Anda di halaman 1dari 20

Dr. Rien H J.

Usman
Dra. Suliestyah, MSi
www.pondokbelajar.com
www.kimfis-oke.blogspot.com

FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI


UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
Contoh 15: Setarakan reaksi redoks dalam suasana asam dibawah ini

Jika diketahui massa Cr2O72- 40 gr dan massa C2O42-


70 gr, tentukanlah massa H2O yang dihasilkan (Ar
Cr=52, O=16, C=12)
Larutan  campuran homogen yang bis terdapat
pada ketiga wujud zat baik padat, cair maupun
gas.
Tipe larutan
- Larutan gas  udara
- Larutan cair
 Zat padat dalam zat cair: garam dalam air
 Zat cair dalam zat cair: alkohol dalam air
 Zat gas dalam cair: coca cola
- Larutan padat 
oooooooo  Larutan pada substitusional, dimana atom/
oooooooo molekul/ion zat menggantikan partilkel dalam kristal.
oooooooo  kuningan adalah larutan tembaga dalam seng
o o.o o o o  Larutan interstitial, dimana atom/moleku/ion
zat
o o o o.o o terlarut mengisi di partikel2 dalam kisi kristal
o.o o o o o  Wolfram Carbide

zat cair larut pada zat padat : Hg dalam tembaga


gas larut zat padat : hidrogen dalam platina
padat larut dalam padat : perak dalam platina
Satuan Konsentrasi

 Molarita (M) ; jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan


 Normalita (N) : jumlah ekivalen zat terlarut dalam 1 liter larutan
 Molalita (m) : jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg pelarut
 Fraksi mol (x) : jumlah mol komponen tertentu dibagi jumlah mol
semua komponen dalam larutan
 Persen mol : adalah fraksi mol dalam persen
persen mol A = xA x 100%
 Fraksi berat : Perbandingan berat komponen tertentu dengan
berat seluruh komponen
 Fraksi volume: Perbandingan volume komponen tertentu dengan
jumlah volume total komponen
 Keformalan : jumlah berat rumus zat terlarut dalam 1 liter
larutan.
Proses Pelarutan dalam larutan cair
 “ LIKE DISSOLVES LIKE”  zat yang mempunyai
gaya tarik menarik molekul yang sama saling
melarutkan.
Larutan zat cair dalam zat cair
Larut  Apabila partikel zat terlarut (molekul, atom, ion)
dapat didistribusikan dalam pelarut itu, atau partikel zat
terlarut dapat menggantikan kedudukan partikel zat pelarut.
Kemudahan suatu zat terlarut larut dalam suatu pelarut tertentu
ditentukan oleh kemudahan distribusi zat terlarut dalam
pelarut, kemudian ia menggantikan posisi molekul pelarut.
Faktor kemudahan distribusi zat terlarut bergantung:
› gaya tarik antar molekul pelarut,
› gaya tarik antar molekul zat terlarut dan
› gaya tarik antar molekul pelarut dan molekul zat terlarut.
Larutan zat cair dalam zat cair
- bila keduanya senyawa non polar  pada senyawa non polar, gaya
antar molekul sangat lemah, karena hanya gaya van der Waals, baik zat
pelarut maupun pelarut. Oleh karena itu molekul zat terlarut mudah
menggantikan molekul pelrut: benzena (C6H6 mudah larut dalam
chloroform (CCl4) yang sama2 senyawa non polar.
- senyawa polar dan non polar  air dan CCl4. Gaya tarik menarik
molekul air adalah ikatan hdrogen yang lebih kuat dari gaya van der
Waals dalam CCl4.Sehingga molekul ini tak bisa menggantikan molekul air
 tidak saling larut memisah menjadi 2 fasa.
- keduanya senyawa polar  pada etanol dan air, gaya tarik antar
molekul air dan etanol sama kuat, sehingga saling menggantikan , mudah
larut. Kelarutan beberapa alkohol dalam air (mol/100 gram air)  metanol
(CH3OH) = ∞ ; Butanol (C4H9OH) = 0.12 ; pentanol (C5H11OH) = 0,031
 gugus polar makin rendah dengan meningkatnya berat molekul,
sehingga makin lemah dibandingkan dengan air, oleh karena itu
kelarutannya menurun.
Zat padat dalam zat cair

Kristal molekul  gaya tarik dalam kristal molekul gaya van der
Waals yang lemah. Bila dilarutkan pada pelarut non polar (J2 dalam
CCl4 ) maka akan mudah larut, bila dalam senyawa polar yang lebih
kuat ikatanya akan sukar larut (J2 dalam air)
Kristal ion  gaya tarik dalam kristal ion  elektrostatis yang kuat.
Bila dilarutkan pada senyawa polar yang juga elektrosatis  larut.
Bila zat pelarut non polar, gaya van der Waals lemah  sukar laut.
NaCl mudah larut dalam air, tetapi sukar larut dalam CCl4.

