Anda di halaman 1dari 22

LTM 2 INDUSTRI OLEOKIMIA

Irvi Nurul Jannah (1606831395)

Pemilihan
Metode
Pembuatan
Triasetin dari
Gliserol
• Proses pembuatan
Triasetin
• Metode pembuatan
OUTLINE

Triasetin
• Pemilihan Katalis
PROSES
PEMBUATAN
TRIASETIN
PROSES PEMBUATAN
Asetilasi TRIASETIN
• Dikenal sebagai etanoilasi di IUPAC
nomenklatur
• Merupakan reaksi subsitusi atom
hidrogen dari gugus hidroksil (gliserol)
dengan gugus asetil (asam asetat)

• Asetilasi dapat disintesis oleh dua jenis


reaksi dengan menggunakan:
• Reaktor batch
• Kolom distilasi reaktif kontinu
• Asetilasi dapat terjadi dengan bantuan
katalis maupun tanpa katalis
Gambar 1.1 Mekanisme Reaksi Asetilasi Gliserol
Industri Oleokimia (Sumber: Zahrul et al , 2014)
PROSES PEMBUATAN
Esterifikasi TRIASETIN
• Merupakan reaksi ionik antara asam
karboksilat dengan alkohol dimana
terjadi reaksi adisi dan penataan ulang
yang menghasilkan ester.
• Dapat dikatalis dengan asam organik
seperti asam sulfat dan asam klorida.
• Asam organik akan membuat asam
karboksilat mengalami konjugasi dan
hasil konjugasi tresebut akan berperan
sebagai substrat. Gambar 1.2 Mekanisme Reaksi Esterifikasi Gliserol
(Sumber: Zahrul et al , 2014)

Industri Oleokimia
PROSES PEMBUATAN
Trans-esterifikasi TRIASETIN
• Merupakan reaksi pertukaran antara gugus
organik suatu ester dengan gugus organik
suatu alkohol.
• Dapat terjadi dengan bantuan katalis
(asam, basa, dan biokatalis/enzim)
ataupun tanpa adanya katalis.

• Reaksi transesterifikasi triasetin terjadi


antara trigliserida dan metil asetat dengan
Gambar 1.3 Reaksi Trans-esterifikasi Trigliserida dan Metil
produk berupa FAME dan triasetin. Asetat
• High yield dari FAME dan triasetin (Sumber:Tan, Lee, and Mohamed, 2011)

didapatkan pada kondisi superkritis (Saka


dan Isayama, 2009).
PROSES PEMBUATAN
Inter-esterifikasi TRIASETIN
• Merupakan reaksi pengaturan kembali
ikatan ester
• Digambarkan sebagai pertukaran
gugus antara dua buah ester dan hanya
dapat terjadi apabila terdapat katalis,
seperti katalis kimia (co: NaOH dan
NaOCH) serta katalis enzim (co: lipase
dan papain)

Gambar 1.4 Reaksi Inter-esterifikasi Trigliserida dan Metil


Industri Oleokimia Asetat
(Sumber:Casas, Ramos, and Perez, 2011)
METODE
PEMBUATAN
TRIASETIN
Asetilasi
Reaktor Batch untuk
• Reaksi sintesis triasetin dilakukan pada
rasio mol asam sulfat sebagai katalis
terhadap gliserol pada 2,5:1.
• Suhu reaksi yang lebih tinggi
meningkatkan konversi gliserol pada
suhu 373-393 K. Hal ini disebabkan
karena pada suhu di bawah 388 K,
semua reaktan dan produk (kecuali air)
berada dalam fase cair. Ketika suhu
lebih tinggi dari 391 K, beberapa asam
asetat mulai menguap. Akibatnya
mengurangi konversi gliserol.
untuk Asetilasi
Reactive Distillation
• Kontak antara gliserol dan asam asetat
dalam kolom distilasi reaktif terjadi di
sepanjang kolom yang akan dipengaruhi
oleh ketinggian pengepakan. Packaging
yang lebih tinggi menyebabkan kontak
antara dua reaktan lebih baik.

• Pengaruh rasio mol menghasilkan


peningkatan konversi gliserol.
Pemilihan Reaktor Asetilasi

• Konversi gliserol dengan menggunakan distilasi reaktif lebih besar daripada proses batch
karena penghilangan air secara kontinyu.
• Di sisi lain, selektivitas triasetin lebih rendah karena pencampuran dalam distilasi reaktif
kurang menguntungkan daripada reaktor batch.
• Distilasi reaktif dapat memisahkan air dan asam asetat ke reaksi produk distilat sekitar 75%
dari produk utama
• Reaktor Bubble Column berfungsi untuk mereaksikan gliserol dengan asam

