Anda di halaman 1dari 51

TETANUS,EPILEPSI,STATUS

EPILEPTIKUS

Nurlaili Muzayyanah
Departemen IKA
FK UII
1
Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi
pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan
kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya,
niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan)
kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana (QS Luqman:27)
TETANUS NEONATORUM
Neonatal Tetanus
• First described by Hippocrates
• Etiology discovered by Carle and Rattone in
1984
• Passive immunity used for treatment and
prophylaxis during World War I
• Tetanus toxoid first widely used during World
War II
Tetanus
• Penyakit saraf yang mempunyai manifestasi
paralisis spastik akut yang disebabkan oleh
toksin tetanus
• Toksin dihasilkan oleh bakteri Clostridium
tetani,bakteri gram + yang motil,membentuk
spora,anaerob yang hidup di tanah dan
saluran cerna hewan dan manusia
Tetanus Pathogenesis
• Anaerobic condition helps to germinate
spores and production of toxins.
• Toxins binds to the central nervous system
• Interferes with the neurotransmitter release
to block inhibitory impulses.
• Leads to unopposed muscle contraction and
spasm.
TETANUS NEONATORUM
• Angka kematian sekitar 50%
• Penyebab kematian neonatal dini
• Terutama berhubungan dengan pelayanan
persalinan,khususnya perawatan tali pusat
DIAGNOSIS
• Persalinan kurang higienis
• Perawatan tali pusat tidak higienis
• Bayi sadar,sering spasme,terutama bila
terangsang
• Malas minum
Pemeriksaan fisik
• Bayi sadar tapi spasme berulang
• Mulut mencucu seperti mulut ikan
• Trismus (mulut sukar dibuka)
• Perut teraba keras (perut papan)
• Opistotonus (ada sela antara punggung bayi
dan alas saat posisi ditidurkan
• Tali pusat kotor dan berbau
• Anggota gerak spastik (boxing position)
Pemeriksaan penunjang
• Lumbal pungsi
• Darah rutin,MDT,kultur dan sensitivitas
Neonatal tetanus

A conscious spasm
Tetanus: complications
• Laryngospasm
• Hypoglycemia
• Nosocomial infections
• Myoglobinuria
• Aspiration
• Iatrogenic apnoea
• Death
Management: Principles
• Eradication of C. tetani.
– Penicillin G 100,000 U / kg / 24 hrs.
• Neutralizing the toxin
– Human tetanus immunoglobulin: 500 IU IM
– TAT: 10,000 – 100,000 U (I/2 IM and ½ IV)
• Prevent spasm:
– Diazepam: 0.1 – 0.2 mg every 3 – 6 hourly
intravenously.
– Dantrolene; chlorpromazine; baclofen
– Vecuronium and pancuronium with Mechanical
ventilation (best survival rate)
Management: contd.

• IV line.
• Nasogastric tube feeding.
• Minimal handling.
• A separate room.
Prevention
• An entirely preventable disease
– Mortality <10% (intensive care treatment) >
70% without intensive care treatment.
• Antenatal Tetanus Toxoid
EPILEPSI
Epilepsi
• suatu gangguan saraf kronik, dimana terjadikejang
yang bersifat reccurent
• Kejang : manifestasi klinik dari aktivitas neuron
cortical yang berlebihan di dalam korteks serebral
dan ditandai dengan adanya perubahan aktifitas
elektrik pada saat dilakukan pemeriksaan EEG.
• Manifestasi klinik kejang sangat bervariasi
tergantung dari daerah otak fungsional yang
terlibat
Etiologi
• Epilepsi --- gangguan/abnormalitas dari pelepasan neuron.
• Banyak hal yang bisa menyebabkan terjadinya abnormalitas
pelepasan neuron, seperti :
– Birth trauma
– Cedera kepala
– Tumor otak
– Penyakit cerebrovaskular
– Genetik
– Idiopatik
Patofisiologi
Kejang disebabkan karena ada
ketidakseimbangan antara pengaruh
inhibisi dan eksitatori pada otak

terjadi karena :
• Kurangnya transmisi inhibitori
– Contoh: setelah pemberian
antagonis GABA, atau selama
penghentian pemberian agonis
GABA (alkohol, benzodiazepin)
• Meningkatnya aksi eksitatori 
meningkatnya aksi glutamat atau
aspartat
Fisiologi Normal
Diagnosis
• Pasien didiagnosis epilepsi
jika mengalami serangan
kejang secara berulang
• Untuk menentukan jenis
epilepsinya, selain dari gejala,
diperlukan berbagai alat
diagnostik :
– EEG
– CT-scan
– MRI
– Lain-lain
Klasifikasi epilepsi
• Berdasarkan tanda klinik
dan data EEG, kejang
dibagi menjadi :
– kejang umum (generalized
seizure)  jika aktivasi
terjadi pd kedua hemisfere
otak secara bersama-
sama
– kejang parsial/focal  jika
dimulai dari daerah
tertentu dari otak
Kejang umum terbagi atas:
• Tonic-clonic convulsion = grand mal
– merupakan bentuk paling banyak
terjadi
– pasien tiba-tiba jatuh, kejang, nafas
terengah-engah, keluar air liur
– bisa terjadi sianosis, ngompol, atau
menggigit lidah
– terjadi beberapa menit, kemudian
diikuti lemah, kebingungan, sakit
kepala atau tidur
• Abscense attacks = petit mal
– jenis yang jarang
– umumnya hanya terjadi pada masa anak-anak atau awal remaja
– penderita tiba-tiba melotot, atau matanya berkedip-kedip, dengan kepala
terkulai
– kejadiannya cuma beberapa detik, dan bahkan sering tidak disadari
• Myoclonic seizure
– biasanya tjd pada pagi hari, setelah bangun tidur
– pasien mengalami sentakan yang tiba-tiba
– jenis yang sama (tapi non-epileptik) bisa terjadi pada pasien normal
• Atonic seizure
– jarang terjadi
– pasien tiba-tiba kehilangan kekuatan otot  jatuh, tapi bisa segera recovered
Kejang parsial terbagi menjadi :
• Simple partial seizures
– pasien tidak kehilangan kesadaran
– terjadi sentakan-sentakan pada
bagian tertentu dari tubuh
• Complex partial seizures
– pasien melakukan gerakan-gerakan
tak terkendali: gerakan mengunyah,
meringis, dll tanpa kesadaran
Sasaran Terapi
• Mengontrol (mencegah dan mengurangi frekuensi)
supaya tidak terjadi kejang - beraktivitas normal lagi
• Meminimalisasi adverse effect of drug

Strategi Terapi
• Mencegah atau menurunkan lepasnya muatan listrik
syaraf yang berlebihan  melalui perubahan pada
kanal ion atau mengatur ketersediaan neurotransmitter
Prinsip pengobatan pada epilepsi
• Monoterapi
– Menurunkan potensi AE
– Meningkatkan kepatuhan pasien
• Hindari / minimalkan penggunaan antiepilepsi sedatif
• Jika monoterapi gagal, dapat diberikan sedatif atau
politerapi
• Pemberian terapi sesuai dengan jenis epilepsinya
• Mulai dengan dosis terkecil (dapat ditingkatkan
sesuai dengan kondisi pasien)
Prinsip pengobatan pada epilepsi

• Variasi individual -- perlu pemantauan


• Monitoring kadar obat dalam darah -
penyesuaian dosis
• Lama pengobatan tergantung jenis epilepsinya,
kondisi pasien dan kepatuhan pasien
• Jangan menghentikan pengobatan secara tiba-
tiba (mendadak)
Penatalaksanaan Terapi
• Non farmakologi :
– Amati faktor pemicu

– Menghindari faktor pemicu (jika ada), misalnya : stress,


OR, konsumsi kopi atau alkohol, perubahan jadwal
tidur, terlambat makan, dll.

• Farmakologi : menggunakan obat-obat antiepilepsi


KEJANG DAN STATUS EPILEPTIKUS
PEDIATRIC COMA SCALE (PCS)

Tanda Respon Nilai


Buka mata Spontan 4
Terhadap suara 3
Terhadap sakit 2
Tidak ada 1
Respon Verbal Terorientasi 5
Kata-kata 4
Suara-suara 3
Menangis 2
Tidak ada 1
Respon motorik Mengikuti perintah 5
Lokalisasi sakit 4
Fleksi terhadap sakit 3
Ekstensi terhadap sakit 2
Tidak ada 1

Nilai normal
Lahir-6 bulan : 9 2-5 tahun : 13
6-12 bulan :11 > 5 tahun : 14
1-2 tahun :12

Anda mungkin juga menyukai