Anda di halaman 1dari 40

Aktivitas organisasi sektor publik mempengaruhi hajat hidup orang banyak.

Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan yang merugikan masyarakat,


organisasi sektor publik perlu diatur dengan peraturan-peraturan. Regulasi ini
akan bersifat lebih detail dibandingkan dengan regulasi yang mengatur sektor
komersial.

Dalam organisasi sektor publik, sebuah standar akuntansi diperlukan karena


kekhususan yang signifikan antara organisasi sektor publik dengan perusahaan
komersial, diantaranya adanya kewajiban pertanggung jawaban yang lebih
besar kepada publik atas penggunaan dana-dana yang dimiliki
A. PERKEMBANGAN REGULASI TERKAIT
ORGANISASI NIRLABA
1. Regulasi tentang Yayasan
Dengan kegiatan yayasan yang terkait kesejahteraan
sosial masyarakat luas, regulasi yang detail dibutuhkan untuk
mengatur pelaksanaan yayasan. Regulasi yang terkait
dengan yayasan adalah Undang-Undang RI Nomor 16 Tahun
2001.
UU Nomor 28 Tahun 2004 Tentang perubahan atas UU Nomor 16
Tahun 2001:
1. Memperjelas larangan pengalihan atau pembagian kekayaan
yayasan.
2. Perubahan proses perolehan status badan hukum.
3. Ketentuan baru mengenai tanggung jawab.
4. Jangka waktu pengumuman pendirian yayasan.
5. Pembagian kekayaan sisa hasil likuidasi yayasan.
2. Regulasi tentang Partai Politik
UU pertama ada setelah reformasi adalah UU Nomor 2 tahun
1999 tentang Partai Politik, UU ini diperbarui dengan keluarnya UU
Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik. UU ini mengatur pondasi
dan hal-hal pokok mengeai partai politik, antara lain:
1. pembentukan parpol
2. asas, ciri, tujuan, fungsi, hak, dan
kewajiban parpol
3. keanggotaan & kedaulatan anggota parpol
4. kepengurusan parpol
5. peradilan perkara jika terjadi masalah di parpol
6. keuangan
7. larangan-larangan untuk parpol
8. penggabungan parpol
9. pengawasan parpol
UU Nomor 31 Tahun 2002 kembali diperbarui melalui UU Nomor 22
Tahun 2008 tentang Partai Politik.
untuk menjamin kepastian hukum, pemerintah juga
mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008
tentang Pelaksanaan Undang-Undang tentang yayasan.
Ketentuan yang telah diatur dalam UU tentang Yayasan
antara lain mengenai :
1. Pemakaian nama yayasan.
2. Kekayaan awal yayasan.
3. Tata cara pendirian yayasan oleh orang asing.
4. Tata cara perubahan anggaran dasar.
5. Syarat dan tata cara pemberian bantuan negara kepada
yayasan.
6. Syarat dan tata cara yayasan asing yang melakukan
kegiatan di Indonesia
7. Syarat dan tata cara penggabungan yayasan
.
3. Regulasi tentang Badan Hukum
Milik Negara dan Badan Hukum
Pendidikan
BHMN adalah badan hukum di Indonesia yang
awalnya dibentuk untuk mengakomodasi kebutuhan
dalam rangka “privatisasi” lembaga pendidikan yang
memiliki karekteristik tersendiri, khususnya sifat non
profit meski berstatus sebagai badan usaha.
Universitas yang berstatus BHMN memiliki
beberapa ciri, antara lain sebagai berikut:
1. memiliki Majelis Wali Amanat ( MWA )
2. memiliki Senat Akademik ( SA )
3. memiliki otonomi manajemen dana-dana akademik
.
Tahun 2008, disahkannya UU tentang Badan Hukum
Pendidikan ( BHP ). BHP merupakan badan hukum penyelenggaraan
pendidikan formal dengan berprinsip nirlaba yang memiliki
kemandirian dalam pengelolaannya dengan tujuan memajukan
pendidikan.
BHP didalam pengelolaanya mendasakan 10 prinsip:
1. Nirlaba
2. Otonom
3. Akuntabel
4. Transparan
5. Penjaminan mutu
6. Layanan prima
7. Akses yang berkadilan
8. Keberagaman
9. Keberlanjutan
10. Partisipasi atau tanggung jawab negara
.
Berdasarkan amanat Pasal 65, 66, 67 UU BHP diatur
beberapa mekanisme perubahan universitas menjadi BHP
sebagai berikut :
1. Untuk Perguruan Tinggi yang
a. didirikan oleh Pemerintah berubah menjadi BHPP
(Badan Hukum Milik Pemerintah) dalam 4 tahun.
b. berbentuk BHMN, berubah menjadi BHPP
dalam waktu 3 tahun.
2. Untuk Perguruan Tinggi yang dalam naungan Yayasan,
Perkumpulan maupun Badan lainnya berubah menjadi BHP
penyelenggara dan harus diubah Tata Kelolanya dalam 6 tahun.
4. Regulasi tentang Badan Layanan Umum
BLU adalah instansi pemerintah yang berbentuk untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang
dan atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan keuntungan. Kriteria
yang lebih lengkap bagi suatu satuan kerja untuk menjadi BLU :
1. bukan kekayaan negara/daerah yang dipisahkan sebagai satuan kerja
instansi pemerintah
2. dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi dan produktivitas
ala korporasi
3. Beperan sebagai agen dari menteri/pimpinan lembaga induknya:
a.kedua belah pihak menandatangani kontrak kerja
b. menteri/pimpinan lembaga bertanggung jawab atas
kebijakan layanan yang hendak dihasilkan
c. BLU bertanggung jawab menyajikan layanan yang diminta
B. Perkembangan Regulasi Terkait
Keuangan Negara

a) UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

b) UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharan Negara

c) UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan


dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
C. Perkembangan Regulasi Terkait
Otonomi Daerah
UU No. 5 Th 1974

UU No. 22 Th 1999

UU No. 25 Th 1999

UU No. 32 Th 2004
UU No. 17 Th 2003 UU No. 15 Th 2004
UU No. 1 Th 2004 UU No. 25 Th 2004
UU No. 33 Th 2004
Standar Internasional Akuntansi Sektor Publik
(International Public Sector Accounting Standars –
IPSAS)
IPSAS adalah standar akuntansi bagi organisasi sektor publik yang
berlaku secara internasional dan dapat dijadikan acuan oleh negara-negara di
seluruh dunia untuk mengembangkan standar akuntansi khusus sektor publik
di negaranya.

IPSAS bertujuan :
1. meningkatkan kualitas dari tujuan utama dalam melaporkan
keuangan sektor publik
2. Menginformasikan secara lebih jelas pembagian alokasi
sumber daya yang dilakukan oleh entitas sektor publik
3. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas entitas sektor
publik
PSAK 45
Sampai saat ini, PSAK 45 merupakan satu-satunya pernyataan standar yang
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) yang mengatur pelaporan
keuangan organisasi nirlaba.

Dalam PSAK 45, karakteristik yang berlaku bagi laporan keuangan


yang disajikan oleh organisasi nirlaba :
1. Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang
tidak mengharapkan pembayaran kembali
2. Menghasilkan barang/jasa tanpa bertujuan memupuk laba
3. Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis
Beberapa hal yg diatur dalam PSAK 45:
1. Tujuan utama Laporan Keuangan
- menyediakan informasi yg relevan bagi kepentingan
para penyumbang,naggota organisasi, kreditor dan
pihak lain yg menyediakan sumber daya bagi orgaisasi
nirlaba
2. Jenis-jenis laporan keuangan organisasi nirlaba
- Laporan keuangan meliputi laporan posisi keuangan
pada akhir periode tahunan, laporan aktivitas, laporan
arus kas dan catatan atas laporan keuangan
3. Contoh bentuk laporan keuangan organisasi nirlaba
- PSAK 45 memberikan contoh format laporan
keuangan untuk organisasi nirlaba
Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP)
SPKN memuat persyaratan profesional yg harus dipenuhi
oleh setiap auditor, mutu pelaksanaan audit, dan
persyaratan laporan pemeriksaan yg profesional. SPKN
berlaku untuk:
1. Badan Pemeriksa Keuangan RI
2. Akuntan publik atau pihak lainnya yg melakukan
pemeriksaan atas pengelolaan dan tangung jawab
keuangan negara untuk dan atas nama BPK-RI
3. Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP),
termasuk Satuan Pengawasan Intern (SPI)
BUMN/BUMD
4. Pihak-pihak lain yg ingin menggunkan SPKN
Beberapa referensi yang digunakan dalam penyusunan
SPKN :
1. Standar Audit Pemerintahan, BPK RI,1995
2. Generally Accepted Government Auditing Standars
(GAGAS),Revision 2003, US General Accounting Office
3. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP),IAI,2001
4. Auditing Standars, International Organization of
Supreme Audit Institustions (INTOSAI), Latest
Ammendment 1995
5. Generally Accepted Auditing Standars (GAAS), AICPA,
2002
6. dll
SPKN membagi audit/pemeriksaan menjadi 3
jenis :
Standar Umum SKPN
Lingkungan Akuntansi Pemerintahan
kerangka konseptual SAP menekankan perlunya mempertimbangkan ciri-ciri penting
lingkungan pemerintahan dalam menetapkan tujuan akuntansi dan pelaporan
keuangan. Berikut ciri penting tersebut :
Ciri utama struktur pemerintahan dan pelayanan yang diberikan
1. bentuk umum pemerintahan dan pemisahan kekuasaan
2. sistem pemerintahan otonomi dan transfer pendapatan pemerintah
3. adanya pengaruh proses politik
4. hubungan antara pembayar pajak dengan pelayanan pemerintah
Ciri keuangan pemerintah yang penting bagi pengendalian
1. anggaran sebagai pernyataan kebijakan publik, target fiskal dan alat
pengendalian
2. investasi dalam aset yang tidak langsung menghasilkan pendapatan.
3. kemungkinan penggunaan akuntansi dana untuk tujuan pengendalian
Pengguna dan Kebutuhan
Informasi
Laporan keuangan pemerintah disusun untuk
memenuhi kebutuhan informasi dari semua kelompok
pengguna. Beberapa kelompok utama pengguna
laporan keuangan pemerintah, yaitu :
1. masyarakat
2. para wakil rakyat, lembaga pengawas, dan
lembaga pemeriksa
3. pihak yang memberi atau berperan dalam
proses donasi, investasi, dan pinjaman
4. pemerintah
Entitas Pelaporan
Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri atas satu
atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban berupa laporan keuangan yang terdiri atas :
1. Pemerintah pusat
2. Pemerintah daerah
3. Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah
4. Organisasi lainnya, yang menurut peraturan perundang-
undangan satuang organisasi dimaksud wajib menyajikan
laporan keuangan
Peranan Pelaporan
Keuangan
Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang
relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang
dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode
pelaporan
Laporan keuangan digunakan untuk membandingkan realisasi
pendapatan, belanja transfer, dan pembiayaan dengan anggaran
yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi
efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, serta membantu
menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan
Setiap entitas wajib melapor untuk pementingan akuntabilitas,
manajemen, transparansi dan keseimbangan antargenerasi
Tujuan Pelaporan Keuangan
1. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan
untuk membiayai seluruh pengeluaran
2. Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber
daya ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan
peraturan perundang-undangan
3. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang
digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah
dicapai
4. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai
seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya
5. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas
pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya
6. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas
pelaporan
•Laporan realisasi anggaran
•Neraca
•Laporan arus kas
•Catatan atas laporan keuangan
Dasar Hukum Pelaporan Keuangan
UU dibidang UU tentang APBN
UUD RI keuangan negara

Peraturan perundang-undangan yang mengatur Peraturan perundang-


tentang pemerintah daerah, khususnya yang undangan yang mengatur
mengatur keuangan daerah tentang perimbangan
keuangan pusat dan daerah

Peraturan perundang-undangan
yang mengatur tentang pelaksanaan Peraturan perundang-undangan
anggaran pendapatan dan belanja lainnya yang mengatur tentang
negara/daerah keuangan pusat dan daerah
Asumsi Dasar
Asumsi kemandirian entitas
Asumsi kemandirian entitas, baik entitas
pelaporan maupun akuntansi, berarti setiap unit
organisasi dianggap sebagai unit yang mandiri dan
wajib menyajikan laporan keuangan sehingga tidak
terjadi kekacauan antar unit instansi pemerintah
dalam pelaporan keuangan

Asumsi kesinambungan entitas


Laporan keuangan disusun dengan
asumsi bahwa entitas pelaporan akan berlanjut
keberadaannya

Asumsi keteraturan dalam satuan uang


laporan keuangan entitas pelaporan harus
menyajikan setiap kegiatan yang diasumsikan dapat
dinilai dengan satuan uang
Karakteristik Kualitatif
Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif laporan keuangan
adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu
diwujudkan dalam informasi akuntansi
sehingga dapat memenuhi tujuannya.

4 karakteristik
Prinsip Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan
Basis akuntansi
basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan
dalam laporan realisasi anggaran, dan basis akrual untuk pengakuan aset,
keajiban dan ekuitas dalam neraca
Prinsip nilai historis
aset dicatat sebesar pengeluaran kas atau setara kas yang dibayar
atau sebesar nilai wajar dari imbalan untuk memperoleh aset tersebut pada
saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas yang dan setara kas
yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban di masa
mendatang dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan.
Prinsip realisasi
Pendapatan yang tersedia yang telah diotorisasikan melalui anggaran
pemerintah selama satu tahun fiskal akan digunakan untuk membayar utang
dan belanja pada periode tersebut
Prinsip subtansi mengungguli bentuk formal
informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar transaksi
atau peristiwa lain yang seharusnya disajikan. Jadi, transaksi atau peristiwa
lain tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan subtansi dan realitas
ekonomi, dan bukan hanya aspek formalitasnya

Prinsip periodisitas
kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan perlu
dibagi menjadi periode-periode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat
diukur dan posisi sumber daya yang dimilikinya dapat ditentukan

Prinsip konsistensi
perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian serupa dari
periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan
Prinsip pengungkapan lengkap
laporan keuangan menyajikan informasi yang dibutuhkan oleh
pengguna secara lengkap. Informasi-informasi tersebut dapat ditempatkan
pada lembar muka laporan keuangan atau dalam catatan atas laporan
keuangan
Prinsip penyajian wajar
faktor pertimbangan sehat bagi penyusun laporan keuangan
diperlukan ketika menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan
tertentu. Ketidakpastian seperti itu diakui dengan mengungkapkan hakikat
serta tingkatnya dengan menggunakan pertimbangan sehat dalam
penyusunan laporan keuangan
Kendala Informasi yang Relevan dan
Andal
Materialitas
informasi dipandang material apabila kelalaian untuk
mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi
tersebut dapat memengaruhi keputusan ekonomi pengguna
yang diambil atas dasar laporan keuangan. Meskipun idealnya
memuat segala informasi, laporan keuangan pemerintah hanya
diharuskan memuat informasi yang memenuhi kriteria
materialitas
Pertimbangan biaya dan manfaat
manfaat yang dihasilkan informasi seharusnya
melebihi biaya penyusunan. Oleh karena itu, laporan keuangan
pemerintah tidak semestinya menyajikan segala informasi yang
manfaatnya lebih kecil dibandingkan dengan biaya
penyusunannya
Keseimbangan antarkarakteristik kualitatif
hal ini diperlukan untuk mencapai suatu
keseimbangan yang tepat diantara berbagai tujuan normatif
yang diharapkan dipenuhi oleh laporan keuangan pemerintah
Meulaboh (ANTARA Aceh) - Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (Dinsosnaketrans) Kabupaten Aceh Barat, Provinsi
Aceh, Shah Triza Putra Utama menyatakan pengusaha Stasiun
Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Blang Beurandang melanggar
tiga regulasi tentang ketenagakerjaan.
"Pertama menyangkut ketenagakerjaan, wajib lapor dan keikutsertaan
karyawan BPJS. Karena ini permasalahan pelanggaran regulasi,
Pemkab Aceh Barat tidak bisa melakukan penyelidikan dan
penertiban karena hanya bersifat pegawai pengawas, tidak berhak
untuk itu," katannya di Meulaboh, Sabtu.
Pascaaksi demo mantan pekerja dan masyarakat Gampong (desa)
Blang Beurandang memblokade dan menyegel area SPBU di
kawasan mereka, instansi terkait telah menindak lanjuti dengan
memfasilitasi mediasi dengan melibatkan pihak Provinsi Aceh.
Kata Shah Triza, Dinsosnaketrans Aceh Barat telah mengeluarkan nota pemeriksaan
sebanyak dua kali dan proses itu sudah dilimpahkan kepada Disnaker Provinsi Aceh
dan sudah dilakukan pertemuan untuk itu.
Permasalahan menyangkut regulasi sudah masuk dalam agenda prioritas instansi
terkait di tingkat Provinsi Aceh dan akan segera dilakukan pemeriksaan ke SPBU
Blang Beurandang, menelusuri temuan tersebut.
"Kalau mediasi, itukan penyelesaikan sengketa, nah yang kita lihat kondisi hari ini
mereka tidak mau hadir setiap kali kita pangil, kalau mediasikan harus terlibat
