Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS

GENERAL ANESTESI PADA LAPARATOMI EKSPLORASI


GENERAL PERITONITIS

Oleh :
Preseptor :
Anjas Wira Sukma Alviawan
dr. Fachrurrazi, Sp.An,
Supandi, S.Ked
M.Kes-KIC
150611002

BAGIAN ANESTESI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
RSUD CUT MEUTIA
ACEH UTARA
2019
Pendahuluan
 Anestesi umum adalah tindakan  Tahapannya mencakup
meniadakan nyeri secara sentral premedikasi, induksi,
disertai hilangnya kesadaran dan maintenance, dan pemulihan.
bersifat reversible. Anestesi umum Beberapa teknik general anestesi
dideskripsikan secara klasik inhalasi adalah Endotrakea Tube
sebagai empat keadaan, yaitu (ETT) dan Laringeal Mask Airway
hypnosis (biasa diartikan tidur dan (LMA).
hilangnya kesadaran), amnesia,
analgesia, dan relaksasi otot.
Anestesi umum juga termasuk
mengendalikan pernapasan
dengan pemantauan fungsi-
fungsi vital tubuh selama
prosedur anestesi.
 Peritonitis adalah inflamasi dari  Laparotomi eksplorasi adalah
peritoneum (lapisan serosa yang laparotomi dilakukan dengan
menutupi rongga abdomen dan tujuan untuk memperoleh
organ-organ abdomen di informasi yang tidak tersedia
dalamnya). Suatu bentuk melalui metode diagnostik klinis
penyakit akut, dan merupakan
kasus bedah darurat. Dapat
terjadi secara lokal maupun
umum, melalui proses infeksi
akibat perforasi usus, misalnya
pada ruptur appendiks atau
divertikulum kolon, maupun non
infeksi, misalnya akibat keluarnya
asam lambung pada perforasi
gaster, keluarnya asam empedu
pada perforasi kandung
empedu.
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
 Nama : Nn. DA
 Umur : 10 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 MR : 13.17.20
 Alamat : Ds. Cot Bada Kec. Bireun
 Pekerjaan : Siswa
 Perkawinan : Belum Kawin
 Agama : Islam
 Suku : Aceh
 Ruangan : Vip Melati
 Tgl Masuk Rumah sakit : 15 Oktober 2019
 Tanggal Operasi : 15 Oktober 2019
Keluhan Utama
Nyeri pada seluruh lapisan perut

Keluhan Tambahan
Mual, muntah dan sesak napas
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSU Cut Meutia dengan keluhan nyeri pada seluruh
bagian perut sejak dan memberat 4 hari terakhir. Nyeri perut sangat hebat
yang menyebabkan perut menjadi kaku dan mengeras. Keluhan ini
mengganggu aktivitas pasien sehari-hari.
Selain itu, pasien juga mengeluhkan mual, muntah dan sesak napas.
Pasien mengaku terjatuh di balai pengajian dengan jarak ± 3 meter dan
mengalami benturan pada dinding perut.
Riwayat
Penyakit • Tidak ada
Dahulu

Riwayat
Penyatkit • Tidak ada
Keluarga
Riwayat
Pribadi dan • Tidak ada
Kebiasaan

Riwayat sosial- • Pasien menggunakan


ekonomi BPJS
Pemeriksaan Fisik
Status Umum
Keadaan umum: Lemah

Kesadaran: Compos mentis

Tekanan darah: 100/60 mmHg

Frekuensi nadi: 140 x/menit, reguler

Frekuensi napas: 40x/menit, regular

Suhu: 37,8̊C
Status Generalis

Kepala Normosefali, edema (-), scar (-) rambut tidak mudah dicabut
Mata Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga Normotia (+/+)
Hidung Bentuk normal, tidak ada deviasi septum
Mulut Bibir edema (-), sianosis (-)
Tenggorokan Pembesaran tonsil (-/-)
Leher Pembesaran KGB (-), trakea ditengah tidak deviasi.
Paru
Inspeksi: Pergerakan dan bentuk dada simetris kanan dan kiri,
jejas (-), scar (-)
Palpasi : stem fremitus (+/+) kanan = kiri
Perkusi: sonor (+/+)
Thoraks Auskultasi: vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi: Ictus cordis tidak tampak
Palpasi: Tidak ada thrill
Perkusi: Redup, batas jantung normal
Auskultasi: BJI>BII reguler
Inspeksi : distensi abdomen
Palpasi : Hepar tidak teraba, lien tidak teraba,
terdapat defans muskuler. Nyeri tekan di seluruh regio
Abdomen
abdomen
Perkusi : Tympani.
Auskultasi : Bising usus (+)