untuk Esterifikasi
Reaktor Bubble Column
asetat pada reaktor esterifikasi.
• Penggunaan alat ini dikarenakan luas bidang kontak yang lebih baik antara
asam asetat dalam fasa uap dan gliserol dalam fasa liquid.
• Kondisi operasi yang digunakan: T = 150°C, P = 1.5 atm, katalis berupa asam
sulfat, serta menggunakan sistem pendingin berupa cooling mantel.
Asumsi-asumsi pada bubble column adalah:
• Operasi berjalan kontinyu
• Bubble Column cocok untuk reaksi gas cair, dengan memperbesar luas kontak
cairan dan gas
• Aliran gas dianggap plug flow, tetapi cairan teraduk sempurna oleh aliran
gelembung gas yang naik ke atas sehingga suhu cairan di dalam reaktor selalu
seragam.
PEMILIHAN
KATALIS
• Katalis homogen beroperasi dalam fase yang
sama dengan reaktan, seperti liquid atau gas.
• Asam kuat yang digunakan sebagai katalis
berupa asam sulfat, hidrofluorik atau p-toluena
asam sulfonat (Kale et al., 2015).
• Khayoon et al. (2011) mempelajari kinerja
H3PO4, HCl, HNO3 dan H2SO4 sebagai katalis
homogen untuk esterifikasi gliserol. Diantara
katalis tersebut, H2SO4 ini menunjukkan
Katalis
konversi gliserol tertinggi.
• Sintesis triasetin dari gliserol dan asam asam
Homogen
asetat membutuhkan 72 jam dengan katalis
homogen (Lu & Ma, 1991).
Kelemahan katalis homogen:
• Namun, asam kuat tidak bermanfaat karena
berbahaya, korosif, dan sulit dihilangkan dari
asetilasi gliserol (Kale et al., 2015).
• Selain itu, katalis homogen juga menyebabkan
masalah-masalah (Zhu et al., 2013): Katalis
• Sulitnya pemisahan katalis
• Korosi reaktor
Homogen (2)
• Pencemaran lingkungan
• Biaya cukup mahal
• Katalis heterogen meliputi penggunaan katalis
dalam fase berbeda di mana reaksi melibatkan
katalis padat dengan reaktan baik sebagai
cairan atau gas.
• Berbagai jenis padatan digunakan dalam
katalisis heterogen, misalnya: logam,
• logam oksida, logam sulfide. Bahan-bahan
tersebut dapat digunakan dalam bentuk murni
atau dalam bentuk campuran.
Katalis
• Selain itu, dapat digunakan katalis bersifat asam
dan basa.
Heterogen
• Secara umum, asetilasi gliserol menggunakan
katalis asam padat.
• Penelitian telah dilakukan dengan menggunakan
katalis asam padat seperti Amberlyst-15, K-10
montmorillnite, HUSY, asam niobik, dan HZSM-5
(Gonçalves et al., 2008).
• Zeolit HZSM-5 dan HUSY menunjukkan pencapaian
buruk di antara semua katalis sebagai katalis
karena deaktivasi site asam dan difusi. Sedangkan, Katalis
Amberlyst-35 merupakan katalis dengan konversi
terbaik pada riset.
Heterogen (2)
• Zeolit alam pun termasuk kategori katalis yang
menghasilkan konversi tinggi.
si dan selektifitas dapat ditingkatkan dengan
katkan waktu reaksi. (Gonçalves et al., 2008).
dingan pereaksi gliserol asam asetat mempunyai
uh yang signifikan terhadap konversi jika
ngkan dengan konsentrasi katalis. Semakin
erbandingan pereaksi gliserol asam asetat
Katalis
n besar konversi yang diperoleh. Heterogen (3)
katalis heterogen:
k menyebabkan pencemaran lingkungan
a murah
Jenis Katalis Heterogen terhadap Konver
Gliserol dan Selektifitas Produ
Pengaruh Waktu Reaksi dan Perbandingan Pereaksi
Katalis Heterogen terhadap Konversi Gliserol
Pemilihan Katalis
Referensi
Balaraju, M., Nikhitha, P., Jagadeeswaraiah, K., Srilatha, K., Sai Prasad, P. and
Lingaiah, N. (2010). Acetylation of glycerol to synthesize bioadditives over niobic
acid supported tungstophosphoric acid catalysts. Fuel Processing Technology,
91(2), pp. 249-253.
Casas, A., Ramos, M. and Pérez, Á. (2011). New trends in biodiesel production:
Chemical interesterification of sunflower oil with methyl acetate. Biomass and
Bioenergy, 35(5), pp.1702-1709.
Chemical Engineering Journal, 171(3), pp.1324-1332. Climent, M. J.; Corma, A.; De
Frutos, P.; Iborra, S.; Noy, M.; Velty, A.; Concepción, P., (2010). Chemicals from
biomass: Synthesis of glycerol carbonate by transesterification and carbonylation
with urea with hydrotalcite catalysts. The role of acid-base pairs. Journal of
Catalysis, 269, pp140-149.
Mufrodi, Z., Rochmadi, R., Sutijan, S. and Budiman, A. (2013). Continuous Process
of Reactive Distillation to Produce Bio-additive Triacetin From Glycerol. Modern
Applied Science, 7(10)

Anda mungkin juga menyukai