DEKON 2018
KEPALA SEKSI P2PTM
DAN MKJN
45 Orang
Petugas 6-8 Maret LP/LS/TOMA/TOGA,K
a. SOSIALISASI KAB.MBD (Tiakur) (34.720.000)
Provinsi (2 org) 2018 a.desa/Kel, Karang
taruna dll.
5 desa di Kec.
Moa Lakor
Petugas Provinsi 10-12 April
c. DETEKSI DINI (Werwaru, Weet, (42.770.000) 100 Orang/ Desa
(3 Org) 2018
Watarleli,
Kaiwatu, Pati)
alat tes gula darah,
Minggu ke-4
d.Bahan Habis Pakai* (22.305.000) cholestrol,handskun,
Februari 2018
alcohol swab
PROGRAM keswa dan napza
No Kegiatan Lokasi Pelaksana Waktu Jumlah Dana Peserta
Kader
Terlati Dokter Guru & Perawat
h Terlatih Nakes Terlatih &
KONSEP DASAR PROGRAM PTM
RPJMN
KEGIATAN
INDIKATOR RPJMN 2015-2019,
TARGET DAN CAPAIAN S/D JUNI 2018
No. Indikator
Prevalensi merokok
1 pada penduduk usia ≤ 6,9 % NA - 6,4% 8,80% - 5,9% 8.80% - 5,6% 8.80% 5,4%
18 tahun (%)
3
INDIKATOR RENSTRA 2015-2019
TARGET DAN CAPAIAN S/D JUNI
2018
2015 2016 2017 2018 2019
No. Indikator
Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi Target
0
100
120
99
85 82
70
66
*
62
56 56
52 52 50
46
42 40 39
Dki Jakarta
38 36 35 34
Sulawesi Selatan
Kepulauan Riau Nusa Tenggara Barat Kalimantan Selatan Lampung
Jawa Timur Gorontalo Banten Jambi
Persentase Desa/Kelurahan Berposbindu
32 32 31 30 29
Kalimantan Barat
Capaian Indikator Kinerja Kegiatan (Renstra) :
Papua
16 13
10
120
Sulsel
NTT
Kep. Babel
Sumbar
Sulbar
Sumut
Jabar Gorontalo Bengkulu
DKI Jakarta
Papua Barat
Papua
Aceh Indonesia Bali
80 76,29
70,19 68,3
62,98
60 55,31
42,62
39,73
40
31,25
20
10,97
Sumber: SI PTM
DO : Puskemas Pandu PTM adalah Puskesmas yang melakukan pembinaan Posbindu di wilayah kerjanya
*
Capaian Indikator Kinerja Program (Renstra) :
Persentase Kab/Kota yang Melaksanakan Kebijakan
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Minimal 50% Sekolah sampai Juni 2018