Ekstremitas atas: edema (-/-), sianosis (-/-)


Ekstremitas
Ekstremitas bawah: edema (-/-) sianosis (-/-)
Pemeriksaan Penunjang
Nomor Lab : 1910002217
Tanggal : 15/10/2019
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
Hemoglobin 13.6 g/dL 12-16
Eritrosit 4.80 jt/mm3 3.8-5.8
Leukosit 3.98 rb/mm3 4-11
Hematokrit 39.5 % 37-47
MCV 82.1 fl 79-99
MCH 28.3 pg 27-32
MCHC 34.4 g% 33-37
RDW-CV 12.3 % 11,5-14,5
Trombosit 287 rb/mm3 150-450
KIMIA KLINIK
Glukosa Darah Sewaktu 74 mg/dL 110-200
Penggolongan Status Fisik Pasien Menurut ASA

Status fisik ASA 3 emergency

Rencana Pembedahan

Laparatomy explorasi

Rencana Anestesi

General Anestesi – Intubasi Endotracheal Tube


Laporan Anastesi
PRA ANESTESI – Persiapan Pasien
• DI RUANG IGD
• Pasien dirujuk ke Rumah Sakit Umum Cut Meutia dan
dikonsultasikan ke dr. Anna Millizia, M.Ked(An) Sp.An, pada
tanggal 15 Oktober 2019
• Informed consent
• Pasien tidak diperbolehkan makan dan minum sebelum operasi
• Rencana post-op pasien adalah dirawat di ICU

• DI RUANG PERSIAPAN
• Memakai pakaian operasi yang telah
disediakan di ruang persiapan dan sudah
terpasang infus RL.
Laporan Anastesi
PRA ANESTESI – Persiapan
Persiapan Alat Anestesi Pesiapan Obat-Obatan

•ETT •Analgetik : Fentanyl, Ketorolac


•Connector •Hipnotik Sedatif : Propofol
•Orotracheal airway •Maintanance anastesi : Isoflurane , N2O,
•Monitor O2
•Pulse Oxymetri •Obat emergency : Sulfas atropine
•Sphygmomanometer •Obat reserve : Sulfas atropine
•Suction •Obat tambahan lainnya : Ondansetron,
•Guedel ceftriaxone, dexamethasone
•Balon pernafasan
•Stetoskop
•Laringoskop
•Sungkup muka
•Mesin Anestesi
•Gel
•Spuit
•Infus set+abocath
•Kasa steril
LAPORAN ANESTESI: Persiapan Pra
Anestesi

Rencana terapi cairan intraoperative:

M (Maintenance) O (Operasi) P (Puasa)


Karena operasi ini Karena pasien
2 cc/ kgBB/ jam =
2 cc/ 24 kg/ jam  48 termasuk operasi puasa selama 4
cc/jam besar, maka jam, maka
kebutuhan kebutuhan
cairannya adalah: cairannya adalah:
8 ml x kgBB Lama puasa x M
 8 ml x 24 kg  4 x 48 ml
192 ml  192 ml

Total cairan yang dibutuhkan:


