POSTPARTUM
P O L I T E K N I K K E S E H ATA N
KEMENKES PONTIANAK
P R O D I D - I V K E B I D A N A N T I N G K AT I V
PROFIL PESERTA
Merupakan mahasiswi dari
Politeknik Kesehatan Kemenkes
Pontianak, tingkat IV semester
VII.
PERDARAHAN POSTPARTUM
Diagnosis perdarahan
postpartum dapat
digolongkan
berdasarkan tabel
berikut :
5)Klasifikasi Perdarahan Postpartum
Klasifikasi klinis perdarahan postpartum yaitu
(Manuaba, 1998) :
a. Atonia Uteri
Atonia uteri merupakan kegagalan miometrium untuk
berkontraksi setelah persalinan sehingga uterus dalam keadaan
relaksasi penuh, melebar, lembek dan tidak mampu menjalankan
fungsi oklusi pembuluh darah.
b. Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum
lahir setengah jam setelah janin lahir.
c. Sisa Plasenta
Sewaktu suatu bagian dari plasenta tertinggal, maka uterus
tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat
menimbulkan perdarahan.
d. Robekan Jalan Lahir
Robekan jalan lahir dapat terjadi bersamaan dengan atonia
uteri. Perdarahan pasca persalinan dengan uterus yang
berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robekan serviks
atau vagina (Saifuddin, 2002).
e. Inversio Uteri
Inversio uteri merupakan keadaan dimana fundus uteri
masuk ke dalam kavum uteri, dapat secara mendadak atau
terjadi perlahan (Manuaba, 1998).
3) Beberapa Faktor yang Memengaruhi
Perdarahan Postpartum Primer
1. Umur
2. Pendidikan
3. Paritas
4. Jarak antara kelahiran
5. Riwayat persalinan sebelumnya
6. Anemia
4) Manajemen Aktif Kala III
Manajemen aktif persalinan kala III terdiri atas intervensi
yang direncanakan untuk mempercepat pelepasan plasenta
dengan meningkatkan kontraksi rahim dan untuk mencegah
perdarahan pasca persalinan dengan menghindari atonia uteri,
komponennya adalah (Shane, 2002) :