Anda di halaman 1dari 22

KETERAMPILAN DALAM

BERKOMUNIKASI
Nama anggota kelompok :
1. Salsabila Khoirun Nisa’ (J210180078)
2. Fauziyyah Anis E. (J210180088)
3. Rafida Aziz (J210180089)
4. Abbiyu Nindya H.P (J210180092)
5. Fera Yolanda (J210180098)
6. Erni Eka Susanti (J210180100)
7. M. Luqman Hakim (J210180108)
8. Lutfi Irma Noviana (J210180116)
A. Identifikasi Teori

 Sikap (kehadiran) yang harus ditunjukkan perawat dalam


berkomunikasi terapeutik ada dua, yaitu sikap (kehadiran) secara
fisik dan secara psikologis.

 Sedangkan keterampilan komunikasi merupakan kemampuan


seorang perawat untuk menyampaikan atau mengirim pesan yang
jelas dan mudah dipahami oleh penerima pesan (Anjaswarni,
2016).
Dimensi Sikap Perawat dalam
Berkomunikasi
Sikap perawat dalam berkomunikasi terbagi menjadi 3 dimensi, antara lain:

 Sikap dalam dimensi fisik: meliputi berhadapan, mempertahankan kontak


mata, membungkuk ke arah klien, mempertahankan sikap terbuka, tetap
rileks, dan berjabat tangan.

 Sikap dalam dimensi respon: meliputi ikhlas (genuiness), menghargai,


empati (empathy), dan konkret.

 Sikap dalam dimensi tindakan: meliputi konfrontasi, kesegeraan,


keterbukaan perawat, katarsis emosional, dan bermain peran (Anjaswarni,
2016).
Teknik-teknik Komunikasi Terapeutik
Berikut ini teknik komunikasi (Anjaswarni, 2016):
• Mendengarkan dengan penuh perhatian (listening)
• Menunjukkan penerimaan (accepting)
• Mengulang (restating/ repeating)
• Klarifikasi (clarification)
• Memfokuskan (focusing)
• Merefleksikan (reflecting/feedback)
• Memberi informasi (informing)
• Diam (silence)
• Identifikasi tema (theme identification)
• Memberikan penghargaan (reward)
• Menawarkan diri
• Refleksi
• Humor
Keterampilan dalam Berkomunikasi
a. Keterampilan Attending

b. Keterampilan Berempati

c. Keterampilan Bertanya

d. Keterampilan Konfrontasi

e. Keterampilan Merangkum

f. Keterampilan Berperilaku

g. Keterampilan Pemecahan Masalah


a. Keterampilan Attending
Attending merupakan komunikasi non verbal yang menunjukkan bahwa
perawat memberikan perhatian secara penuh terhadap lawan bicara.
Perawat melakukan attending yaitu meliputi:
 Keterlibatan postur tubuh
 Gerakan tubuh secara tepat
 Kontak mata
 Lingkungan yang nyaman

b. Keterampilan Berempati
Empati merupakan kemampuan untuk memahami pribadi orang lain sebaik
dia memahami dirinya sendiri (mendengarkan secara aktif).
c. Keterampilan Bertanya
Dalam komunikasi perawat dan klien, perawat dapat membantu klien untuk
memperoleh pemahaman yang lebih baik dengan pertanyaan terbuka dan
pertanyaan tertutup.

d. Keterampilan Konfrontasi
Perawat perlu melakukan konfrontasi apabila pada diri klien didapati
adanya:
 Pertentangan antara apa yang dia katakana dengan apa yang
dia lakukan
 Pertentangan antara dua perkataan yang disampaikan dalam
waktu yang berbeda
 Pertentangan antara perasaan yang dia katakana dengan tingkah
laku yang tidak mencerminkan perasaan tersebut.
e. Keterampilan Merangkum
Keterampilan merangkum merupakan bagian dari keterampilan
mendengarkan secara aktif terhadap apa yang menjadi inti pembicaraan
klien.

f. Keterampilan Berperilaku
Perilaku jujur terhadap pikiran dan perasaan yang sedang dialami yang
diekspresikan melalui perkataan dan tingkah laku apa adanya merupakan sikap
dan tingkah laku perawat yang menyiratkan kesejatian atau keaslian (genuine).
g. Keterampilan Pemecahan Masalah
Ketujuh prosedur tersebut tertera dalam tujuh tahap pemecahan masalah
yaitu :

 Mengeksplorasi masalah

 Memahami masalah

 Menentukan masalah

 Curah pendapat (brainstorming)

 Menilai berbagai alternative

 Menetapkan alternative yang terbaik

 Melaksanakan alternative yang telah ditentukan/ dipilih (Bety, 2018).


