BAG. NEUROLOGI FK UNIV YARSI JAKARTA, 2015 Definisi Trigeminal neuralgia :
Neuralgia trigeminal adalah kelainan yang ditandai
oleh serangan nyeri berat paroksismal dan singkat dalam cakupan persarafan 1 atau lebih cabang N. Trigeminus,biasanya tanpa bukti peny. Saraf organik. Penyakit ini dikenal sbg “tic doulourex sindrome” Nyeri yang berat, menusuk pada rahang dan wajah , biasanya pada satu sisi rahang/pipi, biasa terjadi hanya beberapa detik Trigeminal neuralgia :
Nyeri umumnya unilateral ,
mengikuti distribusi sensorikdari N.trigeminus/N V, khas mengenai daerah maksila (N V2) atau mandibula (N V3) N V (saraf otak motorik dan sensorik) Anatomi N. Trigeminus/ N.V
N V mempersarafi Kawasannya ialah wajah, mukosa lidah
m.masseter, temporalis, dan rongga mulut, serta lidah , rongga pterygoideus internus, hidung . tensor timpani, Impuls proprioseptif terutama berasal omohyoideus, dan bagian dari otot2 yang dipersarafi oleh cabang anterior m.digastrikus mandibular sampai ke ganglion Inti motoriknya di pons Gasseri. Serabut sensorik menghantarkan impuls nyeri , suhu, raba dan proprioseptif. Nervus Trigeminus Cabang pertama N. V
Cabang pertama : cabang Serabut saraf dari ruang
ophthalmikus orbita (bola mata dan Menghantar impuls hidung) membentuk nervus protopatik dari bola mata, nasosiliaris ruang orbita, kulit dahi dan Serabut saraf menuju vertex. glandula lakrimalis Serabut saraf dari dahi membentuk nervus membentuk nervus frontali lakrimalis Ketiga berkas diatas bergabung menjadi cabang I dari N V. Cabang II N. Trigeminus :
Cabang II adalah cabang maksilaris yang tersusun dari serabut
yang menghantar impuls protopatik dari pipi, kelopak mata bagian bawah , bibir atas, hidung, sebagian rongga hidung, geligi rahang atas, , nasofarings, sinus maksilaris , palatum molle dan atap rongga mulut. Serabut masuk os maksilaris melalui foramen infraorbitalis, Berkas ini dinamai nervus infra orbitalis Saraf dari mukosa kavum nasi dan rahang atas serta geligi rahang atas juga bergabung dan disebut nervus maksilaris Cabang maksilaris N V juga menerima serabut sensorik yang berasal dari dura fossa krania media dan fossa pterygoideum Cabang III N. Trigeminus :
Cabang III tersusun oleh serabut somatomotorik dan
sensorik serta sekretomotorik (parasimpatetik) Serabut somatomotorik muncul dari lateral pons bergabung menjadi berkas serabut sensorik yg di namakan cabang mandibular ganglion gasseri Cabang anterior dari cabang III menghantarkan impuls dari kulit, mukosa pipi bagian bawah dan serabut eferen yg mempersarafi otot temporalis, masseter, pterygoideus, dan tensor timpani. Epidemiologi :
Tidak ada studi prevalensi yang
sistematik Thn 1968 prevalensi 15,5 per 100.000 orangdi USA. Sumber lain : 4-5 per 100.000 orang Onset > 40 thn (90 % pend.) Lebih sering pada wanita Lebih sering pada sisi kanan daripada kiri (rasio 2:3) Etiologi Trigeminal neuralgia :
Bisa perifer atau sentral - Kompressi ini menyebabkan
demyelinisasi saraf V. Biasanya tidak ada lesi struktural (85 %) - Kondisi idiopatik ini tidak
Diduga adanya kompressi diketahui sepenuhnya
pembuluh darah, biasanya - Pada beberapa kasus N V vena atau loop arteri di pintu tertekan oleh pemb. Darah masuk ke saraf trigeminal di vertebrobasilar yg ektasis pons akibat tumor. - Walaupun jarang merpkan manifestasi dari multiple sklerosis yng menyerang radiks descendens N V. Rumusan ciri-ciri khas Trigeminal neuralgia
1. Nyeri paroksismal, intensitas 6. Kehilangan fungsi sensorik : tidak
