098bc Modul 5 - STRUKTUR PERKERASAN KAKU Rev.05-12-2016
098bc Modul 5 - STRUKTUR PERKERASAN KAKU Rev.05-12-2016
DESAIN PERKERASAN
JALAN KAKU
2
PERKERASAN KAKU
Perkerasan Kaku
Semua jenis lapisan : 40 tahun
Umur Rencana < Kapasitas Jalan pada saat UR
4
Struktur perkerasan yang umum dapat dilihat pada dan Gambar 1-2.
Perkerasan Beton
Lapis pondasi Beton Kurus (LMC)
Lapis Drainase Agregat Kelas A
Concrete
Tanah Dasar
Perkerasan Beton
Lapis pondasi Beton Kurus (LMC)
Concrete
Lapis Drainase Agregat Kelas A
Tanah Dasar
Perkerasan Beton
Lapis pondasi Beton Kurus (LMC)
Lapis Drainase Agregat Kelas A
Tanah Dasar
Peningkatan Tanah Dasar tebal
850 mm 850 mm CBR ≥ 4% (jika dibutuhkan) Pondasi
5
Struktur Perkerasan Kaku Pada Galian
2. KELOMPOK SUMBU KENDARAAN
NIAGA DESAIN YG LEWAT SELAMA UR
Distribusi Kelompok Sumbu Kendaraan Niaga
Untuk Perkerasan Kaku, Pd T-14-2003: Lampiran A
Heavy Vehicle Axle Group (HVAG) & bukan CESA
6
7
Gambar 10-1 Jenis kendaraan dan jumlah kelompok sumbu
8
FAKTOR DAYA RUSAK KENDARAAN
(VEHICLE DAMAGE FACTOR = VDF , BINA MARGA)
adalah perbandingan antara daya rusak oleh muatan sumbu suatu
kendaraan terhadap daya rusak oleh beban sumbu standar. Perbandingan
ini tidak linier, melainkan exponensial sbb:
4
Beban Sumbu Kendaraan
VDF =
Beban Sumbu Standar
4
P
VDF = P=6 T, VDF = 1.6425
5.3
4
P
VDF = P=10 T, VDF = 2.2555
8.16
9
FAKTOR DAYA RUSAK KENDARAAN
(VEHICLE DAMAGE FACTOR = VDF , BINA MARGA)
4 4
P P
VDF = = X 0,266
15 8,16
P=18 T, VDF = 2.0362
4 4
P P
VDF = = X 0,028
18 8,16
10
Distribusi Beban Kelompok Sumbu Kendaraan Niaga (1)
untuk Jalan Lalu Lintas Berat (untuk desain perkerasan kaku)
Beban Jenis Kelompok Sumbu Kendaraan Niaga
kelompok
STRT STRG STdRT STdRG STrRG
Sumbu
(kN) Kelompok sumbu sebagai persen dari kendaraan niaga
10 - 20 7,6
20 - 30 16,5 0,2
30 - 40 18,4 0,5
40 - 50 11,8 1,1
50 - 60 19,0 2,2
60 - 70 7,6 4,9
70 - 80 10,2 7,4
80 - 90 0,7 6,9
90 - 100 1,1 2,6
100 - 110 1,8 1,8
110 - 120 1,6 0,3
120 - 130 3,0 0,1
130 - 140 3,3 1,8 0,4
140 - 150 1,5 1,8 0,7
150 - 160 0,3 1,8 1,0
160 - 170 3,6 1,1
170 - 180 0,1 1,1
180 - 190 0,5
190 - 200 1,6
200 - 210 0.4 2,7 0,13
210 - 220 2.4 0,8
220 - 230 0.1 1,0
230 - 240 0.1 0,9
240 - 250 0,7
250 - 260 0,3
260 - 270 1,9 Catatan :
270 - 280 1,0 STRT : Sumbu tunggal roda tunggal
280 - 290 1,2
290 - 300 0,1 STRG :Sumbu tunggal roda ganda
300 - 310 STdRT : Sumbu tandem roda tunggal
310 - 320 0,7 0,13
320 - 330 0,4 0,13
STdRT : Sumbu tandem roda ganda
330 - 340 11
STrRG : Sumbu tridem roda ganda
Distribusi Beban Kelompok Sumbu Kendaraan Niaga (1)
untuk Jalan Lalu Lintas Berat (untuk desain perkerasan kaku)
Beban Jenis Kelompok Sumbu Kendaraan Niaga
kelompok
STRT STRG STdRT STdRG STrRG
Sumbu
(kN) Kelompok sumbu sebagai persen dari kendaraan niaga
340 - 350
350 - 360 0,4
360 - 370
370 - 380 0,9 0,13
380 - 390 0,4
390 - 400 0,26
400 - 410 0,26
410 - 420 0,13
420 - 430
430 - 440
440 - 450 0,40
450 - 460 0,13
460 - 470
470 - 480 0,13
480 - 490
490 - 500
500 - 510
510 - 520 0,13
520 - 530
530 - 540
540 - 550 Catatan:
550 - 560 0,13 • Berlaku untuk perhitungan desain
Proporsi
55.8% 26.4% 4.3% 12.2% 1.3% ketebalan pelat perkerasan kaku.
