Anda di halaman 1dari 43

DIAGNOSIS

OLEH:
NAMA : WARDATUR RAHMI
NIM : 1920312004
S2 ILMU BIOMEDIK
Pendekatan penyakit pada
masyarakat

 Dua hal yang dapat dilakukan dalam diagnosis dini :


pertama Mengetahui penyakit sedini mungkin sewaktu
timbul gejala klinis, kedua mengetahui penyakit sebelum
gejala klinis tampak

 Saat ini penegakan diagnosis penyakit terutama setelah


individu secara pribadi mencari pengobatan.

 Sebagian kecil kasus yang diobati di diagnosa dalam


stadium asimptomatik.
Pengertian Diagnosis

Diagnosis adalah Upaya untuk menegakkan atau


mengetahui jenis penyakit yang diderita oleh
seseorang.

Usaha ini dapat dilakukan dengan pemeriksaan


tertentu atau prosedur tertentu yang secara tepat
dapat membedakan orang yang terlihat sehat
tetapi mempunyai kemungkinan sakit dan orang
yang betul-betul sehat.
Cara Diagnosis

 Anamnesis
• Berkaitan dengan keluhan berupa gejala (simptom)
yang dirasakan oleh pasien.
• Informasi diperoleh dari hasil observasi subjektif
pasien thd dirinya.
 Pemeriksaan Fisik (Tanda)
• Hasil pengamatan dokter mrpkn observasi objektif
thd pasien
 Tes (pemeriksaan)
• Membantu menegakkan diagnosis
• Pem.Laboratorium, Rontgen, EKG, USG
Lanjutan

 Anamnesis
• Cth : sakit kepala, mual, sakit perut, linu-linu dll
 Pemeriksaan Fisik
• Cth : panas, memar, edem, kembung, dll
 Tes Pemeriksaan
• Cth : pem darah lengkap, widal, foto dada, USG
abdomen dll
Tidak mudah melakukan 3 prosedur di atas

 Memerlukan waktu
 Faktor biaya yang mahal
 Adanya penyakit yg tdk
memerlukan ketiga prosedur tsb
 Adanya subjektifitas dan kelemahan
dari masing-masing cara
TUJUAN DIAGNOSIS

 Untuk meneggakkan diagnosis penyakit atau menyingkirkan


penyakit
 Untuk keperluan skrining, mencari penyakit pada subjek yg
asimtomatik. Syarat penyakit yg diperlukan skrining
 Prevalensi cukup tinggi
 Morbiditas/mortalitas bermakna apabila tdk diobati
 Harus tersedia terapi/intervensi efektif
 Pengobatan dini harus memberikan hasil yang lebih baik
ketimbang pengobatan kasus lanjut
Lanjutan

 Untuk pengobatan pasien


 Memantau perjalanan penyakit hasil terapi
 Mengidentifikasi komplikasi
 Mengetahui kadar terapi suatu obat
 Menetapkan prognosis
 Mengkonfirmasi suatu hasil pemeriksaan tak terduga

 Untuk studi epidemiologi


 Survei---prevalensi penyakit
 Pada studi kohort---menentukan terjadinya efek
STRUKTUR UJI DIAGNOSTIK

 Variabel Prediktor
• Hasil Uji
• Dikotom, kategorial atau berkesinambungan
(continous)

 Variabel Keluaran
• Ada atau tidaknya penyakit
• Ditentukan dengan baku emas (Gold Standard)
Gold Standard (Baku Emas)

Selalu positif pada pasien dengan penyakit, dan


negatif dengan yang tidak berpenyakit.

Keterbatasan Gold Standard


• Sulit, mahal, tdk praktis
• Untuk beberapa keadaan tidak didapatkan baku
emas cth: angina pectoris/nyeri dada
Konsep dasar

 Identifikasi nilai normal


 Validity suatu alat tes ----- akurasi
 Keterandalan reliability---- presisi
Identifikasi nilai normal

Pengertian normal biasanya dipakai untuk


menentukan karakteristik populasi tertentu, misalnya
kadar rata-rata hemoglobin.
Nilai rata-rata tersebut dapat diperkirakan batas
yang dianggap normal
Validity suatu alat tes

Kemampuan dari suatu pemeriksaan untuk


menentukan individu mana yang mempunyai
penyakit (tidak normal) dan individu yang mana
tidak mempunyai penyakit (normal).
Ada 2 hal : sensitifity dan spesifity
Keterandalan reliability

 Pemeriksaan yang memberi hasil konsistensi jika pemeriksaan ini


dilakukan lebih dari satu kali pada individu yang sama dengan
kondisi yang sama.
 Ada 2 hal yang mempengaruhi konsistensi hasil:
variasi terjadi pada metode pemeriksaan dan variasi
didalam subjek sendiri (variasi biologis dari individu)
• variasi pada metode pemeriksaan
• variasi didalam subjek
Variasi pada peneliti; Pada penelitian bisa saja terjadi
perbedaan dalam membaca hasil tes pada waktu yang
berbeda. Misalnya seorang radiolog dapat saja mempunyai
interpretasi berbeda mengenai suatu hasil foto ronsen.
KARAKTERISTIK ALAT UJI DIAGNOSTIK

Sensitivitas dan Spesifisitas

Dirancang untuk seberapa baik sesuatu uji


dapat membedakan antara yang sakit dan
yang tidak sakit
Sensitivitas (Kepekaan)

 Proporsi dari subujek yang berpenyakit yang mempunyai


uji yang positif
 Menunjukkan seberapa baik sesuatu uji itu dalam
mengidentifikasibpasien dengan penyakit.