Jam 1 M + O + 1/2 P = 48 + 192 + 96 = 336 ml.
Jam 2 M + O + 1/4 P = 48 + 192 + 48 = 288 ml.
Jam 3 M + O + 1/4 P = 48 + 192 + 32 = 288 ml.
Laporan Anastesi
INTRA ANESTESI
15 Oktober 2019 pukul 12.00 WIB
 Pasien masuk kamar operasi dan dibaringkan di meja operasi kemudian
dilakukan pemasangan manset dan oksimeter.
 Menilai keadaan umum dan melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital di
awal atau penilaian pra induksi (Pukul 11.50 WIB) :
 Kesadaran: Compos Mentis, TD= 140/80 mmHg, nadi= 90 x/menit, saturasi
O2: 99%.
 Pasien diberitahukan bahwa akan dilakukan tindakan pembiusan.
 Posisikan pasien dalam kondisi normal. Pada pasien berikan bantal setebal
dibawah kepala (air sniffing position).
 Posisi kepala pasien netral, pandangan tegak lurus keatas.
 Buka mulut pasien, masukkan laringoskop yang sudah siap dengan cara
pegang gagang dengan tangan kiri, masukkan blade kedalam mulut
secara miring dan serong kearah mukosa pipi kanan.
Laporan Anastesi
INTRA ANESTESI
 Masukkan hati-hati hingga ujung blade mendekati pangkal lidah, geser pelan-
pelan arahkan blade kebagian tengah lidah, sehingga lidah bagian depan
dan tengah berada diatas blade. Dorong pelan-pelan dan hati-hati lebih
kedalam hingga ujung blade tepat dipangkal lidah. Keseluruhan lidah sudah
diatas blade.
 Angkat gagang dan blade kearah depan (jangan diungkit) sehingga seluruh
lidah epiglotis terangkat dan daerah rima glotidis terlihat jelas, serta terihat pita
suara.
 Ambil pipa ET (arah lengkungan ke depan), arahkan ujung pipa ET menuju rima
glotidis. Pada saat pita suara terbuka, masukkan pipa hingga seluruh cuff
masuk tepat dibawah pita suara.
 Hubungkan dengan mesin nafas atau mesin anestesi. Berikan oksigen dan
lakukan penilaian apakah pipa ET sudah tepat kedudukannya. Amati
pengembangan dada, apakah simetris dan mengembang besar, serta
dengarkan suara nafas apakah sama antara paru kanan dan paru kiri. Bila
terlalu dalam, tarik pelan-pelan.
 Setelah semuanya tepat, pasang pipa orofaring, lakukan fiksasi pipa ET dengan
plester dengan kuat.
 Dipasang selang O2 dengan menggunakan O2 sebanyak 4 liter/menit
 Pukul 17.55 tindakan anestesi telah selesai
LAPORAN ANESTESI: Intraoperatif

Pukul 17.45 WIB


• Tindakan anestesi dimulai
• Injeksi Sulfas atropine 0,25 mg, Fentanyl 2cc dan Propofol 10 cc
• TD : 140/80mmHg, HR : 89x/i, RR : 20x/i, Sp O2 : 100%
Pukul 17.50 WIB
• Pemasangan intubasi endotracheal tube
Pukul 17.55 WIB
• Tindakan anestesi selesai dilakukan
• TD : 142/80mmHg, HR : 90x/i, RR : 20x/i, Sp O2 : 100%
Pukul 18.00 WIB
• Tindakan pembedahan dimulai
• TD : 148/80mmHg, HR : 90x/i, RR : 20x/i, Sp O2 : 100%
Pukul 18.05 WIB
• Injeksi ceftriaxone 2 g (2vial =10cc)
• Injeksi sulfas atrophine 0,25 mg (1 amp)
Pukul 18.10 WIB
• Injeksi fentanyl 0.05mg/ml (50mcg/ml) sebanyak ½ cc)
Pukul 18.15 WIB
• TD : 120/80mmHg, HR : 92x/i, RR : 20x/i, Sp O2 : 100%
• Injeksi Ondansetron 4 mg

Pukul 18.25 WIB


• Injeksi Ketorolac 30 mg (1amp)

Pukul 18.30 WIB


• TD : 130/80mmHg, HR : 92x/i, RR : 20x/i, Sp O2 : 100%
• Cairan infus Ringer Laktat 1telah habis sebanyak 500 ml, digantikan
dengan infus Ringer Laktat 2
• Injeksi dexamethasone 5mg (1 amp)

Pukul 18.45 WIB


• TD : 130/60mmHg, HR : 90x/i, RR : 20x/i, Sp O2 : 100%

Pukul 19.00 WIB


• TD : 132/60mmHg, HR : 100x/i, RR : 20x/i, Sp O2 : 100%

Pukul 19.15 WIB


• TD : 100/60mmHg, HR : 100/i, RR : 20x/i, Sp O2 : 100%
Pukul 19.30 WIB
• TD : 110/60mmHg, HR : 110x/i, RR : 20x/i, Sp O2 : 100%