120
80
66,67
62,50 60 60 60
57,89
60
50
42,8642,8641,18 40
38,4636,3636,36
35,71
40 33,3333,33
33,33 30
31,91
25,0023,08
21,4321,05 20
17,39 17,1415,38
20 12,1211,76
10,34 9,09
100 100 99 96
95 94
90
84
81
80
75 73
71
70 66
62 61
Nasional
60 57 56 46%
53
49 48
50
43
39
40
35
31 29
30
25
23
20 19 19 18
13 13
10
10
7
2 1
0
40,00
35,00
30,00
26,26
25,53
25,00
20,00 18,39
17,80
16,7616,50
15,57
15,00 13,4113,2813,21
10,9810,83
10,23 9,74 9,65
10,00 9,00
8,14 8,09 7,49
7,43
6,30 6,09 6,03 5,80 5,79
4,93 4,49 4,43
5,00 3,81 3,42
3,07
2,65 2,33
1,68
1,00
s
s
e
e
e
n
p
0,0
10,0
30,0
40,0
50,0
60,0
80,0
70,0
90,0
20,0
81,9
59,1
50,5
*
35,934,7
23,2
32,6
29,2 28,7
7,9 6,8
Sulawesi Selatan
DKI Jakarta Sulawesi Barat Lampung
3,2 3,1 1,6
Papua
Sumatera Barat Kep. Bangka Belitung Kep. Riau
Bali
Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Kalimantan Utara Gorontalo
Sulawesi Tenggara
Maluku
Papua Barat
DO : Puskesmas yang melakukan deteksi dini dan merujuk kasus katarak
TANTANGAN
MANAJEMEN
• Kapasitas
Manajerial
Pengelola
Program
• Pencatatan dan
Pelaporan
CERDIK
TEKNIS
• Kapasitas
Teknis Nakes
• CPD, OJT dll
KESIMPULAN
Capaian program PTM semester I 2018 di beberapa Provinsi sudah baik,
namun di beberapa lainnya cakupan masih perlu akselerasi dan
komitmen yg lbh kuat
Perlu peningkatan kapasitas manajemen pengelola program melalui
bimbingan dan penyediaan pedoman manajemen program yg dapat
menjadi acuan sewaktu-waktu, hal ini juga akan meminimalisir
terputusnya informasi pada saat terjadinya mutasi petugas
PGP&K
1. Ketersediaan anggaran untuk pelayanan PTM 1. Pelaksanaan pertemuan sosialisasi dan advokasi
masih rendah program penanggulangan gangguan indera dan
2. Program merupakan program baru fungsional kepada pemerintah daerah.
3. Tenaga Kesehatan terlatih masih terbatas 2. Penyusunan NSPK kebijakan dan legal aspek dalam
4. Pencatatan dan pelaporan program belum penanggulangan gangguan indera dan fungsional
optimal 3. Pelaksanaan pelatihan pencegahan dan pengendalian
gangguan indera dan fungsional
4. Penyusunan instrumen identifikasi masalah, pencatatan
dan pelaporan penanggulangan gangguan indera mulai
tingkat Puskesmas, Kab/Kota dan Provinsi,.
*
Hambatan/Masalah Tindak Lanjut
Kanker
1. Jumlah dokter dan bidan terlatih dalam melakukan 1. Meningkatkan jumlah tenaga kesehatan dokter dan bidan yang
deteksi dini masih terbatas, terutama didaerah mampu melaksanakan deteksi dini kanker dengan mendorong
terpencil dan tertinggal, kepulauan (DTPK). Hal ini pelatihan IVA dan Sadanis di daerah melalui dana dekonsentrasi
disebabkan tidak hanya sarana prasarana dan , APBD, Pajak rokok dll.
transportasi serta letak geografis saja tapi juga karena 2. Meningkatkan jumlah puskesmas yang mampu memberikan layanan
tenaga yang sudah dilatih pindah ke tempat lain. IVA dan SADANIS di tingkat provinsi dan kabupaten kota melalui
2. Masih banyak perempuan yang enggan karena malu dan kegiatan pelatihan dengan melibatkan profesi ahli (dokter ahli
takut untuk datang melakukan deteksi dini sehingga kandungan/obsgyn) sebagai pendamping (supervisor).
angka capaian belum maksimal. 3. Memperkuat sosialisasi dan advokasi bagi petugas maupun
3. Advokasi dan sosialisasi yang belum maksimal pada pengampu kebijakan dalam memotivasi petugas kesehatan yang
pemangku, pembuat dan penentu kebijakan di sudah dilatih untuk melaksanakan di fasyankes
kabupaten kota dalam upaya pengendalian kanker 4. Memperkuat advokasi dan sosialisasi baik kepada gubernur, bupati,
sehingga belum menjadi prioritas dalam perencanaan pemangku adat, tokoh agama maupun masyarakat serta
kegiatan di kabupaten kota stakeholder terkait, dan organsasi profesi guna mendukung
4. Sistem pencatatan dan pelaporan rutin yang belum pelaksanaan program pelayanan IVA di fasilitas layanan kesehatan
berjalan optimal primer.
5. Koordinasi lintas sektor dan program dan sistem rujukan 5. Memperkuat logistik deteksi dini sebagai saran dukung deteksi dini
belum maksimal di tingkat kabupaten kota. kanker payudara dan kanker leher rahim di fasilitas layanan
6. Sistem pembiayaan yang belum optimal menyebabkan kesehatan primer.
layanan deteksi dini IVA di puskesmas belum berjalan 6. Memaksimalkan layanan rujukan bila ditemukan hasil IVA positif
efektif.. dengan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai.
7. Sarana dan prasarana pendukung dan bahan habis pakai 7. Pengembangan surveilans dan faktor risiko serta sistem informasi
seperti gas N2O dalam pelaksanaan deteksi dan tindak manajemen pencegahan dan pengandalian kanker melalui
lanjut dini masih terbatas. penguatan registri kanker
*
Upaya Percepatan
- Membuat surat edaran ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota agar meningkatkan implementasi KTR di
daerahnya masing-masing.
- Membuat feed back hasil review kepada pemerintah Kab/Kota yang dinilai.
- Penguatan kepada B/BTKL dan mendorong agar segera melaksanakan penilaian implementasi KTR di kabupaten/
kota yang menjadi tanggung jawabnya dengan pendanaan yang diberikan dari program, dilanjutkan dengan feed back
dan advokasi kepada pemerintah daerah.
- Advokasi ‘peer to peer’ dan workshop penyusunan draft peraturan dan kebijakan daerah.
- Penguatan Sistem Pencatatan Dan Pelaporan PTM Melalui SI PTM
- Bimtek dan Monev Terhadap Pelaksanaan Posbindu PTM di Daerah
- Penguatan KIE Pelaksanaan Posbindu dan Cerdik melalui Kampanye Germas untuk lebih meningkatkan awareness
masyarakat terhadap pentingnya deteksi dini risiko PTM.
- Penyusunan Permenkes Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Pendengaran
- Penyusunan roadmap penanggulangan gangguan penglihatan 2017-2030, kerjasama dengan Perdami dan
Komatnas.