Sumbu
• Sumber data RSDP3 Activity #201
studi sumbu kendaraan niaga di
Demak, Jawa Tengah Tahun 2011
(PANTURA) 12
3. DAYA DUKUNG EFEKTIF TANAH
DASAR (1) HAL 7-2
14
GAMBAR 7-1, hal 7-3
CBR Maksimum Tanah Dasar untuk Permukaan Tanah Lunak yang diberi Lapis Penopang
Tinggi Timbunan untuk Lapis Penopang dan timbunan tebal bervariasi, material
masuk ke Gambar 10-1 timbunan – timbunan pilihan (mungkin termasuk lapisan
geotekstil atau geogrid)
16
3. DAYA DUKUNG EFEKTIF TANAH DASAR (3) HAL
7-4
20
Batas yang Penanganan pencegahan
Jenis penurunan Kelas Jalan Uraian
diijinkan tipikal
Kasus Umum Total Semua jalan nasional, Penurunan mutlak Total 100 mm a) Pra-pembebanan sebelum
Penurunan propinsi dan kolektor setelah dimulainya pelaksanaan perkerasan (pra
pelaksanaan perkerasan pembebanan pada oprit
(setara dengan di struktur, sebesar periode
samping bangunan konsolidasi primer mungkin
struktur) dibutuhkan kecuali
penanganan tambahan
diberikan)
b) wick drain atau beban
timbunan tambahan
sementara (surcharge) bila
diperlukan untuk
mempercepat konsolidasi
c) penggantian tanah atau
pemancangan pada bagian
oprit struktur
Perbedaan Penurunan Jalan bebas hambatan Di antara setiap dua titik 0,003:1 Seperti untuk total settlement
dan Penurunan Total jika atau jalan raya dengan secara memanjang dan (perubahan
bersampingan dengan kecepatan rencana 100 - melintang termasuk yang kemiringan 0,3%)
bangunan struktur 120 km/j bersampingan dengan 0,006:1 (0,6%)(nilai Seperti di atas
Jalan raya atau jalan kecil struktur tertanam danantara bisa dipakai
dengan kecepatan rencana atau pada relief slabuntuk kecepatan
60 kpj atau lebih rendah abutment jembatan rencana lainnya)
Penurunan Rangkak Jalan bebas hambatan Digunakan pada 4 mm di Tinggi timbunan minimum sesuai
(Creep Settlement) atau jalan raya dengan perkerasan kaku dengan sambungan Gambar 7, atau dukungan dari
akibat beban dinamis kecepatan rencana 100 - sambungan micro pile dan cakar ayam atau
dan statis 120 km/j tulangan menerus.
Jalan raya atau jalan kecil 8 mm di
dengan kecepatan rencana sambungan
21
60 km/j atau lebih rendah
3. DAYA DUKUNG EFEKTIF TANAH DASAR
(6)
PERHATIAN, (hal 7-8)
Beton bertulang hendaknya digunakan ketika salah satu
dari kondisi berikut ini tidak bisa dipenuhi:
23
3. DAYA DUKUNG EFEKTIF TANAH DASAR (8)
7.6 Waktu Pra-Pembebanan pada Tanah Lunak, hal 9-9
25
3. DAYA DUKUNG EFEKTIF TANAH DASAR
(9)
7.7 Tinggi Minimum Timbunan untuk Mendukung Perkerasan
Kaku diatas Tanah Lunak Tanpa Perbaikan
26
3. DAYA DUKUNG EFEKTIF TANAH DASAR (10) (HAL. 7-9 )
Tinggi-tinggi tersebut merupakan nilai minimum. Tinggi
tambahan harus ditambahkan pada nilai alinyemen
vertikal yang ditunjukkan dalam Gambar untuk
mengantisipasi:
Penurunan pasca konstruksi.
