Oleh :
Preseptor :
Anjas Wira Sukma Alviawan
dr. Fachrurrazi, Sp.An,
Supandi, S.Ked
M.Kes-KIC
150611002
BAGIAN ANESTESI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
RSUD CUT MEUTIA
ACEH UTARA
2019
Pendahuluan
Anestesi umum adalah tindakan Tahapannya mencakup
meniadakan nyeri secara sentral premedikasi, induksi,
disertai hilangnya kesadaran dan maintenance, dan pemulihan.
bersifat reversible. Anestesi umum Beberapa teknik general anestesi
dideskripsikan secara klasik inhalasi adalah Endotrakea Tube
sebagai empat keadaan, yaitu (ETT) dan Laringeal Mask Airway
hypnosis (biasa diartikan tidur dan (LMA).
hilangnya kesadaran), amnesia,
analgesia, dan relaksasi otot.
Anestesi umum juga termasuk
mengendalikan pernapasan
dengan pemantauan fungsi-
fungsi vital tubuh selama
prosedur anestesi.
Peritonitis adalah inflamasi dari Laparotomi eksplorasi adalah
peritoneum (lapisan serosa yang laparotomi dilakukan dengan
menutupi rongga abdomen dan tujuan untuk memperoleh
organ-organ abdomen di informasi yang tidak tersedia
dalamnya). Suatu bentuk melalui metode diagnostik klinis
penyakit akut, dan merupakan
kasus bedah darurat. Dapat
terjadi secara lokal maupun
umum, melalui proses infeksi
akibat perforasi usus, misalnya
pada ruptur appendiks atau
divertikulum kolon, maupun non
infeksi, misalnya akibat keluarnya
asam lambung pada perforasi
gaster, keluarnya asam empedu
pada perforasi kandung
empedu.
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. DA
Umur : 10 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
MR : 13.17.20
Alamat : Ds. Cot Bada Kec. Bireun
Pekerjaan : Siswa
Perkawinan : Belum Kawin
Agama : Islam
Suku : Aceh
Ruangan : Vip Melati
Tgl Masuk Rumah sakit : 15 Oktober 2019
Tanggal Operasi : 15 Oktober 2019
Keluhan Utama
Nyeri pada seluruh lapisan perut
Keluhan Tambahan
Mual, muntah dan sesak napas
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSU Cut Meutia dengan keluhan nyeri pada seluruh
bagian perut sejak dan memberat 4 hari terakhir. Nyeri perut sangat hebat
yang menyebabkan perut menjadi kaku dan mengeras. Keluhan ini
mengganggu aktivitas pasien sehari-hari.
Selain itu, pasien juga mengeluhkan mual, muntah dan sesak napas.
Pasien mengaku terjatuh di balai pengajian dengan jarak ± 3 meter dan
mengalami benturan pada dinding perut.
Riwayat
Penyakit • Tidak ada
Dahulu
Riwayat
Penyatkit • Tidak ada
Keluarga
Riwayat
Pribadi dan • Tidak ada
Kebiasaan
Suhu: 37,8̊C
Status Generalis
Kepala Normosefali, edema (-), scar (-) rambut tidak mudah dicabut
Mata Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga Normotia (+/+)
Hidung Bentuk normal, tidak ada deviasi septum
Mulut Bibir edema (-), sianosis (-)
Tenggorokan Pembesaran tonsil (-/-)
Leher Pembesaran KGB (-), trakea ditengah tidak deviasi.
Paru
Inspeksi: Pergerakan dan bentuk dada simetris kanan dan kiri,
jejas (-), scar (-)
Palpasi : stem fremitus (+/+) kanan = kiri
Perkusi: sonor (+/+)
Thoraks Auskultasi: vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi: Ictus cordis tidak tampak
Palpasi: Tidak ada thrill
Perkusi: Redup, batas jantung normal
Auskultasi: BJI>BII reguler
Inspeksi : distensi abdomen
Palpasi : Hepar tidak teraba, lien tidak teraba,
terdapat defans muskuler. Nyeri tekan di seluruh regio
Abdomen
abdomen
Perkusi : Tympani.