- Implementasi roadmap target tahun 2017-2019 yaitu :
ketersediaan data prevalensi gangguan penglihatan
Pengembangan sistem informasi gangguan penglihatan berbasis web dan penyusunan Juknis Sistem Informasi
Gangguan Penglihatan (SIGALIH)
Pilot project di 6 provinsi: penerapan sistem informasi penanggulangan gangguan penglihatan mulai dari
kader, petugas kesehatan, dan rujukan ke RS dalam deteksi dini gangguan penglihatan di masyarakat.
Orientasi Sistem Informasi Penanggulangan Gangguan Penglihatan (PGP) Terpadu
Integrasi kegiatan deteksi dini gangguan penglihatan dengan PTM lainnya di POSBINDU.
- Sosialisasi Program Penanggulangan Gangguan Penglihatan kepada masyarakat, lintas program dan lintas sektor
lainnya melalui peringatan Hari Penglihatan Sedunia yang akan dilaksanakan pada tanggal 11 Oktober 2018 di
Surabaya.
- Pencetakan Media KIE.
*
NO KEGIATAN VOL Tempat /Peserta PJ WAKTU Ket.
2 Penguatan KIE, Germas @ 1 kali Banggai dan Bandung Barat DM GM Agt-Sept Peserta per Lokasi 200 org
1. Kawasan tanpa Rokok Meningkatnya jumlah Kabupaten Kota yang memiliki Perrda
KTR
2. Persentase Kab/Kota yang melaksanakan kebijakan kawasan tanpa Rokok minimal 50%
sekolah Meningkatnya persentase Kab/Kota yang melaksanakan kebijakan kawasan
tanpa rokok minimal 50% sekolah di tahun 2019
3. Persentase penurunan prevalensi merokok pada usia <= 18 tahun Menurunnya
prevalensi merokok pada usia <= 18 tahun
Kemungkinan ada salah pengetikan pada indikator nomor 3 ini, menurut data hasil
Riskesdas 2013 : umur penduduk yang diukur untuk indikator ini adalah ≥ 18 tahun
4. PTM Terpadu Meningkatnya jumlah Puskesmas yang Melaksanakan program
pengendalian PTM Terpadu
5. Posbindu PTM Meningkatnya jumlah desa dengan kegiatan Posbindu PTM
6. Cancer Cerviks dan payudara meningkatnya jumlah wanita 30 – 35 tahun yang
dideteksi dini Ca Cerviks dan payudara
Ada salah pengetikan pada indikator nomor 6 ini, format pengelompokan umur dari
pusat (RPJMN) yaitu perempuan usia 30 – 50 tahun yang diperiksa
TARGET DAN CAPAIAN KINERJA BIDANG P2P DINAS KESEHATAN
PROVINSI MALUKU TAHUN 2014 - 2018
2014 2015 2016 2017 2018
Arah Progra Sasaran
Indikator Kinerja Targe Realisa Realisa Targe Realisa Realis Realisa Ket
Kebijakan m Program Target Target Target
t si si t si asi si
Penguatan Progra ODHA yang Meningkatnya Realis
pelayanan m mendapat ODHA (Orang asi
kesehatan, Penceg pengobatan dengan HIV AIDS) 100 52,77 100 32,50 100 35 100 36 100 32 2018
pencegaha ahan ARV yang mendapat samp
n, dan (P) pengobatan ARV ai sept
pengendali Penang sebanyak 100% di
an penyakit gulang tahun 2019
menular an Kawasan Meningkatnya
dan tidak Penyak Tanpa jumlah Kab/Kota 1 0 2 2 5 7 7 11 11 11
menular di it Rokok yang memiliki
gugus Menula (Q) Perda KTR
pelayanan r Persentase Meningkatnya
kesehatan Kabupaten/ persentase
Kota yang Kabupaten/Kota
melaksanak yang
an kebijakan melaksanakan 10 0 10 0 20 0 30 0 40 0
Kawasan kebijakan Kawasan
Tanpa Tanpa Rokok