Perbedaan superelevasi atau lereng melintang dari titik
rendah ke garis kendali alinyemen vertikal, termasuk
untuk desain pelebaran.
27
3. DAYA DUKUNG EFEKTIF TANAH
DASAR (11), HAL 7-10
Diambil tinggi 2100 mm sebagai tinggi minimum timbunan
yang memenuhi 4 kondisi di bawah ini:
30
5. LAPISAN DRAINASE & LAPISAN
SUBBASE
Tebal lapisan diperoleh dari Bagan Desain 4, hal 8-6
31
6. MENETAPKAN JENIS SAMBUNGAN
(UMUMNYA DOWEL) (1)
Lihat ketentuan-ketentuan dari Pd T-14-2003
Sambungan :
Tujuan
Membatasi tegangan & pengendalian retak akibat
penyusutan, lenting dan beban lalu lintas
Memudahkan pelaksanaan
Mengakomodasi gerakan pelat
Jenis Sambungan
Sambungan memanjang
Sambungan melintang
Sambungan isolasi
Mengakomodasi gerakan pelat
Semua sambungan harus ditutup dng joint sealer kecuali
sambungan isolasi diisi dulu dng joint filler 32
6. MENETAPKAN JENIS SAMBUNGAN
(UMUMNYA DOWEL) (2)
Sambungan Memanjang dgn Batang pengikat (Tie
Bar) :
Dimensi dan jarak batang pengikat :
At = 204 x b x h &
l = (38,3 x Φ) + 75, dimana:
At = luas penampang tulangan / m pjg sambungan
b = jarak terkecil antar sambungan atau jarak
sambungan dng tepi perkerasan (m)
h = tebal pelat (m)
l = panjang batang pengikat
Φ = diamater batang pengikat (mm)
Batang harus ulir, mutu min. BJTU 24, Φ 16 mm
Jarak yang umumnya digunakan adalah 75 cm
33
34
6. MENETAPKAN JENIS SAMBUNGAN
(UMUMNYA DOWEL) (3)
Sambungan Susut Memanjang :
Dilakukan dengan :
Menggergaji atau
Membentuk selagi plastis dengan 1/3 kedalaman.
Sambungan Susut Melintang & Sambungan
Pelaksanaan Melintang
Tegak lurus sumbu memanjang & tepi perkerasan
Untuk mengurangi beban dinamis, dipasang dengan
kemiringan 1 : 10
35
6. MENETAPKAN JENIS SAMBUNGAN
(UMUMNYA DOWEL) (4)
Sambungan Susut Memanjang :
Penggergajian ¼ tebal untuk perkerasan dng lapis pondasi
berbutir dan 1/3 tebal untuk bersemen
Jarak sambungan susut melintang pada perkerasan :
beton bersambung tanpa tulangan : 4 – 5 m
beton bersambung dng tulangan : 8 – 15 m
beton menerus dng tulangan sesuai kemampuan
pelaksanaan
Diamater Ruji
37
38
7. JENIS BAHU JALAN
Bahu Berpengikat:
Jika terdapat kerb
Gradien Jalan > 4%
Sisi yg lebih tinggi pada kurva superelevasi
LHRT > 10.000
Jalan Tol atau Jalan Bebas Hambatan
Dalam hal untuk lalu lintas sepeda motor
40
9. DETAILED DESAIN MELIPUTI DIMENSI PELAT BETON,
PENULANGAN, POSISI ANKER, KETENTUAN
SAMBUNGAN, DSB (1)
Tebal pelat beton dari Bagan Desain 4 & 4A
Struktur Perkerasan R1 R2 R3 R4 R5
Kelompok sumbu kendaraan berat
<4.3x106 <8.6 x 106 < 25.8x106 <43 x 106 <86 x 106
(overloaded)11
Dowel dan bahu beton Ya
Perlu dicatat bahwa bagan di dalam Pd T-14-2003 tidak boleh digunakan untuk
desain perkerasan kaku tersebut didasarkan pada ketentuan berat kelompok
kendaraan resmi yang tidak realistis dengan kondisi Indonesia. Para desainer
harus menggunakan pembebanan kelompok beban yang aktual. LAMPIRAN A
memberikan pembebanan kelompok sumbu yang mewakili untuk Indonesia.42
Bagan Desain 4A: (hal 8-6)
Perkerasan Kaku untuk Jalan dng Beban Lalu Lintas Rendah
