitan tersebut akhirnya dapat
mengubah efek obat obyek. Beberapa contoh antara
lain,
– Obat-obat yang menyebabkan perlukaan gastrointestinal
seperti aspirin, fenilbutason, indometasin, dan obatobat
antiinflamasi non-steroid yang lain, bila diberikan pada
pasien-pasien yang sedang mendapatkan antikoagulansia
seperti warfarin, maka dapat terjadi perdarahan yang
masif dari perlukaan tadi.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai