Anda di halaman 1dari 55

CASE REPORT

KEJANG DEMAM
SEDERHANA
DISUSUN OLEH:
VEMINDRA DINDA LAKSONO
1102013296

PEMBIMBING :
DR. DEBY ANGGORORINI, SP.A, M.KES

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUBANG
PERIODE 12 MARET 2018 S/D 19 MEI 2018
PENDAHULUAN

 Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur 6 bulan sampai 5
tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh yang tidak disebabkan oleh proses intrakranial.
Kejang demam dikelompokkan menjadi dua, yaitu kejang demam sederhana dan kejang
demam kompleks. Prognosis kejang demam secara umum sangat baik. Kejadian kecacatan
sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Perkembangan mental dan
neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal. Jenis obat-obatan
yang sering digunakan adalah fenobarbital, asam valproate, dan fenitoin.
STATUS PASIEN

IDENTITAS
 Nama : An. H
 Tempat dan tanggal lahir : Subang, 15/05/2016
 Usia : 1 tahun 11 bulan
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Alamat : Padasuka 42/11
 Agama : Islam
 Masuk Rumah Sakit : 18/04/2018 pukul 09.28 WIB
 Keluar Rumah Sakit : 19/04/2018
STATUS PASIEN

 IDENTITAS ORANG TUA


 Nama Ayah : Tn. A
 Umur : 36 tahun
 Pendidikan : S2
 Pekerjaan : Notaris

 Nama Ibu : Ny. T


 Umur : 27 tahun
 Pendidikan : SMA
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
ANAMNESIS

 Dilakukan secara alloanamnesis kepada ibu pasien pada tanggal 19 april 2018 di Bangsal Anggrek RSUD
Subang.

Keluhan Utama

• Kejang sebanyak 1x yang didahului oleh demam

Keluhan Tambahan

• Batuk berdahak dan pilek


ANAMNESIS

Riwayat Penyakit Sekarang

• Seorang anak laki-laki berusia 1 tahun 11 bulan datang ke IGD RSUD Subang
diantar oleh orang tuanya dengan keluhan kejang sebanyak 1x setengah jam
sebelum masuk rumah sakit. Menurut ibu pasien, kejang berlangsung ± 5
menit. Sesaat sebelum kejang, pasien rewel. Kejang dimulai dari mata
mendelik ke atas dan tangan dan kaki pasien yang tampak lemas. Setelah
kejang selesai, pasien tampak lemas dan menangis. Keluhan kejang ini
didahului dengan demam yang tinggi sejak 1 hari SMRS, demam naik turun.
Keluhan disertai batuk (+) berdahak dan pilek sejak 3 hari SMRS. Tidak
terdapat keluhan muntah sebelum maupun sesudah kejang dan tidak terdapat
keluhan sesak napas. Pasien masih mau makan dan minum. BAK dan BAB
dalam batas normal. Pasien sudah diberikan obat Baby’s cough syrup.
ANAMNESIS

Riwayat Penyakit Dahulu

 Tidak terdapat riwayat kejang saat demam sebelumnya


 Riwayat kejang tanpa demam (-)
 Trauma kepala (-)

1.Riwayat penyakit keluarga

• Ibu pasien pernah mengalami kejang dengan demam namun tidak mengetahui
dengan jelas pada usia berapa.
ANAMNESIS
1.Riwayat kehamilan :
• Selama kehamilan ibu pasien rutin memeriksakan kehamilan ke bidan terdekat setiap
satu bulan sekali. Ibu pasien juga mengkonsumsi makanan cukup nutrisi serta vitamin.
Riwayat mengkonsumsi alkohol, obat-obatan, merokok, jamu-jamuan disangkal. Tidak ada
riwayat hipertensi atau penyakit berat selama kehamilan. Keluaha semasa hamil berupa
mual, muntah dan tidak ada perdarahan. Ibu pasien mengaku merasakan pergerakan janin
sekitar usia kandungan 4 bulan.

Riwayat persalinan
• Pasien lahir dari ibu G2P1A0, cukup bulan, lahir secara spontan ditolong oleh bidan
dengan persentasi kepala, dan ketuban jernih. Bayi langsung menangis saat lahir. Berat
badan lahir 3500 gram, panjang badan 52 cm, lingkar kepala ibu pasien tidak mengingat.

Riwayat pasca lahir :


• Tidak ada keluhan kelainan bawaan
ANAMNESIS

Riwayat Makanan

• Ibu pasien mengatakan pasien ASI sampai bulan maret 2018.

Umur (bulan) ASI/ Buah/ Bubur Nasi tim


PASI biskuit
0-6 +
6-9 + + +
10-23 + + + +
ANAMNESIS

Perkembangan

• Menurut ibu pasien perkembangan anak sejak lahir hingga saat ini sama dengan
anak-anak seusianya. Pasien dapat duduk pada usia 8 bulan. Pada usia 10 bulan
pasien sudah mulai berdiri tanpa pegangan. Usia 11 bulan pasien sudah dapat
berjalan tanpa bantuan.
ANAMNESIS

Imunisasi

• Ibu pasien mengatakan pasien di imunisasi lengkap yaitu

Dasar
Macam
I II III
BCG  (2bln)
Hepatitis B  (lahir)  (1bln)  (6bln)
Polio  (2bln)  (4bln)  (6 bln)
DPT  (2bln)  (4bln)  (6 bln)
Campak  (9 bln)
ANAMNESIS

Sosial Ekonomi

• Ayah pasien merupakan notaris dan ibu pasien adalah seorang ibu rumah tangga.
Jumlah penghasilan dalam keluarga tidak diketahui pasti, jumlah anggota keluarga
yang dihidupi yaitu tiga orang. Ibu pasien mengaku merasa cukup dalam
pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Lingkungan :

• Keluarga pasien tinggal di rumah permanen sederhana dengan pekarangan cukup,


ventilasi cukup dan lingkungan yang bersih. Sumber air untuk kehidupan sehari-
hari berasal dari PDAM.
PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Umum
 Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
 Kesadaran : Compos mentis. E4, M6,V5 (GCS total:15)
 Tanda Vital
 Frekuensi nadi : 110x/menit
 Frekuensi napas : 30x/menit
 Suhu : 36,5 °C
PEMERIKSAAN FISIK

 Status Gizi
 Berat badan (BB) : 11 kg
 Panjang Badan (PB) : 82 cm
PEMERIKSAAN FISIK

 Kesan:
 Gizi : Gizi baik
 Tinggi badan : Normal
 BB/PB : Normal
 IMT : 11kg/ (0,82m2)2 = 16,4 Kg/m2 --- Normal
 Rambut
 Status Generalis
 Warna : Hitam
 Kulit  Tidak mudah dicabut
 Warna : Coklat terang  Wajah
 Pucat : Tidak ada  Bentuk : Simetris

 Jaringan parut : Tidak ada  Mata


 Palpebra : Normal, edema (-)
 Turgor : Baik
 Konjungtiva : Tidak anemis
 Ikterik : Tidak ada
 Sklera : Tidak ikterik
 Edema : Tidak ada  Refleks cahaya langsung : +/+
 Kepala  Telinga
 Bentuk : Normocephale  Membran timpani : Tidak diperiksa

 Posisi : Simetris  Serumen : Tidak ada


 Darah : Tidak ada
 Penonjolan : Tidak ada
 Cairan : Tidak ada
 Hidung  Dada

 Napas cuping hidung : Tidak ada  Jantung

 Nyeri tekan : Tidak ada  Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat

 Sekret : Tidak ada  Palpasi : Iktus cordis teraba, tidak ada vibrasi
 Perkusi : Sulit dinilai
 Mulut
 Auskultasi : Bunyi jantung S1-S2 reguler,
 Lidah : Merah, tidak kotor,
tremor (-) murmur (-), gallop (-)

 Faring : Hiperemis  Paru


 Inspeksi : Dada simetris kanan-kiri, gerakan statis dan
 Tonsil : T1-T1
dinamis simetris kanan-kiri. Retraksi
 Uvula : Tidak deviasi suprasternal (-), retraksi epigastrial (-),
retraksi intercostal (-).
 Leher
 Palpasi : Fremitus taktil dan vokal simetris pada
 Trakea : Tidak deviasi kedua lapang paru, krepitasi (-).
 Kelenjar tiroid : Tidak membesar  Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
 Kelenjar limfe : Tidak membesar  Auskultasi :Vesikuler (+/+), Ronki (-/-), wheezing (-/-)
 Abdomen
 Inspeksi : Abdomen datar dan simetris
 Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
 Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen
 Auskultasi : Bising usus (+) normal
 Ekstremitas
 Akral hangat +/+, edema (-), capillary refilll time < 2 detik.
STATUS NEUROLOGIS

 Tanda Rangsang Meningeal :


 Kaku kuduk : Negatif (-)
 Brudzinski I : Negatif (-)
 Brudzinski II : Negatif (-)
 Kernique : Negatif (-)
 Laseque : Negatif (-)
 Motorik : kesan parese (-)
 Sensorik : rangsang nyeri (+)
STATUS NEUROLOGIS

 Refleks Patologis :  Refleks Fisiologis :


 Babinski : Negatif (-)  Refleks biseps : +/+
 Openheim : Negatif (-)  Refleks triseps : +/+
 Chaddock : Negatif (-)  Refleks patella : +/+
 Gordon : Negatif (-)  Refkeks achilles : +/+
 Gonad : Negatif (-)
 Schaeffer : Negatif (-)
LABORATORIUM

Tanggal pemeriksaan
Jenis pemeriksaan Nilai normal
18/04/2018
Hemoglobin 9,5 11.0-17.0 g/dl
Hematokrit 28,9 35.0-55.0 %
Leukosit 14,8 4.0-12.0 103/ul
Trombosit 317 150-400 103/ul
Eritrosit 4,07 4.00-6.20 106/ul
MCV 71,0 80.0-100.0 um
MCH 23,3 26.0-34.0 um3
MCHC 32,9 31.0-35.5 g/dl
RESUME

 An. T berusia 1 tahun 11 bulan, datang ke IGD RSUD Subang diantar oleh orang tuanya
dengan keluhan kejang sebanyak 1x sejak setengah jam sebelum masuk rumah sakit. Menurut
ibu pasien, kejang berlangsung ± 5 menit. Sesaat sebelum kejang, pasien rewel dan menangis.
Kejang dimulai dari mata mendelik ke atas dan tangan dan kaki pasien yang tampak lemas.
Setelah kejang selesai, pasien tampak lemas dan menangis. Keluhan kejang ini didahului dengan
demam yang tinggi sejak 1 hari SMRS, demam naik turun. Keluhan disertai batuk (+) berdahak
dan pilek sejak 3 hari SMRS. Tidak terdapat keluhan muntah sebelum maupun sesudah kejang
dan tidak terdapat keluhan sesak napas. Pasien masih mau makan dan minum. BAK dan BAB
dalam batas normal. Pasien sudah diberikan obat Baby’s cough syrup.
RESUME

 Pada pemeriksaan fisik dalam batas normal. Pemeriksaan neurologis tidak didapatkan
adanya kelainan pada pemeriksaan tanda rangsang meningeal, refleks patologis dan refleks
fisiologis dalam batas normal, pemeriksaan motorik dan sensorik dalam batas normal.
DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING

I.DIAGNOSIS KERJA

• Kejang Demam Sederhana


• Suspek infeksi saluran pernapasan atas (ISPA)
• Anemia

I.DIAGNOSIS BANDING

• Meningitis
• Ensefalitis
RENCANA PENGELOLAAN
A.Usulan Pemeriksaan

• Pemeriksaan darah rutin dan elektrolit


• Pemeriksaan Lumbal Fungsi

A.Tatalaksana

• O2 1,5 L/menit
• IVFD Kaen 3B 10 tetes/menit (makro)
• Paracetamol Infus 110 mg IV bila demam ≥38,5oC
• Paracetamol syrup 3x1 cth
• Cefotaxime 3x350 mg IV
• Diazepam 3,3 mg IV bila kejang
• Ambroxol syr 3x1/2 cth
PROGNOSIS

 Quo ad vitam : dubia ad bonam


 Quo ad functionam : dubia ad bonam
 Quo ad Sanationam : dubia ad bonam
DEFINISI

Bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur 6 bulan sampai 5


tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu di atas 380C,
dengan metode pengukuran suhu apa pun) yang tidak disebabkan
oleh proses intrakranial.
EPIDEMIOLOGI

 Kejang demam terjadi pada 2–5% populasi anak. Sering terjadi pada usia 6
bulan –3 tahun dengan puncak usia 18 bulan. Kejang demam jarang terjadi
pada usia <1 bulan dan >7 tahun
 Sebagian besar kejang demam merupakan kejang demam sederhana.
Kejang demam kompleks hanya berkisar 35%. Lama kejang yang
berlangsung >15 mnt hanya ditemukan 9%, terjadi status epileptikus hanya
5%.Berulang dalam 24 jam: 16% kasus
KLASIFIKASI

Kejang demam sederhana


(simple febrile seizure)

Kejang demam kompleks


(complex febrile seizure)
Kejang Demam
Kejang Demam Kompleks
Sederhana
• Kejang berlangsung < 15 menit, • Kejang lama* > 15 menit
umumnya berhenti sendiri • Kejang fokal atau parsial sesisi,
• Kejang umum, tonik &/ klonik, atau kejang umum didahului
TANPA gerakan fokal kejang parsial
• Tidak berulang dalam waktu 24 • Kejang Berulang** atau > 1 kali
jam dalam waktu 24 jam

Catatan :
* Kejang lama : kejang > 15 menit atau > 2 kali dan diantara bangkitan tidak sadar, terjadi pada 8%
kejang demam.
** Kejang berulang : kejang ≥ 2 kali / 1 hari, diantara dua bangkitan anak sadar, terjadi pada 16% kejang
demam
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI
DIAGNOSIS

Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
fisik penunjang
Anamnesis

• Riwayat perjalanan penyakit sampai terjadinya kejang.


• Tipe kejang, lama, frekuensi dan kesadaran pasca kejang.
• Faktor pencetus atau penyebab kejang.
• Umumnya terjadi pada anak dan berlangsung pada permulaan demam akut.
• Riwayat kejang sebelumnya
• Kondisi medis yang berhubungan, obat-obatan, trauma, gejala infeksi, keluhan
neurologis, nyeri atau cedera akibat kejang.
• Riwayat kejang demam dalam keluarga
Pemeriksaan fisik

Tanda-tanda vital dan kesadaran.

Pemeriksaan umum
Tanda rangsang meningeal

Saraf kranial

Pemeriksaan neurologi Motorik

Tonus otot

Refleks fisiologis dan patologis.


Pemeriksaan penunjang

Laboratorium : tidak rutin – evaluasi sumber infeksi atau keadaan lain yang
dapat menimbulkan kejang
• Pemeriksaan darah rutin dan darah perifer
• Kadar elektrolit
• Kadar gula darah
Pencitraan : X-Ray kepala, CT scan atau MRI  jarang dilakukan, apabila ada
indikasi :
• Kelainan neurologik fokal menetap (e.g. : hemiparese )
• Paresis nervus kranialis
Pemeriksaan penunjang

Pungsi Lumbal : menyingkirkan kemungkinan meningitis.

Elektroensefalografi (EEG) : tidak direkomendasikan


DIAGNOSIS BANDING

Meningitis

Ensefalitis
PENATALAKSANAAN

 Tatalaksana Kejang :
 Diazepam IV :
 Dosis : 0,2-0,5 mg/kgBB,
 Pemberian : iv pelan, dengan kecepatan 2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit.
 Dosis maksimal : 10 mg
 Diazepam Rektal :
 Dosis : 0,5 – 0,75 mg/kgBB atau :
 Jika BB < 12 kg : 5 mg dan BB > 12 kg : 10 mg
PENTALAKSANAAN

 Pemberian diazepam rektal dapat diulang selama dua kali dengan interval 5 menit
 Jika kejang berlanjut  diazepam iv
 Dengan diazepam iv, Kejang masih (+) :
 Fenitoin iv :
 Dosis & pemakaian :
 Loading dose : 10 – 20 mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1 mg/kgBB/menit atau < 50
mg/menit
 Jika kejang (-)  maintenance dose : 5-10 mg/kgBB/hari dimulai 12 jam setelah loading
dose
 Fenitoin iv, kejang (+)  ICU
PENATALAKSANAAN