Kalor Pelarutan ▲Hsoln


kalor/panas yang diserap atau dibebaskan kalau zat dilarutkan
dalam suatu pelarut.
▲Hsoln KCl = 7,2 KJ/mol ▲Hsoln KBr = 19,9 KJ/mol
▲Hsoln Ki = 20,3 KJ/mol ▲Hsoln LiCl = -37,0 KJ/mol
▲Hsoln LiI = -59,0 KJ/mol ▲Hsoln LiNO3 = - 1,3 KJ/mol
Tiga tahap proses pelarutan zat cair
- Molekul2 pelarut harus dipisahkan satu sama lain  proses endoterm
- Molekul2 zat terlarut harus dipisahkan satu sama lain  proses endoterm
- Molekul2 pelarut dan terlarut dibawa ke keadaan saling pengaruh tarik
menarik satu sama lain  proses eksoterm

Tiga tahap proses pelarutan zat padat dalam zat cair


- Pemisahan partikel zat padat dari kisi kristal  proses endoterm
- Partikel-partikel zat padat yang terpisah menarik molekul-molekul pelarut,
mengeluarkan energi hidrasi
 proses endoterm, bila energi kisi > energi hidrasi
 proses eksoterm, bila energi kisi < energi hidrasi

b2
b2 c3
E E
a1 c3
a1
▲Hsoln
▲Hsoln

Proses Eksoterm Proses Endoterm


Soal: Berapa kalor pelarutan KI dalam air?
KI(s)  K+(g) + I-(g) ▲Hkisi = +151 kkal/mol
K+(g) + I-(g) + xH2O  K+(aq) + I-(aq) ▲Hhidr = - 148 kkal/mol
----------------------------------------------------------------------------------------------
KI(s) + xH2O  K+(aq) + I-(aq)
▲Hsoln = ▲Hkisi + ▲Hhidr  (151 - 148) = +3 kkal  endoterm

Soal: Berapa kalor pelarutan LiCl dalam air?


LiCl(s)  Li+(g) + Cl-(g) ▲Hkisi = +199 kkal/mol
Li+(g) + Cl-(g) + xH2O  Li+(aq) + Cl-(aq) ▲Hhidr = - 148 kkal/mol
------------------------------------------------------------------------------------------------
LiCl(s) + xH2O  Li+(aq) + Cl-(aq)
▲Hsoln = ▲Hkisi + ▲Hhidr  (199 - 211) = -12 kkal  eksoterm
Kelarutan dan suhu
Kelarutan (Solubilitas)  banyaknya zat terlarut yang diperlukan untuk
membuat larutan jenuh dalam suatu zat pelarut
Pada setiap suhu tertentu, kesetimbangan dinamis 
laju pelarutan sama dengan laju pengendapan
o o Azas Le Chatelier: bila suhu dinaikkan, kesetimbangan
o bergeser kearah yang menghilangkan pengaruh kenaikan
o ooo o suhu itu. Jadi bila suhu larutan dinaikkan,
ooooo  untuk proses pelarutan endoterm  kelarutan naik
 untuk proses pelarutan eksoterm  kelarutan turun

KNO3 Dengan Kurva Kelarutan dapat memisahkan


KBr suatu senyawa dari penootoran zat lain
dengan kurva yang lain dengan teknik
kristalisasi bertingkat.
Cu2(SO4)3 Kondisi diatur agar salah satu agar
hanya satu saja yang mengkristal
suhu 
Kurva kelarutan beberapa senyawa dalam air
Pengaruh tekanan pada kelarutan
Tekanan mempunyai pengaruh yang besar pada kelarutan gas
Prinsip Le Chatelier: apabila kesetimbangan diganggu 
kesetimbangan bergeser pada arah yang mengurangi
gangguan.
Pelarut (l) + Zat terlarut (gas)  Larutan
Bila tekanan diperbesar  kesetimbangan akan bergeser
kearah yang mengurangi tekanan  makin besar kelarutan
gas
Hukum Henry (berlaku pada tekanan & konsentrasi rendah)
Konsentrasi gas dalam larutan berbanding langsung dengan
tekanan bagian gas diatas larutan
Cg = konsentrasi bagian gas
Cg = Kg x Pg Kg = tetapan Henry
Pg = tekanan bagian gas
Soal:
Pada suhu 25oC oksigen dilarutkan dalam air. Pada
tekanan total 101 kPa, ternyata oksigen larut 0,0393 g
dm-3. Bila diketahui tekanan bagian oksigen 107 kPa,
berapa kelarutan oksigen tsb.
Tekanan uap air pada 25oC= 3,17 kPa.
Ptotal = PO2 + Puap air  PO2 = 101 - 3,17 = 97,83 Kpa
KO2 = CO2 / PO2 = 0,0393 g dm-3 / 97,83 kPa
= 4 x 10-4 g / dm-3 kPa
Kelarutan O2 pada tekanan O2 107 kPa
= (4,0 x 10-4)(107) = 0,043 g dm-3
Tekanan Uap Larutan
Pembentukan larutan akan mempunyai pengaruh pada sifat
fisika komponen yang ada pada larutan, a.l. tekanan uapnya
Hukum Raoult  berlaku pada Larutan Ideal
Dalam larutan encer, untuk larutan yang terdiri dari zat terlarut
yang tidak terdisosiasi dan tidak menguap, maka tekanan uap
larutan pada suatu suhu sama dengan hasil kali fraksi mol
pelarut cair dengan tekanan uap pelarut murni pada suhu itu.

Plarutan = Xpelarut x Popelarut

Larutan terdiri pelarut yang dapat Plarutan Xpelarut x Popelarut


=
menguap dan terlarut yang tidak
dapat menguap
PA = XA x PAo
Larutan yang terdiri dari pelarut dan
PB = XB x PBo
zat terlarut dapat menguap
Larutan merupakan campuran biner PT = PA x PB
A dan B, menurut Dalton
Sifat Koligatif Larutan  Sifat yang tergantung dari
banyaknya partikel zat terlarut dalam larutan

 Tekanan uap larutan < tekanan uap pelarut murni, ini


mempengaruhi titik didih dan titik beku larutan.
 Titik beku larutan lebih rendah dibandingkan titik beku
pelarut murni
 Titik didih larutan lebih tinggi dibandingkan titik didih
pelarut murni
Hubungan titik didih dan titik beku dengan
konsentrasi zat terlarut
▲Tb: penurunan titik beku
▲ Tb = Kb x m Kb : tetapan penurunan titik beku
m : molalita zat terlarut
▲ Td = Kd x m
▲Td: kenaikan titik didih
Kd : tetapan kenaikan titik didih
Osmosa

Proses dimana pelarut pindah dari bagian yang konsentrasi zat


terlarutnya rendah ke bagian yang konsentrasi zat terlarutnya
tinggi melalui membran setengah lulus (semipermiable) yang
hanya dapat dilalui molekul pelarut tapi tidak dapat dilalui
molekul zat terlarut.
 Besarnya tekanan osmosa bergantung dari konsentrasi molar
zat terlarut.
π æ M
π æ k x M
π = k x (n/V) = (nRT) / V π V = nRT
M = konsentrasi molar = n / v
k = tetapan berdasarkan suhu, mirip RT n = jumlah mol
π = tekanan osmosa V = volume
R = tetapan gas T = suhu
Latihan soal-soal
1. Tekanan uap H2O murni pada 28oC adalah 28,25 mmHg.
Hitunglah tekanan uap pada 28oC larutan yang terdiri
dari 68 gram gula C12H22O11 dalam 1000 gram air.
Massa Molekul C12H22O11 = 342, H2O = 18,02
Jumlah mol C12H22O11 = 68 / 342 = 0,1988 mol
Jumlah mol H2O = 1000 / 18,02 = 55,4939 mol
Jumlah mol total = 0,1988 + 55,4939 = 55,6927
mol
Fraksi mol C12H22O11 = 0,1988 / 55,6927 = 0,0036
Fraksi mol H2O = 55,4939 / 55,6927 = 0,9964
Hukum Raoult : Plarutan = Xpelarut x Popelarut
Plarutan = 0,9964 x 28,25 = 28,1483 mmHg
2. Pada 30oC benzena murni (Mr 78,11) mempunyai tekanan uap
121,8 mmHg. Dengan melarutkan 15,0 g zat terlarut yang tidak
mudah menguap dalam 250 gr benzena menghasilkan larutan
dengan tekanan uap 120,2 mmHg.
Hitunglah berat molekul zat terlarut.
Jumlah mol benzena = 250 / 78,1 = 3,20 mol
Jumlah mol zat terlarut = 15,0 / BM
Hukum Raoult : Plarutan = Xpelarut x Popelarut
120,2 = 128 x 3,20 / (15 / BM + 3,20) = (121,8 x 3,2 BM) /
(15 + 3,2BM)
120,2 x (15 + 3,2BM) = 121,8 x 3,2 BM  BM = 352
3. Berat molekul suatu senyawa organik = 58. Hitunglah titik didih
larutan yang dibuat dari melarutkan 24 gram zat terlarut dalam
600 gram air, bila titik didih air 99,725oC.
m = (24 / 69) / 600 = 0,69 m
▲ Td = Kd . m = 0,513 x 0,69 = 0,354oC
Titik didih larutan = 99,725oC + 0,354oC = 100,079oC
4. Titik beku kamper murni 178,4oC, Kb = 40,0oC m-1 .
Hitunglah titik beku larutan terdiri dari 1,50 gram senyawa
yang mempunyai massa molekul relatif 125 dalam 35 gram
kamper.
m = (1,5 /125) / (35/1000) = 0,343 m
▲ Tb = Kb . m = 40,0 x 0,343 = 13,7oC
Titik beku larutan = 178,4 – 13,7 = 164,7 OC
5. Berapa tekanan osmosa pada 17oC dari larutan yang terdiri
dari 1,75 gram sukrosa C12H22O11 di dalam 150 cm3 larutan.
Massa molekul relatif sukrosa C12H22O11 = 342
n / V = (jumlah mol zat terlarut) / jumlah liter larutan =
(1,75/342) / 0,150 = 0,0341 mol / l
Tekanan osmosa : π = nRT / V
= 0,0341 x 0,0821 x 290 = 0,81 atm

Anda mungkin juga menyukai