Perkerasan Kaku untuk Jalan Desa dengan Lalu Lintas rendah, jalan untuk jumlah
kendaraan niaga rendah dan lalu lintas seperti dalam Bagan Desain 5A
Tanah dasar Tanah Lunak dengan Lapis Dipadatkan Normal
Penopang
Bahu Terikat Ya Tidak Ya Tidak
Tebal Pelat Beton (mm)
Akses terbatas hanya mobil penumpang dan 160 175 135 150
motor
Dapat diakses oleh truk 180 200 160 175
Tulangan distribusi retak Ya Ya jika daya dukung
pondasi tidak seragam
Dowel Tidak dibutuhkan
LMC Tidak dibutuhkan
Lapis Pondasi Kelas A 30 mm 125 mm
Jarak sambungan transversal 4m
43
44
9. DETAILED DESAIN MELIPUTI DIMENSI PELAT BETON,
PENULANGAN, POSISI ANKER, KETENTUAN SAMBUNGAN,
DSB(3)
Sambungan Isolasi :
Memisahkan perkerasan dng bangunan pelengkap
45
46
47
9. DETAILED DESAIN MELIPUTI DIMENSI PELAT BETON,
PENULANGAN, POSISI ANKER, KETENTUAN
SAMBUNGAN, DSB (4)
Pola Sambungan :
Usahakan sepersegi mungkin, rasio maks 1,25
Jarak sambungan memanjang maks. 3 – 4 m
Jarak sambungan melintang maks. 25 h, maks. 5m
Sambungan susut sampai kerb, kedalaman sesuai
Antar sambungan bertemu di 1 titik
Sudut antar sambungan < 60° dihindari
Sambungan diatur tegak lurus dengan bangunan pelengkap
berbentuk bulat. Bangunan segi empat, sambungan pada
sudutnya atau di antara 2 sudut
Celah sambungan isolasi 12 mm.
Anyaman tulangan pada Panel 0,15% area beton
48
49
50
9. DETAILED DESAIN MELIPUTI DIMENSI PELAT BETON,
PENULANGAN, POSISI ANKER, KETENTUAN SAMBUNGAN,
DSB (5)
Penutup Sambungan :
Mencegah masuknya air atau benda lain ke dalam
sambungan
Jika kemasukan benda-benda lain maka timbul kerusakan
(gompal) atau saling menekan ke atas (blow up)
51
Penggunaan Angker Panel dan Angker Blok pada
Jalan dengan Kemiringan Memanjang yang Curam
Kemiringan (%) Angker Panel Angker Blok
3–6 Setiap panel ketiga Pada bagian awal kemiringan
6 – 10 Setiap panel kedua Pada bagian awal kemiringan
>10 Setiap panel Pada bagian awal kemiringan dan 52
pada setiap interval 30 m berikutnya
9.2. KEBUTUHAN DAYA DUKUNG TEPI
PERKERASAN (1)
Daya dukung tepi perkerasan sangat diperlukan,
terutama bila terletak pada tanah lunak atau
tanah gambut (peat).
Ketentuan minimum :
Setiap jenis lapisan pekerasan harus dipasang sampai lebar
yg ≥ nilai min. dalam Gambar 9.1 di bawah ini
Timbunan tanpa penahan pada tanah lunak (CBR < 2%) atau
tanah gambut (peat) harus dipasang pada kemiringan tidak
lebih curam dari 1V : 3H
Lapis penopang dan peningkatan daya dukung tanah dasar
harus diperpanjang di bawah median sebagai-mana dalam
Gambar 9.1. Area median harus terdrainase baik atau diisi
dengan lean mix concerete atau dengan bahan pengisi
kedap untuk menghindari pengumpulan air yg merusak tepi
perkerasan 53
10. KEBUTUHAN DAYA DUKUNG TEPI PERKERASAN (2)
Tempat keluarnya air (daylight) melalui lapisan rembesan yang
lebih bawah
Tepi luar
P+S+C P
Tempat keluarnya
air (daylight) melalui
lapisan rembesan yg
.
lebih bawah
.
54
10. KEBUTUHAN DAYA DUKUNG TEPI PERKERASAN (3)
55
CONTOH PERHITUNGAN
PEKERASAN KAKU TERLAMPIR
56
57