Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Contoh :
Biaya Angkut
DALAM PEMBELIAN BAHAN BAKU,
PERUSAHAAN MEMBAYAR BIAYA ANGKUT.
HAL INI MENIMBULKAN MASALAH
MENGENAI PENGALOKASIAN BIAYA
ANGKUT TERSEBUT KEPADA MASING-
MASING JENIS BAHAN BAKU YANG
DIANGKUT.
PERLAKUAN TERHADAP BIAYA ANGKUT ,
DAPAT DIBEDAKAN MENJADI :
CONTOH :
CONTOH :
HARGA
KUANTITAS
TGL. BELI PER KG JUMLAH
TRANSAKSI
(KG)
6 Jan 13 Pemakaian 700
15 Jan 13 Pembelian 1.200 Rp. 2.750 Rp. 3.300.000
17 Jan 13 Pembelian 500 Rp. 3.000 Rp. 1.500.000
21 Jan 13 Pemakaian 1.100
Jumlah pembelian Rp. 4.800.000
Kartu Persediaan dengan Metode MPKP
HARGA
KUANTITAS
TGL. BELI PER KG JUMLAH
TRANSAKSI
(KG)
6 Jan 13 Pemakaian 700
15 Jan 13 Pembelian 1.200 Rp. 2.750 Rp. 3.300.000
17 Jan 13 Pembelian 500 Rp. 3.000 Rp. 1.500.000
21 Jan 13 Pemakaian 1.100
Jumlah pembelian Rp. 4.800.000
Kartu Persediaan dengan Metode MTKP
HARGA
KUANTITAS
TGL. BELI PER KG JUMLAH
TRANSAKSI
(KG)
6 Jan 13 Pemakaian 700
15 Jan 13 Pembelian 1.200 Rp. 2.750 Rp. 3.300.000
17 Jan 13 Pembelian 500 Rp. 3.000 Rp. 1.500.000
21 Jan 13 Pemakaian 1.100
Jumlah pembelian Rp. 4.800.000
Kartu Persediaan dengan Metode Rata-
Rata Bergerak
Pembelian Pemakaian Sisa
Tgl. Ket.
Kuan Harga/kg. Jumlah Kuan Harga/kg. Jumlah Kuan Harga/kg. Jumlah
01/01/13 Saldo Awal 600 Rp 2,400.00 Rp 1,440,000.00
400 Rp 2,500.00 Rp 1,000,000.00
1,000 Rp 2,440.00 Rp 2,440,000.00
N Rp 3,750,000.00 Rp 3,750,000.00
Rp 3,750,000.00 Rp 3,750,000.00
Neraca yang disajikan pada akhir periode akuntansi akan berisi
persediaan sisa bahan sebesar Rp. 3.750.000 di kelompok
aktiva dengan penghasilan yang belum direalisasikan sebesar
Rp. 3.750.000 di kelompok utang lancar. Hal ini berarti
bahwa meskipun dalam kelompok aktiva terdapat kekayaan
berupa sisa bahan sebesar Rp. 3.750.000 namun kekayaan
tersebut belum direalisasikan sampai dengan tanggal neraca
tersebut, sehingga dengan kata lain perusahaan pada saat
tersebut tidak mempunyai apa-apa. Laporan laba rugi untuk
periode akuntansi tersebut menyajikan hasil penjualan sisa
bahan sebesar Rp. 7.500.000 (Rp. 10.000.000 + Rp. 1.250.000
– Rp. 3.750.000) yaitu jumlah hasil penjualan sisa bahan yang
sesungguhnya direalisasikan dari penjualan sisa bahan
METODE II
PERBEDAAN METODE I DAN II TERLETAK PADA JURNAL YANG DIBUAT PADA SAAT
SISA BAHAN DISERAHKAN KE GUDANG DAN PENJUALANNYA. JURNAL
PENYERAHAN SISA BAHAN DARI BAGIAN PRODUKSI KE BAGIAN GUDANG
ADALAH SEBAGAI BERIKUT :
Pendapatan yang Belum Direalisasikan Persediaan Sisa Bahan Penjualan Sisa Bahan
Kas
Rp 7,500,000.00 Rp 7,500,000.00
Rp 7,500,000.00 Rp 7,500,000.00
PRODUK RUSAK
• PRODUK RUSAK ADALAH PRODUK YANG TIDAK MEMENUHI STANDAR MUTU YANG
TELAH DITETAPKAN, YANG SECARA EKONOMIS TIDAK DAPAT DIPERBAIKI MENJADI
PRODUK BAIK.
• PERLAKUAN TERHADAP PRODUK RUSAK TERGANTUNG PADA SIFAT DAN SEBAB
TERJADINYA :
1. JIKA PRODUK RUSAK TERJADI KARENA SULITNYA PENGERJAAN PESANAN TERTENTU
ATAU FAKTOR LUAR BIASA YANG LAIN, MAKA HARGA POKOK PRODUK RUSAK
DIBEBANKAN SEBAGAI TAMBAHAN HARGA POKOK PRODUK YANG BAIK DALAM
PESANAN YANG BERSANGKUTAN. JIKA PRODUK RUSAK TERSEBUT MASIH LAKU
DIJUAL, MAKA HASIL PENJUALANNYA DIPERLAKUKAN SEBAGAI PENGURANG BIAYA
PRODUKSI PESANAN YANG MENGHASILKAN PRODUK RUSAK TERSEBUT.
2. JIKA PRODUK RUSAK MERUPAKAN HAL YANG NORMAL TERJADI DALAM PROSES
PENGOLAHAN PRODUK, MAKA KERUGIAN YANG TIMBUL SEBAGAI AKIBAT
TERJADINYA PRODUK RUSAK DIBEBANKAN KEPADA PRODUKSI SECARA
KESELURUHAN, DENGAN CARA MEMPERHITUNGKAN KERUGIAN TERSEBUT DALAM
TARIF BIAYA OVERHEAD PABRIK . OLEH KARENA ITU ANGGARAN BIAYA OVERHEAD
PABRIK YANG AKAN DIGUNAKAN UNTUK MENENTUKAN TARIF BIAYA OVERHEAD
PABRIK TERDIRI ELEMEN-ELEMEN BERIKUT :
Biaya bahan penolong Rp. XXX
Biaya tenaga kerja tak langsung Rp. XXX
Biaya reparasi dan pemeliharaan Rp. XXX
Biaya asuransi Rp. XXX
Biaya overhead pabrik lain Rp. XXX
Rugi produk rusak (hasil penjualan - harga pokok produk rusak) Rp. XXX
Biaya overhead pabrik yang dianggarkan Rp. XXX
CONTOH
• PT ELIONA SARI berproduksi atas dasar pesanan. Dalam bulan Januari 2013
perusahaan menerima pesanan pembuatan 1.000 satuan produk A. Karena
pesanan ini merupakan pesanan yang membutuhkan ketepatan spesifikasi
yang ditentukan pemesan, maka produk rusak yang terjadi dibebankan
kepada pesanan ini.
• Untuk memenuhi pesanan tersebut perusahaan memproduksi 1.100 satuan
produk A dengan biaya produksi sebagai berikut : Biaya bahan baku Rp.
75.000, Biaya tenaga kerja langsung Rp. 175.000 dan biaya overhead pabrik
dibebankan atas dasar tarif sebesar 150% dari biaya tenaga kerja langsung.
• Pada saat pesanan tersebut selesai dikerjakan, ternyata terdapat 100 satuan
produk yang rusak, yang secara ekonomis tidak dapat diperbaiki. Produk
rusak tersebut diperkiakan laku dijual Rp. 350 per satuan. Jurnal untuk
mencatat biaya produksi untuk mengolah 1.100 satuan produk A adalah
sebagai berikut :
Keterangan D K
Barang Dalam Proses - Biaya Bahan Baku Rp 75,000.00
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 175,000.00
Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik Rp 262,500.00
Persediaan Bahan Baku Rp 75,000.00
Gaji dan Upah Rp 175,000.00
Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan Rp 262,500.00
• Seandainya 100 satuan produk rusak tidak rusak, maka harga pokok produk A
adalah Rp. 466 per satuan (Rp. 512.500 : 1.100). Harga pokok produk rusak
dibebankan kepada produk yang baik, sehingga harga pokok produk A yang
baik adalah Rp. 513 ( yaitu Rp. 512.500 : 1.000)
• Jika produk rusak tersebut masih laku dijual, maka hasil penjualan produk
rusak dikurangkan dari biaya produksi yang seluruhnya telah dibebankan
kepada produk yang baik. Jurnal untuk mencatat nilai jual produk rusak dan
pengurangan biaya produksi pesanan yang bersangkutan adalah sebagai
berikut :
Keterangan D K
Persediaan produk rusak (100 X Rp. 350) Rp 35,000.00
Barang Dalam Proses - Biaya Bahan Baku Rp 5,100.00
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 11,925.00
Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik Rp 17,925.00
• Pembagian nilai jual produk rusak sebagai pengurang terhadap tiap-tiap
rekening barang dalam proses tersebut, didasarkan pada perbandingan tiap-
tiap elemen biaya tersebut dalam harga pokok produk rusak, disajikan sebagai
berikut :
• Jumlah seharusnya Rp. 35.000. selisih sebesar Rp. 50 karena adanya pembulatan dalam perhitungan
• Jurnal pencatatan harga pokok produk jadi adalah sebagai berikut :
Keterangan D K
Persediaan produk Jadi Rp 477,500.00
Barang Dalam Proses - Biaya Bahan Baku Rp 69,900.00
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 163,075.00
Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik Rp 244,575.00
• Karena produk rusak diperkirakan masih laku dijual seharga Rp. 35.000 maka
biaya produksi berkurang menjadi Rp. 477.500 (Rp. 512.500 – Rp. 35.000),
sehingga harga pokok per satuan produk A yang baik adalah sebesar Rp. 478
(Rp. 477.500 : 1000)
2. PENCATATAN PRODUK RUSAK – JIKA KERUGIAN PRODUK
RUSAK DIBEBANKAN KEPADA SELURUH PRODUK
CONTOH
Keterangan D K
Persediaan produk rusak Rp 60,000.00
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 37,800.00
Barang Dalam Proses - Biaya Bahan Baku Rp 12,900.00
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 32,700.00
Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik Rp 52,500.00
Keterangan D K
Persediaan produk Jadi Rp 652,200.00
Barang Dalam Proses - Biaya Bahan Baku (2.000 X Rp. 43) Rp 87,100.00
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 217,300.00
Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik Rp 347,800.00
PRODUK CACAT
• PRODUK CACAT ADALAH PRODUK YANG TIDAKMEMENUHI STANDAR MUTU YANG
TELAH DITENTUKAN, TETAPI DENGAN MENGELUARKAN BIAYA PENGERJAAN KEMBALI
UNTUK MEMPERBAIKINYA, PRODUK TERSEBUT SECARA EKONOMIS DAPAT
DISEMPURNAKAN LAGI MENJADI PRODUK JADI YANG BAIK.
• PERLAKUAN TERHADAP BIAYA PENGERJAAN KEMBALI PRODUK CACAT, MIRIP DENGAN
YANG TELAH DIBICARAKAN DALAM PRODUK RUSAK :
1. JIKA PRODUK CACAT BUKAN MERUPAKAN HAL YANG BIASA TERJADI DALAM
PROSES PRODUKSI, TETAPI KARENA KARAKTERISTIK PENGERJAAN PESANAN
TERTENTU, MAKA BIAYA PENGERJAAN KEMBALI PRODUK CACAT DAPAT
DIBEBANKAN SEBAGAI BIAYA TAMBAHAN BIAYA PRODUKSI PESANAN YANG
BERSANGKUTAN.
2. JIKA PRODUK CACAT MERUPAKAN HAL YANG BIASA TERJADI DALAM PROSES
PENGERJAAN PRODUK, MAKA BIAYA PENGERJAAN KEMBALI DAPAT DIBEBANKAN
KEPADA SELURUH PRODUKSI DENGAN CARA MEMPERHITUNGKAN BIAYA
PENGERJAAN KEMBALI TERSEBUT KE DALAM TARIF BIAYA OVERHEAD PABRIK. BIAYA
PENGERJAAN KEMBALI PRODUK CACAT YANG SESUNGGUHNYA TERJADI
DIDEBITKAN DALAM REKENING BIAYA OVERHEAD PABRIK SESUNGGUHNYA.