Rokok minimal 50%
minimal sekolah di tahun
50% 2019
sekolah
(R)
Presentasi Menurunnya 6,84 7,2 6,48 7,2 6,12 7,2 5,76 7,2 5,4
penurunan prevalensi merokok
prevalensi pada usia <=18
merokok tahun
TARGET DAN CAPAIAN KINERJA BIDANG P2P DINAS KESEHATAN
PROVINSI MALUKU TAHUN 2014 - 2018
1 Maluku Tenggara Barat PERDA NO. 06 TAHUN 2014 PERDA NO. 06 TAHUN 2014 PERDA NO. 06 TAHUN 2014 PERDA NO. 06 TAHUN 2014
2 Maluku Tenggara PERWALI NO. 15 TAHUN 2014 PERBUP NO. 15 TAHUN 2014 PERBUP NO. 15 TAHUN 2014 PERBUP NO. 15 TAHUN 2014
3 Maluku Tengah PERBUP NO. 07 TAHUN 2015 PERBUP NO. 07 TAHUN 2015 PERBUP NO. 07 TAHUN 2015
- -
4 Buru - - PERDA SEMENTARA PERDA NO. 06 TAHUN 2016 PERDA NO. 06 TAHUN 2016
5 Aru PERBUP NO. 35 TAHUN 2016 PERBUP NO. 36 TAHUN 2016 PERBUP NO. 36 TAHUN 2016
- -
6 Seram Bagian Barat PERDA SEMENTARA PERDA NO. 06 TAHUN 2017 PERDA NO. 06 TAHUN 2017
- -
7 Seram bagian Timur PERBUP NO. 07 TAHUN 2015 PERBUP NO. 31 TAHUN 2016 PERBUP NO. 31 TAHUN 2016
- -
8 Maluku Barat Daya PERBUP NO. 06 TAHUN 2016 PERBUP NO. 06 TAHUN 2016
- -
9 Buru Selatan PERDA NO. 41 TAHUN 2015 PERDA NO. 41 TAHUN 2015 PERDA NO. 41 TAHUN 2015
- -
10 Ambon - - PERWALI NO. 41 TAHUN 2015 PERWALI NO. 27 TAHUN 2015 PERWALI NO. 27 TAHUN 2015
Total 2 8 11 11
2. KABUPATEN/KOTA YANG MELAKSANAKAN KEBIJAKAN KAWASAN TANPA
ROKOK MINIMAL 50% SEKOLAH DI TAHUN 2019
45
41
40
35
30
25
20 17
15
8 9 8
10
6 5
3 3 3 3 4
5 2 2
0 0 0 1 1
0
MTB TUAL MALRA Kep. Aru ARU MALTENG SBT SBB BURU BURSEL AMBON MALUKU
2017 2018(SMT 1)
60
50 47
40
31
30
20
14
14 14 14
12 12
9 9
10 8
7 7
5
4 4 4
3 3 3
2 2
1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
MTB Tual Malra Aru MBD Malteng SBT SBB Buru Bursel Ambon PROVINSI
450
402
400
350
304
300
250
200
150
101
100 77
60 57 54 50
50 32 32 37
23 23
16 13 12
0 0 3 4 7 3 4 6 2 3 6 4 5 4 6 8
0 5 10 4 7
0
MTB Tual Malra Aru MBD Malteng SBT SBB Buru Bursel Ambon Maluku
4500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
MTB Tual Malra Kep. Aru MBD Malteng SBT SBB Buru Bursel Ambon Maluku
JUMLAH SUMBER
NO KEGIATAN WAKTU
ANGGARAN DANA
23 Agustus - 29 Sept
2 Monev dan Bimtek APBN
2018 155,975,000
JUMLAH SUMBER
NO KEGIATAN WAKTU
ANGGARAN DANA
13 - 15 Desember
4 Deteksi Dini Faktor Risiko PM APBN
2018 43,520,000
15. Gabus I
16. Gabus II
17. Ngaringan
18. Wirosari I
19. Wirosari II
20. Tawangharjo
21. Grobogan
22. Purwodadi I
23. Purwodadi II
24. Brati
25. Klambu
26. Godong I
27. Godong II
28. Gubug I
PUSKESMAS Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
29. Gubug II
30. Tegowanu
Ket :
Belum
Laporan
Sudah
Laporan
Belum
punya
DATA POSBINDU PUSKESMAS 2017
NO PUSKESMAS JML DS JML DS POS JML POS DS AKTIF/TDK
1 Kedungjati 12 1 1
2 Tanggungharjo 9 0 0
3 Karangrayung I 10 0 0
4 Karangrayung II 9 0 0
5 Penawangan I 10 0 0
6 Penawangan II 10 0 0
7 Toroh I 10 2 2
8 Toroh II 6 2 2
9 Geyer I 9 1 1
10 Geyer II 4 0 0
11 Pulokulon I 6 1 1
12 Pulokulon II 7 0 0
13 Kradenan I 7 3 5
14 Kradenan II 7 0 0
DATA POSBINDU PUSKESMAS 2017
