Anda di halaman 1dari 20

PROFESI, KODE ETIK, DAN

PROFESIONALISME
Pertemuan 2

Khafiizh Hastuti
Definisi Profesi

Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus


melaksanakan kegiatan yang memerlukan ketrampilan dan
keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari
manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan
ketrampilan dan keahlian tinggi, hanya dapat dicapai dengan
dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang
luas, mencakup sifat manusia, kecenderungan sejarah dan
lingkungan hidupnya; serta adanya disiplin etika yang
dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang
menyandang profesi.
Ciri Utama Profesi

1) Sebuah profesi mensyaratkan pelatihan ekstensif


sebelum memasuki sebuah profesi;
2) Pelatihan tersebut meliputi komponen intelektual yang
signifikan;
3) Tenaga yang terlatih mampu memberikan jasa yang
penting kepada masyarakat.
Ciri Tambahan Profesi

1) Adanya proses lisensi atau sertifikat;


2) Adanya organisasi;
3) Otonomi dalam pekerjaannya.
Fungsi dari Kode Etik Profesi

1) Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap


anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang
digariskan;
2) Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi
masyarakat atas profesi yang bersangkutan;
3) Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak
diluar organisasi profesi tentang hubungan etika dalam
keanggotaan profesi
Etika terbagi atas 2 bidang besar

1) Etika umum
• Prinsip;
• Moral.
2) Etika khusus
• Etika Individu;
• Etika Sosial.
• Etika sosial yang hanya berlaku bagi kelompok profesi
tertentu disebut kode etika atau kode etik.
Kode Etik

Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional


tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan
baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional.
Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah,
perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus
dihindari.

Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-


baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik
akan melindungi perbuatan yang tidak profesional.
Sifat Kode Etik Profesional

Sifat dan orientasi kode etik hendaknya:


1. Singkat;
2. Sederhana;
3. Jelas dan Konsisten;
4. Masuk Akal;
5. Dapat Diterima;
6. Praktis dan Dapat Dilaksanakan;
7. Komprehensif dan Lengkap, dan
8. Positif dalam Formulasinya.
Orientasi Kode Etik hendaknya ditujukan
kepada:
1. Rekan,
2. Profesi,
3. Badan,
4. Nasabah/Pemakai,
5. Negara, dan
6. Masyarakat
Kode Etik Ilmuwan Informasi [1]

Pada tahun 1895 muncullah istilah dokumentasi sedangkan


orang yang bergerak dalam bidang dokumentasi menyebut
diri mereka sebagai dokumentalis, digunakan di Eropa
Barat.

Di AS, istilah dokumentasi diganti menjadi ilmu informasi;


American Documentation Institute (ADI) kemudian diganti
menjadi American Society for Information (ASIS).
Kode Etik Ilmuwan Informasi [2]

ASIS Professionalism Committee yang membuat rancangan


ASIS Code of Ethics for Information Professionals. Kode
etik yang dihasilkan terdiri dari preambul dan 4 kategori
pertanggungan jawab etika, masing-masing pada pribadi,
masyarakat, sponsor, nasabah atau atasan dan pada
profesi. Kesulitan menyusun kode etik menyangkut
(a) apakah yang dimaksudkan dengan kode etik dan bagaimana
seharunya;
(b) bagaimana kode tersebut akan digunakan;
(c) tingkat rincian kode etik dan
(d) siapa yang menjadi sasaran kode etik dan kode etik
diperuntukkan bagi kepentingan siapa.
Profesionalisme

Profesionalisme adalah suatu paham yang mencitakan


dilakukannya kegiatan-kegiatan kerja tertentu dalam
masyarakat, berbekalkan keahlian yang tinggi dan
berdasarkan rasa keterpanggilan --serta ikrar untuk
menerima panggilan tersebut-- dengan semangat
pengabdian selalu siap memberikan pertolongan kepada
sesama yang tengah dirundung kesulitan di tengah
gelapnya kehidupan (Wignjosoebroto, 1999).
Pengertian Profesional
1. Orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu.
2. Memerlukan latihan khusus dengan suatu kurun waktu.
3. Hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang
tinggi.
4. Hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau dengan
terlibat dalam suatu kegiatan tertentu sesuai keahliannya.
5. Memiliki pendidikan khusus, yaitu keahlian dan keterampilan dan
memiliki dasar pendidikan dan pelatihan serta pengalaman dalam
kurun waktu untuk menunjang keahliannya.
6. Memahami kaidah dan standard moral profesi serta etika profesi
dalam bidang pekerjaannya.
7. Berupaya mengutamakan kepentingan masyarakat, artinya setiap
pelaksana profesi harus meletakkan kepentingan pribadi di bawah
kepentingan masyarakat.
8. Ada ijin khusus dari instansi yang berwenang untuk menjalankan
profesinya.
9. Terorganisir dalam suatu induk organisasi sebagai pengawasnya.
Tiga Watak Kerja Profesionalisme [1]