semua. Gubernur undang saja pengusaha ini tidak mau datang," tegasnya.
Lebih lanjut dijelaskan, pemerintah bisa saja melakukan gugatan terhadap managerial
perusahaan tersebut berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaikan Perselisihan Hubungan Industri (UU-PHI), namun itu merupakan
solusi terakhir.
Pemerintah Aceh masih berupaya memperbaiki apabila ada pengusaha "membandel"
dengan cara lebih arif dan bijaksana, untuk menyelesaikan persengketaan tersebut
pemerintah harus membentangkan lintas koordinasi kepada pihak lebih
berkompeten.
Diakui Pemkab Aceh Barat tidak memiliki mediator yang notabenenya mampu
menengahi perselisihan antar pekerja dan pengusaha di daerah itu, karenanya
Pemkab terus melakukan berbagai upaya koordinasi pada pemerintah atasan.
"Pemda bisa saja mengugat melalui PHI terhadap perusahaan itu, tapi yang kita
harapkan ini selesai dulu, kita tidak bisa beragan-angan kesana. Baru itu satu
masalah yang memang kita anggap pengusaha yang bandel, selama saya berada di
sini," katanya menambahkan.
JAKARTA -- Dalam menindak adanya dugaan pelanggaran di ruang udara
Indonesia, TNI AU kerap melakukan upaya force down (penurunan paksa
terhadap pesawat asing ataupun domestik yang tidak terjadwal.
Sayangnya, tindak lanjut dari penegakan hukum terhadap pihak-pihak
pelanggar wilayah udara tersebut tak menimbulkan efek jera.
Menurut Kepala Dinas Penerangan TNI AU (Kadispenau) Marsekal Pertama
TNI Dwi Badarmanto, langkah penegakan dan mengamankan wilayah
yuridiksi nasional memang sudah diemban oleh TNI AU melalui UU No 34
Tahun 2004 tentang TNI. Tidak hanya itu, pelaksanaan tugas itu juga
didasari pada Konvensi Chicago 1944 dan UU No 1 Tahun 2009 tentang
Penerbangan.
Dalam aturan itu, Indonesia memiliki prinsip kedaulatan yang utuh dan
eksklusif atas ruang udara di atas wilayah Indonesia. "Artinya, Indonesia
memiliki hak penuh untuk menggunakan ruang udaranya bagi nasional
guna menjamin terciptanya kondisi wilayah udara yang aman serta bebas
dari berbagai ancaman melalui media udara, termasuk ancaman navigasi
serta pelanggaran hukum di wilayah udara nasional," ujar Dwi, dalam
keterangan resmi yang diterima Republika.
Untuk itu, TNI AU selalu melakukan berbagai upaya dalam menjaga kedaulatan udara Indonesia,
salah satunya dengan melakukan force down. Namun, sayangnya, sanksi yang diberikan
kepada para pelanggar tersebut , kata Dwi, tidak memberikan efek jera. Dwi memberi contoh,
dalam sebuah kasus force down, pelaku hanya diberikan sanksi membayar denda sebesar 60
juta rupiah. Jumlah ini, ujar Dwi, terlalu kecil dan tentu tidak sepadan dengan biaya
operasional untuk menggerakkan pesawat buru sergap TNI AU.
Kondisi seperti ini terjadi lantaran adanya celah di regulasi dan aturan pelaksanaan. Di UU No 1
Tahun 2009 tentang Penerbangan memang disinggung mengenai penegakan hukum terhadap
pelanggar wilayah kedaulatan udara. Tapi, tidak disebutkan tentang tindakan pidananya
karena yang diatur hanya pelanggaran terhadap prohibited dan restricted area. Artinya,
pelanggaran hanya dimaknai sebagai pelanggaran perizinan masuk wilayah udara saja, bukan
pelanggaran terhadap kedaulatan negara.
Selain itu, ketentuan ini juga berdampak pada proses hukum selanjutnya karena TNI AU sebagai
pelaku, penindak, dan memiliki pengetahuan dan pemahaman lebih terkait masalah
pelanggaran udara yang tidak dilibatkan dalam penyidikan. Selama ini, penyidikan dilakukan
oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) tertentu di lingkup penerbangan yang
pelaksanaannya di bawah koordinasi dan pengawasan penyidik Polri. Sehingga, hal ini
dianggap sebagai persoalan kriminal biasa sebagaimana kewenangan polisi dalam penegakan
pidana kriminal di wilayah Indonesia.
Karena itu, diperlukan adanya upaya negara untuk memikirkan kembali pentingnya dan perlunya
amendemen terhadap semua regulasi yang terkait penegakan hukum dalam pelanggaran
wilayah udara nasional, yang dapat mendorong TNI AU menjadi bagian dari penyidik
pelanggaran udara.
"Sejatinya TNI AU harus hadir dalam semua prosesnya yang meliputi pengejaran, penyelidikan,
dan penyidikan, karena pelanggaran wilayah udara berbeda dengan kriminal biasa, di mana
dapat berdampak pada aspek pertahanan dan kedaulatan negara, bukan gangguan orang per
orang," kata Kadispenau

Anda mungkin juga menyukai