B. Persiapan

1. Alat dan Bahan


a. Kertas dan bolpoint
b. Kasus
c. Instrument observasi
d. Ceklist
e. Pasien (model)
2. Persiapan Lingkungan
3. Pembagian Peran
C. Pelaksanaan
1. Rencana keperawatan :
a. Identifikasi masalah yang terjadi bersama klien
b. Dengarkan ungkapan perasaan pasien
c. Berikasn respon sesuai dengan perasaan pasien
2. Sebagai perawat lakukan simulasi komunikasi dengan :
a. Memberi salam
b. Mendengarkan secara aktif
c. Memberikan sikap perawat
d. Menyampaikan prosedur keperawatan
e. Bahasa tubuh perawat memberikan pelayanan
f. Gunakan gaya bicara perawat yang baik
g. Lakukan kontrak waktu bertemu yang akan datang
3. Lakukan pendokumentasian sesuai kasus dan hasil yang didapat selama bermain peran
sebagai perawat.
4. Selama proses bermain peran sebagai perawat, observer melakukan observasi dengan
menggunakan format observasi komunikasi terapeutik, berikan penilaian secara objektif dan
sampaikan hasilnya setelah selesai melakukan roleplay.
D. Evaluasi

1. Ungkapkan perasaan Anda setelah melakukan latihan/praktik.

2. Identifikasi kelebihan dan kekurangan Anda selama proses interaksi/komunikasi.

3. Mintalah masukkan anggota tim untuk meningkatkan kemampuan Anda dalam


berinteraksi dan komunikasi.

4. Catat kekurangan untuk perbaikan pada masa yang datang dan gunakan
kelebihan Anda untuk meningkatkan motivasi Anda.
JURNAL NASIONAL
1. KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA PESERTA DALAM
PROGRAM PERTUKARAN PEMUDA INTERNASIONAL

Dengan adanya keterbukaan, para peserta dapat menetapkan relationship rules


yang saling menguntungkan diantara mereka yang berbeda budaya. Misalnya,
dari ketidaknyamanan peserta dari Indonesia yang melihat peserta dari China
seringkali membuang air besar di depan umum akhirnya ditetapkan ketika ingin
buang air harus di dalam toilet dan pintu utama dari toilet tersebut dikunci
sehingga yang lain yang tidak bisa masuk walaupun sebenarnya dari toilet
Keterampilan komunikasi antar budaya yang diterapkan oleh peserta program
pertukaran pemuda internasional antara lain: membangun dialog, keterbukaan,
empati, fleksibilitas, meningkatkan perasaan positif, dan other orientation.
Sebagian besar, permasalahan dalam hubungan antar budaya yang sering
mereka temui adalah perbedaan bahasa dan kebiasaan atau cara hidup sehari-
hari. Penyelesaian konflik antar budaya lebih banyak diambil secara integrasi.
Dampak dari culture shock tidak akan terlalu dirasakan oleh peserta program
pertukaran pemuda internasional apabila pengenalan terhadap budaya di
daerah atau negara yang akan dikunjunginya telah matang dipersiapkan dan
diantisipasi. Homesick hanya terjadi di kala mereka sedang tidak dalam kesibukan
di program, tetapi masih dapat diatasi oleh para peserta
2. PENGARUH GAYA KOMUNIKASI GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA

Penelitian ini menunjukkan bahwa gaya komunikasi guru berpengaruh signifikan


terhadap motivasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Wonogiri. Hal ini disebabkan dalam
proses belajar mengajar tidak akan terlepas dengan interaksi. Agar tujuan belajar tercapai
maka dalam interaksi tersebut harus didukung dengan komunikasi yang efektif. Pendidik
dapat menggunakan komunikasi dalam beberapa bentuk meliputi: penyampaian informasi
lisan,penyampaian informasi secara terulis, komunikasi melalui media elektronika dan
komunikasi dalam aktivitas kelompok. Dengan adanya penerapan gaya komunikasi guru
yang menyenangkan, secara tidak langsung hal ini dapat juga menumbuhkan semangat
atau motivasi belajar siswa terhadap suatu mata pelajaran. Motivasi belajar yang timbul
dalam diri siswa disebabkan karena adanya cita-cita atau dorongan untuk memperoleh hasil
yang diharapkan. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa gaya komunikasi non assertive
yang paling tinggi pengaruhnya terhadap motivasi belajar siswa, siswa merasa lebih
termotivasi, lebih nyaman dan senang apabila seorang guru menggunakan gaya komunikasi
non assertive, berbeda dengan penelitian yang dilakukan Urea, 2013. Dalam penelitian urea
gaya komunikasi assertive lebih besar pengaruhnya dari pada gaya komunikasi yang lain,
dengan adanya disiplin guru membuat siswa lebih termotivasi dan mendekatkan hubungan
guru dengan siswa.
1. KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA PESERTA DALAM
PROGRAM PERTUKARAN PEMUDA INTERNASIONAL