1. Kerja seorang profesional itu beritikad untuk merealisasikan


kebajikan demi tegaknya kehormatan profesi yang digeluti,
dan oleh karenanya tidak terlalu mementingkan atau
mengharapkan imbalan upah materiil;
2. Kerja seorang profesional itu harus dilandasi oleh
kemahiran teknis yang berkualitas tinggi yang dicapai
melalui proses pendidikan dan/atau pelatihan yang panjang,
ekslusif dan berat;
3. Kerja seorang profesional --diukur dengan kualitas teknis
dan kualitas moral-- harus menundukkan diri pada sebuah
mekanisme kontrol berupa kode etik yang dikembangkan dan
disepakati bersama di dalam sebuah organisasi profesi.
Dikatakan Profesioanal Bila?

SEORANG PROFESIONAL DITUNTUT MEMILIKI :


1. Pengetahuan;
2. Penerapan keahlian;
3. Tanggung jawab sosial;
4. Pengendalian diri;
5. Etika bermasyarakat sesuai profesinya.
Dukungan Profesi

Menurut Brandeis yang dikutip A. Pattern Jr. untuk


dapat disebut sebagai profesi, maka pekerjaan itu sendiri
harus mencerminkan adanya dukungan yang berupa:
1. Ciri-ciri pengetahuan (intellectual character);
2. Diabdikan untuk kepentingan orang lain;
3. Keberhasilan tersebut bukan didasarkan pada
keuntungan finansial;
4. Didukung oleh adanya organisasi (association) profesi
dan organisasi profesi tersebut antara lain menentukan
berbagai ketentuan yang merupakan kode etik, serta
pula bertanggung jawab dalam memajukan dan
penyebaran profesi yang bersangkutan;
5. Ditentukan adanya standard kualifikasi profesi.
Tiga Watak Kerja Profesionalisme [2]

Menurut Harris [1995] ruang gerak seorang profesional ini akan diatur
melalui etika profesi yang distandarkan dalam bentuk kode etik profesi.

Pelanggaran terhadap kode etik profesi bisa dalam berbagai


bentuk, meskipun dalam praktek yang umum dijumpai akan mencakup
dua kasus utama, yaitu:
a. pelanggaran terhadap perbuatan yang tidak mencerminkan respek
terhadap nilai-nilai yang seharusnya dijunjung tinggi oleh profesi itu.
Memperdagangkan jasa atau membeda-bedakan pelayanan jasa atas
dasar keinginan untuk mendapatkan keuntungan uang yang
berkelebihan ataupun kekuasaan merupakan perbuatan yang sering
dianggap melanggar kode etik profesi; dan
b. pelanggaran terhadap perbuatan pelayanan jasa profesi yang kurang
mencerminkan kualitas keahlian yang sulit atau kurang dapat
dipertanggung-jawabkan menurut standar maupun kriteria profesional.
Profesi Bersifat Luhur

Dalam profesi yang luhur (officium nobile), motivasi


utamanya bukan untuk memperoleh nafkah dari pekerjaan yang
dilakukannya, di samping itu juga terdapat dua prinsip yang penting,
yaitu :
1. Mendahulukan kepentingan orang yang dibantu; dan
2. Mengabdi pada tuntutan luhur profesi.
Untuk melaksanakan profesi yang luhur secara baik, dituntut
moralitas yang tinggi dari pelakunya. Tiga ciri moralitas yang tinggi
adalah:
1. Berani berbuat dengan bertekad untuk bertindak sesuai dengan
tuntutan profesi;
2. Sadar akan kewajibannya;
3. Memiliki idealisme yang tinggi.
Moralitas Bersifat Intrinsik dan Ekstrinsik

1. Moralitas yang bersifat intrinsik berasal dari diri manusia itu sendiri,
sehingga perbuatan manusia itu baik atau buruk terlepas atau tidak
dipengaruhi oleh peraturan hukum yang ada. Moralitas intrinsik ini
esensinya terdapat dalam perbuatan diri manusia itu sendiri.
2. Moralitas yang bersifat ekstrinsik penilaiannya didasarkan pada
peraturan hukum yang berlaku, baik yang bersifat perintah ataupun
larangan. Moralitas yang bersifat ekstrinsik ini merupakan realitas
bahwa manusia itu terikat pada nilai-nilai atau norma-norma yang
diberlakukan dalam kehidupan bersama.

Anda mungkin juga menyukai