Auskultasi : Bising usus (+)
Rencana Pembedahan
Laparatomy explorasi
Rencana Anestesi
• DI RUANG PERSIAPAN
• Memakai pakaian operasi yang telah
disediakan di ruang persiapan dan sudah
terpasang infus RL.
Laporan Anastesi
PRA ANESTESI – Persiapan
Persiapan Alat Anestesi Pesiapan Obat-Obatan
2
0
Pukul 21.00 WIB
• TD : 120/70mmHg, HR : 70x/i, RR : 20x/i, Sp O2 : 100%
• Pembedahan selesai
• Pemberian obat anestesi dihentikan, pemberian O2 dipertahankan
• Pasien dibangunkan
• Manset tensimeter dan saturasi O2 dilepas.
• Kemudian pasien dipindahkan ke brancar untuk dibawa ke ruang
pemulihan atau recovery room (RR).
LAPORAN ANESTESI: Post Operatif
Pukul 21.15 WIB
Pasien masuk ke ruang pemulihan. Dilakukan penilaian terhadap
tingkat kesadaran, pada pasien kesadarannya adalah compos mentis.
Dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital ditemukan tekanan darah
120/80 mmHg, nadi 80x/menit, respirasi 20 x/menit dan saturasi O2 100%.
Kemudian pasien di bawa ke ruang ICU.
INSTRUKSI POST OP
Pantau TD, HR, RR dan saturasi oksigen
Cek darah rutin, elektrolit, albumin
IVFD KAEN 3B 1500cc/24 jam
IVFD Clinimix + Linolef 1 fls/hari
Inj. Meropenem 50 mg/8 jam
Inj. Metronidazole 250 mg/12 jam
Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam 2
Inj. Omeprazole 40 mg/12 jam 1
Ahli Anestesiologi : dr. Anna Millizia, M.Ked(An) Sp.An
Ahli Bedah : dr. Muhammad Sayuti, Sp.B (K) BD
Operator : dr. Hendra Kastiaji, Sp.B
Diagnosis prabedah : General Peritonitis
Jenis Operasi : Laparatomi explorasi
Jenis Anestesi : General anastesi – Intubasi Endotracheal Tube
Lama Operasi : 3 jam
Lama Anestesi : 3 jam 15 menit
General Peritonitis
Pemeriksaan Penunjang
Lekositosis (lebih dari 11.000 sel/...L) Penebalan dinding usus akibat
dengan pergeseran ke kiri pada hitung edema
jenis. Pada pasien dengan sepsis berat,
pasien imunokompromais dapat terjasi Tampak gambaran udara bebas
lekopenia.
Adanya eksudasi cairan ke
Asidosis metabolik dengan alkalosis rongga peritoneum, sehingga
respiratorik.Pada foto polos abdomen pasien perludikoreksi cairan,
didapatkan:
elektrolit, dan asam basanya
Bayangan peritoneal fat kabur karena agar tidak terjadi syok
infiltrasi sel radang hipovolemik
Pada pemeriksaan rontgen tampak Pemeriksaan penunjang lain yang
udara usus merata, berbeda bisa dilakukan adalah dengan
dengan gambaran ileus obstruksi
USG abdomen, CT scan, dan MRI
General Peritonitis
Terapi
mengkontrol sumber infeksi Intervensi non-operatif, termasuk
mengeliminasi bakteri dan toksin di dalamnya drainase abses
mempertahankan fungsi sistem organ percutaneus dan percutaneus
mengontrol proses inflamasi and endoscopic stent placement.