NO PUSKESMAS JML DS JML DS POS JML POS DS AKTIF/TDK
15 Gabus I 7 1 1
16 Gabus II 7 0 0
17 Ngaringan 12 1 1
18 Wirosari I 8 2 2
19 Wirosari II 6 4 4
20 Tawangharjo 10 8 9
21 Grobogan 12 5 5
22 Purwodadi I 9 1 1
23 Purwodadi II 8 0 0
24 Brati 9 1 1
25 Klambu 9 4 4
26 Godong I 14 2 2
27 Godong II 14 1 1
28 Gubug I 13 3 5
DATA POSBINDU PUSKESMAS 2017
NO PUSKESMAS JML DS JML DS POS JML POS DS AKTIF/TDK
15 Gubug II 8 1 1
16 Tegowanu 18 0 0
JUMLAH 280 44 48
4
5
8 2 1
3 2 1 4
1 21 2
1
1
2 1
2
1
3
1
GAMBARAN PELAKSANAAN
PROGRAM PENGENDALIAN KANKER
DI PROVINSI LAMPUNG
TAHUN 2015
Σ Pddk + 8.117.268
15 Kab/ kota
12 Kab KTR
291 Puskesmas
124 Pusk PTM
73 Pusk IVA
44 RS (Pem & Swasta)
2.639 desa/kel
427 Posbindu PTM
TUJUAN PENGENDALIAN KANKER
DI INDONESIA
5000
4584
4500
4000
3500
3000
2500
2000
1720
1403
1500
1112
976 1015
1000 782
701 734
624 644
478 426 435 487
404 357 331 348
500 282 293270 308
177
70 0 0 0 0 12
0
Pssr Brt Mesuji TBB P.Sewu Pswrn WKN L.Tim Metro TGM Tuba LB LU LT LS BDL
Normal Obes
JUMLAH PENDUDUK USIA > 15 TAHUN YANG DIPERIKSA LINGKAR PERUT
4500 4348
4000
3500
3000
2500
2000
1720
1500 1286
1094
987
1000 894 832
772
668
516
412 438 423
500 304
182 215 239 250
177177 116110
100
0 63 0 0 10 0 0
0
Obesitas Normal
JUMLAH PENDUDUK USIA > 15 TAHUN YANG DIPERIKSA TEKANAN DARAH
4500
4135
4000
3500
3000
2500
1950
2000
1581 1537 1542
1500 1357 1360
1247 1098
1069
987 950
1000 859
628 629 669 659 612
527 539 548
500 315 354
222 245 249
0 0 0 0
0
Hipertensi Normal
JUMLAH PENDUDUK USIA > 15 TAHUN YANG DIPERIKSA GULA DARAH
1200
1067
1000
938
800
600
443 448
418
400
304
285
230
196 207
173 181
200 142
119
100 98 88 99
82 71 67
66 64
38 37
6 0 0 0 0
0
WKN PSWRN LU LB Metro PSWU Pssr Brt Tuba Mesuji LS TGM L.Tim TBB BDL LT
Hiperglikemi Normal
JUMLAH PENDUDUK USIA > 15 TAHUN YANG DIPERIKSA CHOLESTROL DARAH
450
408
400
350
325
300
250
200
156
145
150 134
122
102
92
100
51
50 35 32
23 20 25
12 11 15 10
7 5 2 0 0 0 6 0 0 0 0 0
0
WKN PSWRN LU LB Metro P.SEWU PB TUBA MESUJI LS TGM L.TIM TBB BDL LT
Hipercholestrolemia Normal
JUMLAH PENDUDUK USIA > 15 TAHUN YANG DIPERIKSA TRIGLISERIDA DARAH
178
180
160
140
120
100
90
80
60
40
20 14
7 6
0 0 2 0 0 0 0 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
Hipertrigliseridemia Normal
DATA DASAR MENURUT KAB/KOTA
No Kab/Kota Jlh Penduduk Jlh Desa/Kel Jlh Pusk Puskes IVA* Jumlah RS**
A. PREVALENSI
Prevalensi Kanker (semua jenis kanker), Riskesdas 2013
Lampung : 0,7 per 1000 penduduk
Dilatih Oleh :
Jenis Tenaga Total
Kesehatan Dinkes/ YKI & BPJS
Kemenkes RI
Bidan 82 96 178
SpOG 1 - 1
SpOG (Onkologi) 1 - 1
Sp.Bedah 1 1
Onkologi
Sebaran tenaga yang dilatih oleh Dinas Kesehatan dan
Kemenkes RI menurut kab/kota :
Kab/Kota Bidan Dokter SpOG SpOG (K)
Umum Onkologi
B. Lampung 8 9 - 1
Lam-Timur 13 5 1 -
Lam-Selatan 14 10 - -
Lam-Tengah 2 2 - -
Pringsewu 4 4 - -
Metro 5 5 - -
Lam-Utara 7 7 - -
Tanggamus 7 7 - -
Waykanan 7 7 - -
Pesawaran 6 6 - -
Lanjutan …………..
Way Kanan
Lampung Utara
Lampung Tengah
Lampung Barat
Metro Lampung Timur
1 unit
6. RS RUJUKAN
Yang menjadi rumah sakit rujukan adalah RS yang
memiliki dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi
(Sp.OG), terdapat 41 RS :
1) Bandar Lampung : 13 RS
2) Lampung Tengah : 5 RS
3) Lampung Selatan: 2 RS
4) Lampung Utara : 3 RS
5) Lampung Barat : 1 RS
6) Tulang Bawang : 1 RS
7) Tanggamus : 2 RS
8) Metro : 5 RS
9) Lampung Timur : 1 RS
10) Pringsewu : 5 RS
11) Pesawaran : 1 RS
12) Waykanan : 2 RS
REKAP DATA SEBARAN SUMBER DAYA DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DAN
KANKER PAYUDARA DI TINGKAT PROVINSI
PROVINSI : LAMPUNG
Jumlah
Jumlah SDM Dari
Puskesmas Jumlah Sebaran Jumlah Diperiksa
Terlatih IVA- PuskesmasYang
Nama Terlatih IVA- TOTAL Krioterapi (Total Puskes)
No SADANIS Sudah Dilatih
Kabupaten/Kota SADANIS Puskes
Belum Dinkes Positif
Terlatih Bidan Dokter Pusk Aktif Tdk Aktif' Diperiksa
Terlatih Kab/Kota IVA
1 Lampung Barat 3 10 13 2 3 0 3 0 0 0
2 Tanggamus 12 11 23 12 7 1 3 8 135 0
3 Lampung Selatan 12 14 26 16 8 2 7 3 866 25
4 Lampung Timur 13 20 33 22 4 1 3 3 10 27 1
5 Lampung Tengah 17 20 37 18 3 2 1 16 129 2
6 Lampung Utara 24 3 27 24 7 2 8 16 236 4
7 Way Kanan 7 12 19 7 7 2 3 4 0 0
8 Tulang Bawang 7 11 18 9 5 0 5 2 124 7
9 Pesawaran 8 4 12 10 7 1 6 2 361 25
10 Pringsewu 6 5 11 9 4 2 4 0 449 0
11 Mesuji 6 6 12 5 5 0 4 2 0 0
12 Tulang Bawang Barat 6 4 10 7 3 0 3 0 0 0
13 Pesisir Barat 4 5 9 4 3 0 4 0 0 0
14 Bandar Lampung 24 6 30 21 16 2 17 7 682 12
15 Metro 8 3 11 9 4 1 8 0 116 8
16 Provinsi 1
Total 157 134 291 175 86 2 18 79 70 3155 84
CATATAN :
di Kabupaten Lampung Timur 1 bh krio berada di RSUD Sukadana
di Provinsi 1 bh krio berada di YKI Cabang Utama Lampung
PERMASALAHAN
• Ketepatan pelaporan bulanan PTM masih rendah
• Pelaporan dari RS belum dilaksanakan
• Format pelaporan masih belum seragam
• Belum semua puskesmas memiliki posbindu
• Pemanfaatan posbindu oleh masyarakat masih
rendah
• Sasaran kegiatan Posbindu yang belum menyeluruh
ke semua umur produktif ( diatas usia 18 tahun )
• Sarana penunjang operasional posbindu yang
kurang.
• Laporan on line melalui Portal Web PTM sulit di
akses.
RENCANA TINDAK LANJUT
•Penyempurnaan sistem pelaporan bulanan :
kelengkapan, ketepatan, Validitas
•Pengelolaan pelaporan PTM dari RS
•Penyempurnaan pelaporan posbindu :
manual maupun online
•Pembentukan posbindu secara bertahap.
•Peningkatan pemanfaatan posbindu :
memperluas sasaran posbindu, Swadaya /
Mandiri oleh masyarakat
•Mekanisme feed back pelaporan tiap 4 bulan
•Pelatihan surveilans PTM berbasis Web
ktr
• Skreening/deteksi dini dan konseling upaya berhenti merokok di sekolah pada 15 Provinsi
dengan 2 kabupaten/kota terpilih. Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendapatkan data dan
Informasi terkait perokok usia sekolah di beberapa wilayah di Indonesia. Diharapkan dengan
dilaksanakan kegiatan ini juga akan memberikan gambaran implementasi upaya berhenti
merokok di masing-masing sekolah serta dalam rangka menyempurnakan surveilans
implementasi KTR dan dan konseling upaya berhenti merokok di masa mendatang. Sasaran
adalah siswa baru di Sekolah Menengah Pertama/Sederajat dan Sekolah Menengah Umum/
Sederajat. Melaksanakan implementasi KTR dan konseling upaya berhenti merokok di sekolah.
Melaksanakan kajian implementasi kawasan tanpa rokok di daerah yang telah memiliki
peraturan KTR. Dalam pelaksanaan kegiatan dihadapi beberapa tantangan antara lain: Kegiatan
advokasi dan sosialisasi di daerah dalam pengendalian konsumsi tembakau pada Kab/Kota belum
maksimal. Belum optimalnya koordinasi antara Lintas Program dan Lintas Sektor di tingkat
Kab/Kota dalam upaya pengendalian konsumsi rokok. Daerah yang memiliki kebijakan KTR di
daerah masih terbatasnya jumlahnya, dan penerapan kebijakan di daerah yang telah memiliki
kebijakan KTR belum optimal. Dari 514 kab/kota, baru 50,3% telah memiliki peraturan mengenai
kebijakan KTR atau sebanyak 259 kab/kota. Untuk menghadapi tantangan tersebut diatas,
Kementerian Kesehatan telah melakukan beberapa hal yakni: 1. Optimalisasi dukungan komitmen
lintas sektor dan lintas program dalam upaya advokasi dan sosialisasi pengendalian tembakau
serta mendorong pengembangan regulasi Kawasan Tanpa Rokok di berbagai tingkat
pemerintahan yang didukung oleh semua pihak terkait dan masyarakat. 2. Optimalisasi dukungan
stakeholder dan mitra kesehatan dalam rangka mencapai Implementasi Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat (Germas) terutama melaksanakan kebijakan KTR. 3. Mendorong penegakan hukum
(law enforcement) secara konsisten sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku. 4.
Peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam penegakan Kebijakan KTR yang telah
ditetapkan. 5. Pemicuan untuk mendapatkan kesepakatan penerapan KTR di rumah tangga,
RT/RW, Kelurahan/desa, dan Kecamatan.
• Adapun ruang lingkup kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di tatanan sekolah yang diatur dalam peraturan perundangan Kawasan Tanpa Rokok
yang telah melakukan penerapan enforcement sesuai kriteria yaitu ditemukan tanda dilarang merokok di semua pintu masuk, di seluruh
lingkungan sekolah tidak ditemukan orang merokok, tidak ditemukan ruang khusus merokok, tidak tercium bau asap rokok, tidak ditemukan
asbak dan korek api, tidak ditemukan punting rokok, tidak ditemukan penjualan rokok termasuk kantin sekolah, tempat tunggu penjemput, dan
tidak ditemukan indikasi kerjasama dengan Industri tembakau dalam bentuk sponsor, promosi, iklan rokok. Kementerian Kesehatan telah
melakukan berbagai upaya untuk mencapai target indikator yakni: Advokasi dan sosialisasi terhadap pemangku kebijakan baik pusat maupun
daerah yang belum memiliki kebijakan KTR dan mendorong terbitnya peraturan KTR di kab/kota dan juga implementasinya dalam melindungi
perokok pemula dan masyarakat dari bahaya merokok. Pada tahun 2017 dilaksanakan 2 (dua) kegiatan yakni 1) Pertemuan ICTOH (International
Conference on Tobacco or Health) yang ke-4, bekerjasama dengan IAKMI (Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia). Pertemuan ini dihadiri
dari kalangan eksekutif/legislatif, akademisi, NGO/LSM dan para pemerhati pengendalian tembakau di pusat dan daerah, media dan juga kalangan
pelajar, 2) Pertemuan Aliansi Bupati / Walikota dihadiri sekitar 300 Bupati/ Walikota yang tergabung dalam Aliansi Bupati/Walikota Peduli KTR
dan PTM Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dan pendidikan dalam upaya implementasi KTR di sekolah dilaksanakan secara bertahap dan
berjenjang. Penyebaran informasi dan edukasi kepada masyarakat melalui media cetak dan elektronik. Salah satu upaya yang telah dilaksanakan
adalah penayangan iklan layanan masyarakat mengenai dampak rokok dengan tujuan memberikan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan
penyakit paru obstrukif kronik (PPOK) akibat dampak rokok. Iklan Layanan Masyarakat (ILM) ini ditayangkan di TVRI, TV daerah, dan TV swasta.
Penyedian Layanan Quitline (Layanan Konsultasi Jarak Jauh Upaya Berhenti Merokok). Kegiatan layanan Quitline merupakan layanan langsung
kepada masyarakat yang ingin berhenti merokok melalui Toll Free 0-800-1-77-6565. Jumlah penelpon layanan quitline menunjukan trend yang
meningkat dan jangkauan program ini terus meluas hingga mencapai 29 provinsi. Usia klien yang menelepon layanan quitline terbanyak di usia
20-24 tahun (34%), dan 25-29 tahun (30%). Ini merupkan indikasi yang bagus bahwa kesadaran berhenti merokok di usia mudah sudah cukup
baik. Penyebaran informasi upaya berhenti merokok juga dilaksanakan melalui media sosial baik melalui Facebook, Instagram, Path dan juga
Tweeter. Pada media sosial Facebook dengan layanan upaya berhenti merokok dengan jumlah teman sebanyak 1.354 teman, 522 like. Pada
media sosial Instagram pada @layananUpaya Berhenti Merokok, dengan jumlah kiriman 205 post, pengikut 437 teman, dan diikuti oleh 1.974
teman. Pada media sosial Path di layanan upaya berhenti merokok dengan jumlah teman 172 teman. Pada media sosial Tweeter pada
@layanan_upaya berhenti merokok, jumlah yang diikuti 152, pengikut 99 orang dan 12 komunitas. Selain itu juga penyebaran layanan quit line
dilakukan melalui media cetak (Poster, Stiker, CD, Booklet) yang di distribusikan kepada sekolah sebanyak 5.000 sekolah di 100 kabupaten /kota.
Gerakan Masyarakat (Germas) dalam pengendalian tembakau Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya
dampak tembakau dan meningkatkan peran guru dan siswa dengan seruan stop merokok di sekolah dalam menurunkan prevalensi perokok
pemula. Kegiatan ini dilaksanakan pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia dalam pesan seruan rokok ancam kita dan pembangunan. Kegiatan yang
dilaksanakan adalah skrining perilaku merokok pada anak sekolah, senam dan talkshow
• Oleh karena itu untuk menggambarkan pengendalian PTM dan faktor
risikonya disusun indikator yang dapat menggambarkan tingkat keparahan
kondisi konsumsi rokok dimasyarakat yakni Persentase Kab/Kota yang
melaksanakan implementasi KTR di 50% sekolah. Indikator ini diperlukan
untuk perlindungan terhadap anak, karena anak merupakan kelompok
masyarakat yang rentan untuk mencontoh perilaku orang dewasa dan
gencarnya paparan iklan produk di sekitarnya. Selain itu, timbulnya penyakit
dampak rokok akan semakin cepat dengan semakin mudanya seseorang
memulai kebiasaan merokok dan terkena paparan asap rokok.
• Adapun formula untuk menghitung indikator ini adalah: Jumlah
Kabupaten/Kota yang telah menerapkan KTR minimal di 50%
sekolah/madrasah sesuai dengan peraturan yang mengatur tentang KTR X
100% Jumlah Kabupaten/Kota di Indonesia Pencapaian Persentase
Kabupaten/Kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
minimal 50% sekolah, mencapai target yang diharapkan. Dari target 30%,
realisasi sebesar 30% atau sebanyak 154 kab/kota 514 kab/kota, sehingga
pencapaian sebesar 100% seperti yang digambarkan dalam grafik berikut ini:
• Jumlah kabupaten/kota yang memiliki Puskesmas yang
menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa Prevalensi masalah
kesehatan jiwa di Indonesia berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
tahun 2013 cukup besar. Gangguan mental emosional (gejala-gejala
depresi dan ansietas) usia ≥ 15 tahun sebesar 6% atau lebih dari 10
juta jiwa; sedangkan gangguan jiwa berat (psikosis) sebesar 1,7 per
1000 penduduk. Dengan jumlah penduduk sebesar 422 juta jiwa
pada tahun 2013, maka diperkirakan lebih dari 400.000 orang
menderita gangguan jiwa berat (psikosis). Sementara itu menurut
WHO kesenjangan pengobatan gangguan jiwa di Negara-negara
dengan penghasilan rendah-menengah termasuk Indonesia masih
tinggi, yaitu >85%. Hal ini berarti kurang dari 15% penderita
gangguan jiwa mendapatkan layanan kesehatan
Keswa
• Salah satu faktor yang menyebabkan target ini tercapai adalah telah ditetapkannya
indikator kesehatan jiwa dalam Standar Pelayanan Minimal Prov/Kab/Kota dan Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga sejak tahun 2017. Berbagai upaya telah
dilakukan Kementerian Kesehatan untuk mencapai target indikator tersebut antara lain: 1.
Melakukan pertemuan advokasi dan evaluasi nasional (2 kali) dengan mengundang
pengelola kesehatan jiwa semua dinkes propinsi dan beberapa Dinas Kesehatan
kabupaten/kota yang dianggap berhasil menerapkan program keswa di Puskesmas. 2.
Melakukan Pelatihan Kesehatan Jiwa bagi tenaga kesehatan Puskesmas di 6 propinsi yang
cakupan puskesmasnya masih kurang yakni Provinsi Sulawesi Tenggara, Sumatera Selatan,
Nusa Tenggara Timur, Papua, DI. Yogyakarta dan Sulawesi Tengah. 3. Melakukan workshop
pencegahan dan pengendalian masalah kesehatan jiwa melalui pendekatan religi dan
spiritual dengan mengundang psikiater dari 18 Provinsi. Dalam pelaksanaan kegiatan,
terdapat beberapa tantangan yang memerlukan perhatian yakni: 1. Adanya perubahan
SOTK di propinsi dan kab/kota, dimana sebelum bergabung dengan bidang P2P, kesehatan
jiwa berada dibawah bidang Pelayanan Kesehatan. 2. Masih kurangnya komitmen daerah
terhadap program keswa dan napza terhadap anggaran dan regulasi kesehatan jiwa. Untuk
menghadapi tantangan tersebut telah dilakukan upaya antara lain: 1. Melakukan advokasi,
sosialisasi dan bimbingan teknis terhadap Lintas Program/Lintas Sektor untuk propinsi
sehingga ada persamaan persepsi tentang kesehatan jiwa di Provinsi 2. Kesehatan jiwa
telah dimasukkan dalam indikator SPM, sehingga dapat menjadi pedoman daerah dalam
menetapkan anggaran dan regulasi. 3) Sasaran Strategis 3: Meningkatnya Akses dan Mutu
Fasilitas