tinggi , durasi pendek, sensasi ada (kec. kejadian berulang) shooting. 7. Perjalanan penyakit : intermitten , 2. Cabang ke2 atau ke3 N.V cenderung memburuk, jarang 3. Kejadian unilateral hilang secara spontan. 4. Onset : umur pertengahan, wanita 3:2, kambuh pada musim 8. Insidensi familial : jarang (2 %) semi atau gugur. 5. Daerah pencetus 50 % sensitif terhadap sentuhan dan gerakan DIAGNOSIS : 1. Serangan nyeri paroksismal yang bertahan selama bbrp detik sampai 2 menit mengenai 1 atau lebih daerah persarafan cabang nervus trigeminal. 2. Nyeri harus memenuhi satu dari dua kriteria berikut : 2.1. Intensitas tinggi, tajam, terasa di permukaan atau spt ditusuk-tusuk 2.2. Berawal dari trigger zone atau karena sentuhan pemicu, 3. Pola serangan sama terus 4. Tidak ada defisit neurologis 5. Tidak ada penyakit lain yang dapat ditemukan Trigeminal neuralgia yang idiopatik :
Nyeri bersifat paroksismal di
cabang I,II atau III N. V Nyeri hilang timbul, serangan ke 1 bisa 30 mnt, selanjutnya hanya bbrp dtk smp 1-2 mnt Nyeri merpkan gejala tunggal dan utama Penderita usia 45 thn, lbh sering pd wanita Trigeminal neuralgia yang simtomatik :
Nyeri terasa terus menerus di cabang
ophthalmikus, atau nervus infraorbitalis. Nyeri terus menerus, tdk hilang timbul, dng puncak nyeri hilang timbul Timbul gejala lain : anestesia/hipestesia , kelumpuhan saraf otak atau ggn.otonom Tdk terbatas golongan umur tertentu atau wanita dan pria sama resikonya. Pemeriksaan penunjang :
Tidak ada uji spesifik atau definitif utk kasus ini
Dapat dilakukan pemeriksaan EMG masseter dikombinasikan dng pengukuran elektrofisiologi periode laten , refleks rahang. Juga kombinasi dng pem. CT Scan dan MRI. Pem. Rontgen TMJ (temporomandibular joint) dan mRI otak (utk menyingkirkan tumor otak atau multiple sklerosis) Jika akan dilakukan tindakan dekompressi operatif badan saraf , dilakukan pengukuran potensial somatosensorik. Penatalaksanaan Medikamentosa :
Sekitar 80 % pasien respons Efek samping pemberian
terhadap karbamazepine atau karbamazepine : pusing, mual gabapentine dng dosis yg tepat dan ruam di kulit,leukopenia. Baclofen juga digunakan sbg Setelah bbrp minggu/bulan adjuvan dari terapi anti konvulsan terapi dpt dihentikan tapi jika ini nyeri berulang harus diberikan Obat lain spt fenitoin (300-400 lg. mg/hr), asam valproat (800-1200 Capsaicin dapat diberikan mg/hr) dan klonazepam (2-6 mg/hr) dapat digunakan jg. lokalpada titik pemicu atau diberikan tetes mata topkal pada mata (proparakain 0,5 %) cukup membantu. Penatalaksanaan Non medikamentosa
TERAPI INJEKSI : TERAPI OPERATIF :
1. Injeksi diberi jika nyeri terbatas di derah 1. Operasi dekompressi mikrovaskular supra orbital atau infra orbital, injeksi 2. Operasi klasik ini bertujuan membagi alkohol atau fenol dpt bertahan ganglion sensorik nervus trigeminus yg berbulan2. terletak proksimal dari ganglion Gasseri 2. Harus diulang jika nyeri rekuren di fossa kranialis medialis 3. Injeksi berikut sulit dilakukan akibat 3. Pasien tetap merasa pada daerah yang sikatrik (akibat injeksi seblmnya) dipersarafi N V1, sehingga serabur saraf kornea dan refleks kornea tetap ada 4. Injeksi dilakukan utk menghindari tindakan operasi selama bbrp waktu, 4. Rasa nyeri dan raba akan hilang selamanya di serabur saraf yang di insisi. Prognosis:
1. Trigeminal neuralgia bukan penyakit yg
mengancam nyawa. 2. Neuralgia trigeminal cenderung memburuk bersama dng perjalanan penyakitnya 3. Banyak dokter menyarankan dekompressi mikrovaskular pada awal penyakit utk menghindari jejas demyelinisasi