Terapi terbagi menjadi: Terapi operatif, pembedahan
Terapi medis, termasuk di dalamnya sering diperlukan untuk mengatasi
antibiotik sistemik untuk mengontrol sumber infeksi, misalnya
infeksi, perawatan intensif apendisitis, ruptur organ intra-
mempertahankan hemodinamik
tubuh misalnya pemberian cairan abomen.
intravena untuk mencegah dehidrasi,
pengawasan nutrisi dan ikkeadaan
metabolik, pengobatan terhadap
komplikasi dari peritonitis (misalnya
insufisiensi respiratorik atau ginjal), serta
terapi terhadap inflamasi yang terjadi.
General Anestesi
Pasien datang ke IGD RS Cut Meutia dengan keluhan nyeri pada seluruh
bagian perut sejak dan memberat 4 hari terakhir. Nyeri perut sangat hebat
yang menyebabkan perut menjadi kaku dan mengeras. Keluhan ini
mengganggu aktivitas pasien sehari-hari.
Selain itu, pasien juga mengeluhkan mual, muntah dan sesak nafas. Pasien
mengaku terjatuh di balai pengajian dengan jarak ± 3 meter dan
mengalami benturan pada dinding perut.
Status pasien ASA III karena pasien bedah, seorang pasien dengan
penyakit sistemik berat yang belum mengancam jiwa. Pada pasien dipilih
untuk dilakukan tindakan anestesi umum dengan intubasi endotrakeal
napas terkendali dengan pertimbangan keuntungan yang didapat dari
tindakan anestesia tersebut.
Keuntungan dari tindakan ini antara lain:
Jalan nafas yang aman dan terjamin karena terpasang ETT
Pasien akan merasa lebih nyaman karena dalam keadaan tertidur, serta
terhindar dari trauma terhadap operasi.
Kondisi pasien lebih mudah dikendalikan sesuai dengan kebutuhan operasi.
Waktu pulih sadar lebih cepat dengan kondisi nafas spontan.
Akan tetapi, alasan yang paling utama dipilihnya tehnik anestesi ini ialah
karena jenis operasi yang hendak dilakukan antara lain laparatomi
eksplorasi yang dilakukan di area abdomen dengan anestesi umum
sehingga dapat mempengaruhi airway, oleh karena itu diperlukan adanya
intubasi endotrakeal tube agar airway pasien tetap clear selama operasi.
Tujuan utama dilakukannya tindakan operatif ini yaitu untuk memperbaiki
lapisan serosa yang menutupi rongga abdomen dan organ-organ
abdomen di dalamnya
Kesimpulan
Pasien tergolong ASA 3 berdasarkan status fisik. Hal ini dikarenakan seorang
pasien dengan penyakit sistemik berat yang belum mengancam jiwa.
Pada operasi ini, digunakan anastesi umum dengan pemasangan ETT nafas
terkendali supaya memastikan bahwa jalan nafas yang selalu berada dalam
kondisi terbuka dan mendapatkan ventilasi yang adekuat selama operasi, serta
mencegah terjadinya aspirasi atau regurgitasi yang dapat menjadi penyulit
semasa operasi. Tehnik anestesi ini dapat juga digunakan untuk operasi
dengan durasi yang lama dan pada kondisi-kondisi yang sulit untuk
mempertahankan jalan nafas bebas dengan sungkup muka.
Sejak tindakan pembedahan pertama hingga terakhir telah tercapai trias
anestesia dengan pemberian obat-obatan anestesi seperti : fentanyl sebagai
analgesik, atracurium sebagai relaksan, propofol sebagai induksi, dan isofluran
sebagai obat anestesi inhalasi dan juga sebagai maintanance anastesia
bekerja dengan baik.
Setelah operasi selesai, pasien segera dipindahkan ke ruang recovery room.
Pasien segera diperiksa nilai kesadarannya, tekanan darah, respiratory rate,
heart rate dan keadaan umum. Hasil tindakan anestesi yang baik didapatkan
dengan persiapan yang baik dan tepat dengan dimulainya praanestesi,
premedikasi, pemilihan teknik anestesi, pemilihan obat-obatan anestesi serta
melakukan pengawasan tanda-tanda vital selama operasi dan tindakan
pasca operasi.