Pukul 19.45 WIB


• TD : 110/60mmHg, HR : 110x/i, RR : 20x/i, Sp O2 : 100%

Pukul 20.00 WIB


• TD : 110/70mmHg, HR : 110x/i, RR : 20x/i, Sp O2 : 100%

Pukul 20.15 WIB


• TD : 110/70mmHg, HR : 110x/i, RR : 20x/i, Sp O2 : 100%

Pukul 20.30 WIB


• TD : 120/70mmHg, HR : 100x/i, RR : 20x/i, Sp O2 : 100%

Pukul 20.45 WIB


• TD : 120/70mmHg, HR : 100x/i, RR : 20x/i, Sp O2 : 100%

2
0
Pukul 21.00 WIB
• TD : 120/70mmHg, HR : 70x/i, RR : 20x/i, Sp O2 : 100%
• Pembedahan selesai
• Pemberian obat anestesi dihentikan, pemberian O2 dipertahankan
• Pasien dibangunkan
• Manset tensimeter dan saturasi O2 dilepas.
• Kemudian pasien dipindahkan ke brancar untuk dibawa ke ruang
pemulihan atau recovery room (RR).
LAPORAN ANESTESI: Post Operatif
Pukul 21.15 WIB
Pasien masuk ke ruang pemulihan. Dilakukan penilaian terhadap
tingkat kesadaran, pada pasien kesadarannya adalah compos mentis.
Dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital ditemukan tekanan darah
120/80 mmHg, nadi 80x/menit, respirasi 20 x/menit dan saturasi O2 100%.
Kemudian pasien di bawa ke ruang ICU.
INSTRUKSI POST OP
Pantau TD, HR, RR dan saturasi oksigen
Cek darah rutin, elektrolit, albumin
IVFD KAEN 3B 1500cc/24 jam
IVFD Clinimix + Linolef 1 fls/hari
Inj. Meropenem 50 mg/8 jam
Inj. Metronidazole 250 mg/12 jam
Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam 2
Inj. Omeprazole 40 mg/12 jam 1
Ahli Anestesiologi : dr. Anna Millizia, M.Ked(An) Sp.An
Ahli Bedah : dr. Muhammad Sayuti, Sp.B (K) BD
Operator : dr. Hendra Kastiaji, Sp.B
Diagnosis prabedah : General Peritonitis
Jenis Operasi : Laparatomi explorasi
Jenis Anestesi : General anastesi – Intubasi Endotracheal Tube
Lama Operasi : 3 jam
Lama Anestesi : 3 jam 15 menit
General Peritonitis

 Peritonitis adalah inflamasi dari peritoneum (lapisan serosa yang menutupi


rongga abdomen dan organ-organ abdomen di dalamnya). Suatu bentuk
penyakit akut,danmerupakan kasus bedah darurat. Dapat terjadi secara
lokal maupun umum, melalui proses infeksi akibat perforasi usus, misalnya
pada ruptur appendiks atau divertikulum kolon, maupun non infeksi,
misalnya akibat keluarnya asam lambung pada perforasi gaster, keluarnya
asam empedu pada perforasi kandung empedu. Pada wanita peritonitis
sering disebabkan oleh infeksi tuba falopi atau ruptur ovarium.
General Peritonitis

Klasifikasi dan Etiologi Faktor Risiko


 Perdarahan, misalnya pada ruptur  Penyakit hati dengan asites
lien, ruptur hepatoma, kehamilan  Kerusakan ginjal
ektopik terganggu
 Compromised immune system
 Asites, yaitu adanya timbunan  Pelvic inflammatory disease
cairan dalam rongga peritoneal
sebab obstruksi vena porta pada  Appendisitis
sirosis hati, malignitas.  Ulkus gaster
 Adhesi, yaitu adanya perlekatan  Infeksi kandung empedu
yang dapat disebabkan oleh  Colitis ulseratif/chron’s disease
corpus alienum, misalnya kain kassa
 Trauma
yang tertinggal saat operasi,
perforasi, radang, trauma  CAPD (Continous Ambulatory Peritoneal
Dyalisis)
 Radang, yaitu pada peritonitis  Pankreatitis
General Peritonitis

Pemeriksaan Penunjang
 Lekositosis (lebih dari 11.000 sel/...L)  Penebalan dinding usus akibat
dengan pergeseran ke kiri pada hitung edema
jenis. Pada pasien dengan sepsis berat,
pasien imunokompromais dapat terjasi  Tampak gambaran udara bebas
lekopenia.
 Adanya eksudasi cairan ke
 Asidosis metabolik dengan alkalosis rongga peritoneum, sehingga
respiratorik.Pada foto polos abdomen pasien perludikoreksi cairan,
didapatkan:
elektrolit, dan asam basanya
 Bayangan peritoneal fat kabur karena agar tidak terjadi syok
infiltrasi sel radang hipovolemik
 Pada pemeriksaan rontgen tampak  Pemeriksaan penunjang lain yang
udara usus merata, berbeda bisa dilakukan adalah dengan
dengan gambaran ileus obstruksi
USG abdomen, CT scan, dan MRI
General Peritonitis
Terapi
 mengkontrol sumber infeksi  Intervensi non-operatif, termasuk
 mengeliminasi bakteri dan toksin di dalamnya drainase abses
 mempertahankan fungsi sistem organ percutaneus dan percutaneus
 mengontrol proses inflamasi and endoscopic stent placement.
 Terapi terbagi menjadi:  Terapi operatif, pembedahan
 Terapi medis, termasuk di dalamnya sering diperlukan untuk mengatasi
antibiotik sistemik untuk mengontrol sumber infeksi, misalnya
infeksi, perawatan intensif apendisitis, ruptur organ intra-
mempertahankan hemodinamik
tubuh misalnya pemberian cairan abomen.
intravena untuk mencegah dehidrasi,
pengawasan nutrisi dan ikkeadaan
metabolik, pengobatan terhadap
komplikasi dari peritonitis (misalnya
insufisiensi respiratorik atau ginjal), serta
terapi terhadap inflamasi yang terjadi.
General Anestesi

 Anestesi Umum adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai


hilangnya kesadaran dan bersifat reversible. Anestesi umum yang
sempurna menghasilkan ketidaksadaran, analgesia, relaksasi otot tanpa
menimbulkan resiko yang tidak diinginkan dari pasien.
 Tujuan anestesi umum adalah hipnotik, analgesik, relaksasi dan stabilisasi
otonom
Intubasi Endotracheal Tube

 Intubasi trakhea adalah tindakan memasukkan pipa trakhea kedalam trakhea


melalui rima glotis, sehingga ujung distalnya berada kira-kira dipertengahan
trakhea antara pita suara dan bifurkasio trakhea (Latief, 2007). Tindakan
intubasi trakhea merupakan salah satu teknik anestesi umum inhalasi, yaitu
memberikan kombinasi obat anestesi inhalasi yang berupa gas atau cairan
yang mudah menguap melalui alat/ mesin anestesi langsung ke udara inspirasi.
Indikasi :
 Menjaga patensi jalan nafas oleh sebab apapun Kelainan anatomi, bedah
khusus, bedah posisi khusus, pembersihan sekret jalan nafas dan lain-lain.
 Mempermudah ventilasi positif dan oksigenasi. Misalnya saat resusitasi,
memungkinkan penggunaan relaksan dengan efisien, ventilasi jangka panjang.
 Pencegahan terhadap aspirasi dan regurgitasi.
Prosedur Pemasangan ETT
 Persiapan Alat (STATICS)
 Pelaksanaan
 Mesin siap pakai
 Cuci tangan
 Memakai sarung tangan steril
 Periksa balon pipa/cuff ETT
 Pasang macintosh blade yang sesuai
 Anjurkan klien berdoa, karena intubasi/ induksi akan dimulai
 Beri oksigen 100% dengan masker/ ambu bag 4 liter/ menit
 Masukkan obat-obat sedasi dan relaksan
 Lakukan bagging sesuai irama  Sambungkan dengan bag/ sirkuit
pernafasan anestesi, berikan oksigen dengan
nafas kontrol 8-10 kali/ menit
 Buka mulut dengan teknik cross dengan tidal volume 8-10 ml/kgBB
finger dengan tangan kanan
 Kunci cuff ETT dengan udara ± 4-8
 Masukkan laringoskop dengan cc, sampai kebocoran tidak
tangan kiri sampai terlihat epiglotis, terdengar
dorong blade sampai pangkal
epiglotis  Cek suara nafas/ auskultasi pada
seluruh lapangan paru kiri kanan
 Berikan anestesi daerah laring
dengan xylocain spray 10%  Pasang OPA/NPA sesuai ukuran
 Masukkan ETT yang sebelumnya  Lakukan fiksasi ETT dengan plester
sudah diberi jelly dengan tangan
kanan  Lakukan pengisapan lendir bila
terdapat banyak lendir
 Bereskan dan rapikan kembali
peralatan
 Lepaskan sarung tangan, cuci
tangan.
Pembahasan

 Pasien datang ke IGD RS Cut Meutia dengan keluhan nyeri pada seluruh
bagian perut sejak dan memberat 4 hari terakhir. Nyeri perut sangat hebat
yang menyebabkan perut menjadi kaku dan mengeras. Keluhan ini
mengganggu aktivitas pasien sehari-hari.
 Selain itu, pasien juga mengeluhkan mual, muntah dan sesak nafas. Pasien
mengaku terjatuh di balai pengajian dengan jarak ± 3 meter dan
mengalami benturan pada dinding perut.
 Status pasien ASA III karena pasien bedah, seorang pasien dengan
penyakit sistemik berat yang belum mengancam jiwa. Pada pasien dipilih
untuk dilakukan tindakan anestesi umum dengan intubasi endotrakeal
napas terkendali dengan pertimbangan keuntungan yang didapat dari
tindakan anestesia tersebut.
 Keuntungan dari tindakan ini antara lain:
 Jalan nafas yang aman dan terjamin karena terpasang ETT
 Pasien akan merasa lebih nyaman karena dalam keadaan tertidur, serta
terhindar dari trauma terhadap operasi.
 Kondisi pasien lebih mudah dikendalikan sesuai dengan kebutuhan operasi.
 Waktu pulih sadar lebih cepat dengan kondisi nafas spontan.
 Akan tetapi, alasan yang paling utama dipilihnya tehnik anestesi ini ialah
karena jenis operasi yang hendak dilakukan antara lain laparatomi
eksplorasi yang dilakukan di area abdomen dengan anestesi umum
sehingga dapat mempengaruhi airway, oleh karena itu diperlukan adanya
intubasi endotrakeal tube agar airway pasien tetap clear selama operasi.
Tujuan utama dilakukannya tindakan operatif ini yaitu untuk memperbaiki
lapisan serosa yang menutupi rongga abdomen dan organ-organ
abdomen di dalamnya
Kesimpulan
 Pasien tergolong ASA 3 berdasarkan status fisik. Hal ini dikarenakan seorang
pasien dengan penyakit sistemik berat yang belum mengancam jiwa.
 Pada operasi ini, digunakan anastesi umum dengan pemasangan ETT nafas
terkendali supaya memastikan bahwa jalan nafas yang selalu berada dalam
kondisi terbuka dan mendapatkan ventilasi yang adekuat selama operasi, serta
mencegah terjadinya aspirasi atau regurgitasi yang dapat menjadi penyulit
semasa operasi. Tehnik anestesi ini dapat juga digunakan untuk operasi
dengan durasi yang lama dan pada kondisi-kondisi yang sulit untuk
mempertahankan jalan nafas bebas dengan sungkup muka.
 Sejak tindakan pembedahan pertama hingga terakhir telah tercapai trias
anestesia dengan pemberian obat-obatan anestesi seperti : fentanyl sebagai
analgesik, atracurium sebagai relaksan, propofol sebagai induksi, dan isofluran
sebagai obat anestesi inhalasi dan juga sebagai maintanance anastesia
bekerja dengan baik.
 Setelah operasi selesai, pasien segera dipindahkan ke ruang recovery room.
Pasien segera diperiksa nilai kesadarannya, tekanan darah, respiratory rate,
heart rate dan keadaan umum. Hasil tindakan anestesi yang baik didapatkan
dengan persiapan yang baik dan tepat dengan dimulainya praanestesi,
premedikasi, pemilihan teknik anestesi, pemilihan obat-obatan anestesi serta
melakukan pengawasan tanda-tanda vital selama operasi dan tindakan
pasca operasi.

Anda mungkin juga menyukai