1. PENCATATAN BIAYA PENGERJAAN KEMBALI PRODUK CACAT JIKA
BIAYA TERSEBUT DIBEBANKAN KEPADA PESANAN TERTENTU
CONTOH
Keterangan D K
Barang Dalam Proses - Biaya Bahan Baku Rp 40,000.00
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 25,000.00
Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik Rp 50,000.00
Persediaan Bahan Baku Rp 40,000.00
Gaji dan Upah Rp 25,000.00
Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan Rp 50,000.00
• Jurnal pencatatan biaya pengerjaan kembali produk cacat jika biaya tersebut
dibebankan sebagai tambahan biaya produksi pesanan yang bersangkutan
adalah sebagai berikut :
Keterangan D K
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 5,000.00
Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik Rp 10,000.00
Gaji dan Upah Rp 5,000.00
Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan Rp 10,000.00
• Jurnal pencatatan harga pokok produk selesai adalah sebagai berikut :
Keterangan D K
Persediaan produk Jadi 130,000.00
Barang Dalam Proses - Biaya Bahan Baku Rp 40,000.00
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 30,000.00
Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik Rp 60,000.00
2. PENCATATAN BIAYA PENGERJAAN KEMBALI PRODUK CACAT JIKA BIAYA
TERSEBUT DIBEBANKAN KEPADA PRODUKSI SECARA KESELURUHAN
CONTOH
• DALAM proses produksi PT ELIONIA selalu terjadi produk cacat, yang secara
ekonomis masih dapat diperbaiki dengan cara mengeluarkan biaya
pengerjaan kembali. Oleh karena itu pada waktu menentukan tarif biaya
overhead pabrik, di dalam anggaran biaya overhead pabrik di perhitungkan
di taksiran biaya pengerjaan kembali produk cacat yang akan dikeluarkan
selama periode anggaran. Tarif biaya overhead pabrik ditentukan sebesar
150% dari biaya tenaga kerja langsung.
• PT ELIONIA dalam periode anggaran tersebut menerima pesanan
pembuatan 500 satuan produk Y. biaya produksi yang dikeluarkan untuk
mengolah produk tersebut adalah : Biaya Bahan Baku Rp. 100.000, Biaya
Tenaga Kerja Langsung Rp. 125.000.
• Setelah pengolahan 500 satuan produk Y tersebut selesai, ternyata terdapat
50 satuan produk cacat. Biaya pengerjaan kembali 50 satuan produk cacat
tersebut terdiri dari Biaya tenaga Kerja Langsung Rp. 10.000 dan Biaya
Overhead Pabrik pada tarif yang dipakai.
• Jurnal pencatatan biaya produksi pesanan tersebut dan biaya pengerjaan
kembali cacat adalah sebagai berikut :
• Jurnal pencatatan biaya produksi 500 satuan produk Y adalah sebagai berikut :
Keterangan D K
Barang Dalam Proses - Biaya Bahan Baku Rp 100,000.00
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 125,000.00
Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik Rp 187.500.00
Persediaan Bahan Baku Rp 100,000.00
Gaji dan Upah Rp 125,000.00
Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan Rp 187.500.00
• Jurnal pencatatan biaya pengerjaan kembali produk cacat, jika biaya tersebut
dibebankan kepada produk secara keseluruhan sebagai berikut :
Keterangan D K
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 25,000.00
Gaji dan Upah Rp 10,000.00
Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan Rp 15,000.00
• Jurnal pencatatan harga pokok produk selesai adalah sebagai berikut :
Keterangan D K
Persediaan produk Jadi 412,500.00
Barang Dalam Proses - Biaya Bahan Baku Rp 100,000.00
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 125,000.00
Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik Rp 187,500.00
BIAYA TENAGA KERJA
PENGERTIAN BIAYA TENAGA KERJA DAN CARA
PENGGOLONGANNYA
1. DEFINISI : Tenaga kerja merupakan usaha fisik atau
mental yang dikeluarkankaryawan untuk mengolah
produk. Biaya tenaga kerja adalah harga yang
dibebankan utnuk penggunaan tenaga kerja manusia
tersebut.
2. PENGGOLONGAN TENAGA KERJA :
a. Penggolongan menurut fungsi pokok dalam
organisasi perusahaan
b. Penggolongan menurut kegiatan departemen-
departemen dalam perusahaan
c. Penggolongan menurut jenis pekerjaannya
d. Penggolongan menurut hubungannya dengan
produk.
1. PENGGOLONGAN MENURUT FUNGSI POKOK DALAM
ORGANISASI PERUSAHAAN
Organisasi dalam perusahaan manufaktur dibagi ke
dalam tiga fungsi pokok : produksi, pemasaran dan
administrasi. Berikut ini diberikan contoh biaya tenaga
kerja yang termasuk dalam tiap golongan tersebut :
1. Biaya Tenaga Kerja Produksi
a. Gaji karyawan pabrik
b. Biaya kesejahteraan karyawan pabrik
c. Upah lembur karyawan pabrik
d. Upah mandor pabrik
e. Gaji manajer pabrik
2. Biaya tenaga kerja pemasaran :
a. Upah karyawan pemasaran
b. Biaya kesejahteraan karyawan pemasaran
c. Biaya komisi pramuniaga
d. Gaji manajer pemasaran
Tenaga kerja yang jasanya tidak secara langsung dapat diusut pada
produk disebut biaya tenaga kerja tak langsung dan merupakan
unsur biaya overhead pabrik.
AKUNTANSI BIAYA TENAGA KERJA
BIAYA TENAGA KERJA DAPAT DIGOLONGKAN KE DALAM
TIGA GOLONGAN BESAR BERIKUT :
Keterangan D K
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja Rp XXX
Biaya Overhead Pabrik Rp XXX
Biaya Administrasi dan Umum Rp XXX
Biaya Pemasaran Rp XXX
Gaji dan Upah Rp XXX
TAHAP 2
• Atas dasar daftar gaji dan upah tersebut bagian
keuangan membuat bukti kas keluar dan cek untuk
pengambilan uang dari bank. Atas dasar bukti kas
keluar tersebut, bagian akuntansi membuat jurnal
sebagai berikut :
Keterangan D K
Gaji dan Upah Rp XXX
Utang PPh Karyawan Rp XXX
Utang Gaji dan Upah Rp XXX
TAHAP 3
• Setelah cek diuangkan di bank, uang gaji dan upah
kemudian dimasukkan ke dalam amplop gaji dan upah
tiap karyawan. Uang gaji dan upah karyawan kemudian
dibayarkan oleh juru bayar kepada tiap karyawan yang
berhak. Tiap karyawan menandatangani daftar gaji dan
upah sebagai bukti telah diterimanya gaji dan upah
mereka. Setelah tiap karyawan mengambil gaji dan
upahnya, atas dasar daftar gaji dan upah yang telah
ditandatangani karyawan, bagian akuntansi membuat
jurnal sebagai berikut :
Keterangan D K
Utang Gaji dan Upah Rp XXX
Kas Rp XXX
TAHAP 4
• Penyetoran pajak penghasilan (PPh) karyawan ke Kas
Negara dijurnal oleh bagian akuntansi sebagai berikut :
Keterangan D K
Utang PPh Karyawan Rp XXX
Kas Rp XXX
Contoh
• Misalkan perusahaan X mempekerjakan 2 orang karyawan :
Risna dan Eliona. Berdasarkan kartu hadir minggu pertama
bulan April 2013, bagian pembuat daftar gaji dan upah
membuat daftar gaji dan upah untuk periode yang
bersangkutan.
• Menurut kartu hadir, karyawan Risna bekerja selama seminggu
sebanyak 40 jam, dengan upah per jam Rp. 1.000, sedangkan
karyawan Eliona selama periode yang sama bekerja 40 jam
dengan tarif upah Rp. 750 per jam.
• Menurut kartu jam kerja, penggunaan jam hadir masing-masing
karyawan tersebut disajikan sebagai berikut :
Penggunaan Waktu Kerja Risna Eliona
Untuk pesanan #103 15 jam 20 jam
Untuk pesanan #188 20 jam 10 jam
Untuk menunggu persiapan pekerjaan 5 jam 10 jam
Diminta :
1. Jurnal untuk mencatat distribusi gaji dan upah
2. Jurnal untuk mencatat hutang gaji dan upah
3. Jurnal untuk mencatat pembayaran gaji dan upah
4. Jurnal untuk mencatat pembayaran Pph karyawan
• Dengan demikian upah karyawan tersebut dihitung sebesar Rp.
70.000 (40 jam X Rp. 1.000 ditambah 40 jam X Rp. 750) dan
didistribusikan seperti dibawah ini :
Tahap 2
• Atas dasar bukti kas keluar, bagian akuntansi membuat jurnal
sebagai berikut :
Keterangan D K
Gaji dan Upah Rp 70.000
Utang PPh Karyawan Rp. 10.500
Utang Gaji dan Upah Rp 59.500
Tahap 3
• Atas dasar daftar gaji dan upah yang telah ditandatangani
karyawan, bagian akuntansi membuat jurnal sebagai berikut :
Keterangan D K
Utang Gaji dan Upah Rp 59.500
Kas Rp 59.500
Tahap 4
• Penyetoran PPh karyawan ke Kas Negara dijurnal oleh bagian
akuntansi sebagai berikut :
Keterangan D K
Utang PPh Karyawan Rp 10.500
Kas Rp. 10.500
Insentif
SET UP TIME
Sering kali sebuah pabrik memerlukan waktu dan sejumlah biaya
untuk memulai produksi. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
memulai produksi disebut biaya pemula produksi (set up cost).
Ada tiga cara perlakuan terhadap biaya pemula produksi:
1. Dimasukkan kedalam kelompok biaya tenaga kerja langsung