True positif
sensitifitas = --------------------------------
True positif + false negatif
Spesifisitas (Kekhususan)

 Proporsi dari subjek tanpa penyakit yang


menunjukkan uji negatif.
 Menunjukkan seberapa baik sesuatu uji dalam
mengidentifikasikan orang tanpa sakit.

True negatif
spesifitas = --------------------------------
True negatif + false positif
Hubungan antara Hasil Tes dgn Penyakit

Keadaan sebenarnya dalam masyarakat


Sakit Tidak sakit
Hasil Positif Sakit tes positif = Tidak sakit tes positif
Pemeriksaan true positif = false positif
Negatif Sakit tes negatif Tidak sakit tes negatif
= false negatif = true negatif
Penggunaan Uji-uji Sensitif dan Spesifik
 Sensitif
• Penting untuk tidak kehilangan penyakit
• Probabilitas penyakit rendah
• Tujuan untuk menemukan penyakit
• Membantu apabila hasil ujinya negatif
 Spesifik
• Memperkuat diagnosis
• Membantu apabila hasil ujinya positif
Pertukar Tambahan Antar Sensitivitas dan
Spesifisitas (Trade Offs)

 Sesuatu uji diagnosis diharapkan sangat sensitif dan


sangat spesifik, tapi tidak mungkin
 Trade Offs diperlukan bila data klinik merupakan
rentangan (range) nilai
 Titik pototng (cut off point) antara normal & abnormal
ditentukan secara sesukanya (arbitrary)
Lanjutan
 Hasil uji dinyatakan dalam skala interval, 1 karakteristik (mis:
sensitivitas) hanya dapat ditingkatkan dengan pengurangan
karakteristik yang lain (mis: spesifisitas)
 Cara lain adalah dengan membuat kurva Receiver
Operator Characteristik (ROC) Curve
-- memaparkan besar positif benar (sensitivitas) terhadap
positif palsu (1-spesifisitas)
Kurva ROC
(Receiver Operating Characteristic)

Kurva ROC menunjukkan hubungan antara uji sensitifitas dan


spesifisitas.
Digunakan untuk menerangkan ketepatan uji dalam berbagai
tingkatan titik potong (sebagai nomogram) dalam membaca
spesifisitas yang sesuai dengan sensitifitas yang ada.
Ketepatan keseluruhan dari uji bisa diterangkan dalam daerah di
bawah kurva ROC.
>> Bertambah besar luas daerahnya, maka hasil uji
tersebut semakin baik
Kurva ROC dalam melihat ketepatan pemeriksaan kadar gula darah setelah 2 jam post prandial penderita DM.
Isu-isu yg mempengaruhi sensitivitas &
spesifisitas

Standar yang dipilih kurang Valid


Spectrum dari pasien (perbedaan berat ringan
penyakit, stadium penyakit, lama penyakit
diderita)
Bias, terkadang sensitivitas & spesifisitas dari suatu
uji tidak ditegakkan dengan cara diagnosis yang
benar
Lanjutan

Peluang (Chance), nilai dari berbagai uji diagnostik


didapat dari sampel yang relatif kecil dengan/tanpa
penyakit yang diperiksa --------salah tafsiran

Semakin kecil sampel, semakin lebar interval


kepercayaannya (confidence interval)
Semakin besar sampel, semakin sempit interval
kepercayaannya
Nilai Prediktif

 Probabilitas penyakit dari suatu tes disebut Nilai Prediktif


suatu tes.
 Nilai Prediktif Positif (NPP)
Probabilitas suatu penyakit pada pasien dengan
hasil tes yang positif

Sakit dg uji positif


NPP = P (D+/T+) =
Semua yg dg uji positif
Lanjutan

 Nilai Prediktif Negatif (NPN)


Probabilitas tidak mengidap penyakit bila hasil
tesnya negatif

NPP = P (D+/T+) = Tanpa penyakit dg uji positif

Semua yg dg uji negatif


Nilai Prediktif suatu Uji

 Tidak merupakan milik uji semata


 Ditentukan oleh sfensitivitas & spesifisitas dari uji dan
prevalensi penyakit dalam tatanan populasi yang diuji
 Semakin sensitif sesuatu uji, semakin baik nilai prediksi negatif
 Semakin spesifik sesuatu uji, semakin baik nilai prediksi positif
Lanjutan

 Prevalensi dr suatu penyakit


Proporsi dari individu-individu dalam suatu
populasi yang mempunyai penyakit

Jmlh yg dg penyakit
Prevalensi = P (D+) =
Jmlh keseluruh indv dlm studi
Likelihood Ratio (LR)
/Rasio Kecenderungan

 Cara alternatif dalam menggambarkan kinerja uji


diagnostik
 Menerangkan informasi sensitivitas/spesifisitas
 Dapat dipakai untuk menghitung probabilitas penyakit
sesudah hasil uji yang positif atau negatif
Tabel Sensitivitas, Spesifisitas,
Nilai Prediksi, Likelihood Ratio
Hubungan Antara Karakteristik Uji
Diagnostik
1. Sensitivitas dan Nilai Negatif Semu (NS)
 Uji yang sensitif adalah uji yang mempunyai efektifitas
tinggi dalam mendeteksi penyakit (NS rendah)
2. Spesifisitas dan Nilai Positif Semu (PS)
 Uji yang spesifik adalah uji yang jarang memberi hasil
positif pada orang yang tidak mempunyai penyakit
(PS rendah)
Menilai Suatu Uji Diagnostik Baru

Seharusnya mempunyai karakter-karakter sbb:


1. Adanya komparasi baku emas yang dapat diterima
2. Adanya komparasi yang dilakukan dengan
pembutaan (blinding)
3. Hasil-hasil yang tidak termasuk dalam prosedur baku
emas, penentuan pasien hendaknya tidak tergantung
dari hasil prosedur yang sedang dinilai
4. Adanya keterandalan (reliability) dan keseksamaan
(accuracy)
Lanjutan

5. Penggunaan sampel yang merentang sesuai


dengan spektrum penyakit
6. Adanya batasan yang jelas & sesuai dari
normalitas.
7. Suatu uji yang baru yang dapat memberikan
keuntungan yang jelas dibanding dengan uji yang
sudah ada, yaitu: lebih mudah dikerjakan, kurang
rasa sakitnya, lebih aman, lebih cepat atau lebih
murah dari uji yang sudah ada.
Uji Multipel

 Uji diagnostik tunggal yang baru seringkali tidak cukup


untuk membuat diagnosis
 Dapat dilakukan dengan Paralel atau Seri
 Nilai Prediksi Positif dapat dirubah dalam suatu gaya
(mode) yang terprediksi
a. Uji Paralel

 Rentetan uji dilakukan serempak (concurrent)


 Dilakukan apabila diperlukan penilaian yang cepat
 Hasil Positif salah satu uji merupakan pernyataan adanya
penyakit.
 Meningkatkan sensitivitas & dengan demikian
meningkatkan pula NPN (berkurang negatif semu)
 Dilain pihak menurunkan spesifisitas (meningkatnya
positif Semu) dan NPP
b. Uji Serial

 Rangkaian uji dilakukan secara beruntun (sequential)


sampai suatu diagnosis yang jelas dapat dibuat.
 Dilakukan apabila tidak diperlukan penilaian cepat, atau
beberapa uji harganya mahal / mengandung risiko. Jika
uji mahal & berisiko maka uji spesifik harus dipakai terlebih
dahulu.
 Untuk dinyatakan positif, semua uji harus memberikan hasil
positif (T1+, T2+).
 Memaksimalkan spesifisitas & NPP (berkurang positif semu)
 Menurunkan sensitivitas (meningkatnya negatif semu) dan
NPN.
c. Likelihood Ratio Secara Serial

 Apabila suatu uji seri digunakan, probailitas secara


keseluruhan dapat dihitung dengan LR untuk masing-
masing hasil uji
Pengambilan Keputusan Klinik
 Memerlukan pertimbangan biaya, manfaat (cost and benefits)
suatu tindak lanjut.
Manfaat :
 Menyembuhkan penderitaan
 Memperbaiki fungsi
 Mencegah kematian
Biaya :
 Uang
 Efek samping
 Pengurangan harapan hidup
 Hilangnya sumber lain mis: wkt, tenaga, jasa dll
Analisa Keputusan

1. Membuat suatu pohon keputusan


2. Menentukan probabilitas pd simpul peluang (chance)
3. Menentukan keggunaan sesuai dg hasilnya
4. Menghitung harapan kegunaan utk alternatif tindakan
5. Tentukan pilihan dg kegunaan tertinggi yg diharapkan
6. Analisis kepekaan (sensitivity analysis)
Pertanyaan

1. Dalam uji diagnostik dibutuhkan suatu tes yang sangat


sensitif dan sangat spesifik, bagaimana langkah/ cara
membuktikan suatu tes tersebut sensitif dan spesifik ?
2. Bagaimana hubungannya dengan pemakaian kurva
ROC (Receiver Operator Curve)?
Referensi

1. Fletcher. RH, Fletcher. SW,Wagner. EH, Sari Epidemiologi Klinik,FK UGM,


Gadjah Mada University Press, Yoyakarta, 1991
2. Soeparto. P, Soedibyo. EP, Soeroso. J, Epidemiologi Klinis, FK Unair-RSUD
Dr. Soetomo Surabaya, Gramik FK Unair, 1998.
3. Bustar. MN, Pengantar Epidemiologi, Rineka Cipta.
4. Blogspot.com/2011/05.epidemiologi,-diagnosis-sakit-html.

Anda mungkin juga menyukai