 Pengobatan Ketika Demam


 Antipiretik
 Paracetamol : 10-15 mg/kgBB/kali tiap 4-6 jam
 Ibuprofen : 5 – 10 mg/kgBB/kali, 3-4 kali sehari
 Hindari penggunaan salisilat : Sindrom Reye
PENATALAKSANAAN

 Pemberian obat antikonvulsan intermiten


 Obat antikonvulsan yang diberikan hanya pada saat demam.
 Proflaksis intermiten dengan salah satu faktor risiko :
 Kelainan neurologis berat, misalnya palsi serebral
 Berulang 4 kali atau lebih dalam setahun
 Usia <6 bulan
 Bila kejang terjadi pada suhu tubuh kurang dari 390C
 Apabila pada episode kejang demam sebelumnya, suhu tubuh meningkat dengan
cepat.
PENATALAKSANAAN

 Diazepam oral : 0,3 mg/kg/kali per oral


 Diazepam rektal : 0,5 mg/kg/kali (5 mg untuk berat badan <12 kg dan 10 mg untuk
berat badan >12 kg)
 Diberikan sebanyak 3 kali sehari, dengan dosis maksimum diazepam 7,5 mg/kali.
 Diazepam intermiten diberikan selama 48 jam pertama demam.
 ES : ataksia, iritabilitas, serta sedasi.
PENGOBATAN RUMAT

 Indikasi :
 Kejang lama > 15 menit
 Kejang fokal
 Terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya
palsi serebral, hidrosefalus, hemiparesis.
PENATALAKSANAAN

 Terapi antikonvulsan rumat


 Asam valproat
 Dosis : 15 – 40 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis
 ES : gangguan fungsi hepar
 Fenobarbital
 Dosis : 3-4 mg/kgBB/hari, 1-2 dosis
 ES : gangguan perilaku dan kesulitan belajar pada 40-50% kasus
 Lama terapi :
 Pengobatan diberikan selama 1 tahun,
PENATALAKSANAAN
EDUKASI ORANG TUA

 Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang :


 Tetap tenang dan tidak panik
 Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
 Bila tidak sadar posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan atau
lendir di mulut atau hidung. Jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut
 Tetap Bersama pasien selama kejang
 Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang
 Berikan diazepam rekal dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti
 Bawa kedokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih
PENATALAKSANAAN

Vaksinasi
 Sejauh ini tidak ada kontraindikasi untuk melakukan vaksinasi terhadap anak yang
mengalami kejang demam
 Angka kejadian pasca vaksinasi DPT adalah 6-9 kasus per 100.000 anak yang
divaksinasi sedangkan setelah vaksinasi MMR 25-24 per 100.000.
 Dianjurkan untuk memberikan diazepam interminten dan paracetamol prokfilasis
PROGNOSIS

 Prognosis kejang demam secara umum sangat baik. Kejadian kecacatan sebagai
komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan.
 Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang
sebelumnya normal.
 Kelainan neurologis dapat terjadi pada kasus kejang lama atau kejang berulang, baik
umum maupun fokal. Suatu studi melaporkan terdapat gangguan recognition memory
pada anak yang mengalami kejang lama.
Kemungkinan berulangnya kejang demam
Riwayat kejang demam atau epilepsi dalam keluarga

Usia kurang dari 12 bulan

Suhu tubuh kurang dari 39oC saat kejang

Interval waktu yang singkat antara awitan demam dengan terjadinya kejang.

Apabila kejang demam pertama merupakan kejang demam kompleks.

Bila seluruh faktor tersebut di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80%,
sedangkan bila tidak kemungkinan berulangnya hanya 10-15%. Kemungkinan berulangnya kejang
demam paling besar pada tahun pertama.
Faktor risiko menjadi epilepsi
1.Terdapat kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang
demam pertama

1.Kejang demam kompleks

1.Riwayat epilepsi pada orangtua atau saudara kandung

1.Kejang demam sederhana yang berulang 4 episode atau lebih dalam satu
tahun.

Masing-masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsi sampai 4-6%, kombinasi dari
faktor risiko tersebut akan meningkatkan kemungkinan epilepsi menjadi 10-49%. Kemungkinan
menjadi epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumatan pada kejang demam.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai