Anda di halaman 1dari 20

FARMASI SOSIAL

KELOMPOK 6

1. RACMAD MADI (O1A113117)


2. FRISCHILLYA YOLA MANDA (O1A116015)
3. RAMLIATI (O1A116043)
4. SITTI SYAFIKA (O1A116061)
5. YATIL HIDAYANI (O1A116075)
6. WAELTI (O1A116100)
7. NIRVANI HARIS (O1A116147)
8. EMMA HAERUNNITA (O1A116172)
9. MUH. JUMRAN (O1A118180)
10. WA ODE ERNA FITRIANI (O1A118190)
11. FANNY OLVI ANDARI (O1A118212)
12. ELVIRA RISKIYANI KASIM (O1A118225)
PENDAHULUAN
Pengelolaan perbekalan farmasi atau sistem
manajemen perbekalan farmasi merupakan suatu
siklus kegiatan yang dimulai dari perencanaan
sampai evaluasi yang saling terkait antara satu
dengan yang lain. Kegiatannya mencakup
perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,
pencatatan, dan pelaporan,
penghapusan,monitoring dan evaluasi
perencanaan

Perencanaan perbekalan farmasi adalah salah satu


fungsi yang menentukan dalam proses pengadaan
perbekalan farmasi. Tujuan perencanaan
perbekalan farmasi adalah untuk menetapkan jenis
dan jumlah perbekalan farmasi sesuai dengan pola
penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan.
perencanaan
Tahapan perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi meliputi:

Pemilihan

Kompilasi Penggunaan

Perhitungan Kebutuhan

Evaluasi Perencanaan
Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan
kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui, melalui:

Pembelian

Produksi

Sumbangan/hibah/droping
Penerimaan

Penerimaan adalah kegiatan untuk menerima perbe


kalan farmasi yang telah diadakan sesuai dengan at
uran kefarmasian, melalui pembelian langsung, tend
er, konsinyasi atau sumbangan. Penerimaan perbek
alan farmasi harus dilakukan oleh petugas yang bert
anggung jawab.
Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan me
melihara dengan cara menempatkan perbekalan farmasi
yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencuri
an serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas
terapi, menurut bentuk sediaan sanal fabetis dengan men
erapkan prinsip FEFO dan FIFO, dan disertai sistem infor
masi.
Penyimpanan
Tujuan penyimpanan adalah

1. Memeliharamutu sediaan farmasi

2. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab

3. Menjaga ketersediaan

4. Memudahkan pencarian dan pengawasan


Pendistribusian
Distribusi adalah kegiatan mendistribusikan
perbekalan farmasi untuk pelayanan individu
dalam proses terapi bagi pasien rawat inap
dan rawat jalan serta untuk menunjang
pelayanan medis.
Pendistribusian
Jenis Sistem Distribusi :

Resep perorangan

Persediaan lengkap di ruang

Dosis unit (unit dose dispensing =UDD)


Sistem distribusi kombinasi
sistem distribusi yang menerapkan system distribusi
resep/order individual sentralisasi, juga menerapkan
distribusi persediaan di ruangan yang terbatas. Perbekalan
farmasi yang disediakan di ruangan adalah perbekalan
farmasi yang diperlukan oleh banyak penderita, setiap hari
diperlukan, dan biasanya adalah perbekalan farmasi yang
harganya murah mencakup perbekalan Farmasi berupa
resep atau perbekalan farmasi bebas
Pengendalian
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah
persediaan dan penggunaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai dan dapat
dilakukan oleh Instalasi Farmasi bersama dengan
Tim Farmasi dan Terapi (TFT) di rumah sakitc.
Perbekalan farmasi yang diperlukan dapat segera
tersedia bagi pasien.
Penghapusan
Penghapusan merupakan kegiatan
penyelesaian terhadap perbekalan farmasi
yang tidak terpakai karena kadaluwarsa, rusak,
mutu tidak memenuhi standard dengan
caramembuat usulan penghapusan perbekalan
farmasi kepada pihak terkait sesuai dengan
prosedur yang berlaku
Monitoring dan evaluasi
Salah satu upaya untuk terus mempertahankan mutu
pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit adalah
dengan melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi
(monev). Kegiatan ini juga bermanfaat sebagai
masukan guna penyususnan perencanaan dan
pengambilan keputusan
Studi Kasus Obat Kasus
hasil pemeriksaan Apotek Kasih Jaya Jl. Agung 2
Surabaya ditemukan faktur dan obat sebagai berikut:
Faktur penjualan Ijin Pedagang Besar Alat Kesehatan
: 235/PBAK/Jatim/2004 SIUP: 567/UP/2004 NPWP:
Tanggal: 2 Januari 2009 No. faktur: 13/AAC-Sby05/
No. Nama Barang Kode Jumlah Harga Viagra box
Fluocinonide Ointment box Jumlah Rp Potongan Rp
Rp Diterima: 68
Permasalahan
1. Pelanggaran apa saja yang telah dilakukan dari apotek tersebut

2. Sanksi apa saja yang dapat diberikan terhadap apotek?

3. Dapatkah apoteker menjadi tersangka?


Penyelesaian
Apotek Kasih Jaya tidak membeli obat pada PBF melainkan melalui PBAK
(Pedagang Besar Alat Kesehatan). Menurut PP 51 tahun 2009 tentang
pekerjaan kefarmasian pasal 1 ayat 10 : Fasilitas Distribusi atau Penyaluran
Sediaan Farmasi adalah sarana yang digunakan untuk mendistribusikan atau
1 menyalurkan Sediaan Farmasi, yaitu Pedagang Besar Farmasi dan Instalasi
Sediaan Farmasi. ayat 12 : Pedagang Besar Farmasi adalah perusahaan
berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan,
penyaluran perbekalan farmasi dalam jumlah besar sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan. -Apotek memesan dan menerima obat yang
tidak teregistrasi (Fluocinonide Cream) tidak memiliki ijin edar di Indonesia.
Menurut PP 72 tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan pasal 9 ayat 1 : Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat
diedarkan setelah memperoleh izin edar dari Menteri.
Penyelesaian
Apotek tidak memeriksa obat yang diterima apakah mempunyai no batch, exp. date, dan no
registrasi Menurut PP 72 tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
pasal 28, penandaan dan informasi sediaan farmasi harus dicantumkan, salah satunya yaitu
kadaluarsa obat. 2. Sanksi yang diberikan terhadap Apotek adalah: UU RI No. 36 tahun 2009
tentang Kesehatan - Pasal 196: Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi/ mengedarkan
2 sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memenuhi standard dan/ persyaratan
keamanan, khasiat dan kemanfaatan dan mutu sebagaimana dimaksud dalam pasal 98 ayat (2)
dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling
banyak Rp ,00 (satu miliar rupiah). - Pasal 197: Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi/
mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki ijin edar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas)
tahun dan denda paling banyak Rp ,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah). UU RI No. 8 tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen - Pasal 62 ayat (1) pelaku usaha yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
atau pidana denda paling banyak Rp ,00 (dua miliar rupiah). - Pasal 81 ayat (2) Undang-undang
Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
Penyelesaian

Apoteker dapat menjadi tersangka, apabila


3
pengadaan dan penerimaan serta pengedaran
dilakukan dengan sepengetahuan APA maka yang
mendapat sanksi adalah Apoteker tersebut
Thank you
Insert your subtitle here

Anda mungkin juga menyukai