Dengan adanya keterbukaan, para peserta dapat menetapkan relationship rules


yang saling menguntungkan diantara mereka yang berbeda budaya. Misalnya,
dari ketidaknyamanan peserta dari Indonesia yang melihat peserta dari China
seringkali membuang air besar di depan umum akhirnya ditetapkan ketika ingin
buang air harus di dalam toilet dan pintu utama dari toilet tersebut dikunci
sehingga yang lain yang tidak bisa masuk walaupun sebenarnya dari toilet
Keterampilan komunikasi antar budaya yang diterapkan oleh peserta program
pertukaran pemuda internasional antara lain: membangun dialog, keterbukaan,
empati, fleksibilitas, meningkatkan perasaan positif, dan other orientation.
Sebagian besar, permasalahan dalam hubungan antar budaya yang sering
mereka temui adalah perbedaan bahasa dan kebiasaan atau cara hidup sehari-
hari. Penyelesaian konflik antar budaya lebih banyak diambil secara integrasi.
Dampak dari culture shock tidak akan terlalu dirasakan oleh peserta program
pertukaran pemuda internasional apabila pengenalan terhadap budaya di
daerah atau negara yang akan dikunjunginya telah matang dipersiapkan dan
diantisipasi. Homesick hanya terjadi di kala mereka sedang tidak dalam kesibukan
di program, tetapi masih dapat diatasi oleh para peserta
JURNAL INTERNASIONAL
1. Sepakat Damai, Warga Ngamuk di RS
Kebonjati Karena Miskomunikasi

"Rujukan awalnya ke rumah sakit terdekat harus ke ICCU dan dirawat langsung. Mulai dari
situ keluarga panik," ucapnya Junandi di RS Kebonjati, Kota Bandung, Selasa (24/7) seperti
dilansir detik.

Seharusnya keluarga pasien dapat menuju RS Dustira Cimahi yang merupakan rumah sakit
tipe B. Namun tiba-tiba keluarga membawa pasien ke RS Kebonjati. Setiba di Kebonjati, pihak
keluarga langsung meminta kamar mengingat rujukan dari Avisena harus segera dirawat dan
masuk ICCU. Sebagai rumah sakit tipe C, Kebonjati tidak memiliki ruangan ICCU.

Sementara saat pihak keluarga ditanya soal BPJS, ternyata sudah tidak aktif karena premi tidak
dibayar. Meski begitu pasien langsung masuk ruang IGD untuk pemeriksaan. Setelah diperiksa
dokter, ternyata pasien kondisinya stabil.
FENOMENA
"Seharusnya kalau dirujuk itu pihak rumah sakit (Avisena) menelepon rumah sakit
rujukan. Tanya apakah ada ruangan khususnya, ada alat-alatnya, ada dokternya
atau tidak. Bukan sekadar memberi rujukan. Apalagi kalau pasiennya seperti ini,
jantung, itu tidak boleh datang sendiri, tapi harus diantar ambulans. Kalau
kemarin kan keluarga datang sendiri," tutur Junandi.

Saat ini pasien tengah menjalani rawat jalan di Kebonjati. "Karena sudah
menyelesaikan masalah BPJS, sekarang pasien di sini (rawat jalan)

Kabid Pelayanan Kesehatan (Yankes) Dinkes Kota Bandung Sisca Gerfianti


mengungkapkan sudah ada pertemuan dari Dinkes, BPJS, pihak rumah sakit dan
keluarga pasien. “Semua sudah sepakat untuk mengakhiri polemik," ujar Sisca.
Menurut Sisca hal itu terjadi karena miskomunikasi saja. Pihak keluarga sepakat
damai.
Dari hasil pertemuan pada Senin 23 Juli kemarin, akhirnya tertuang empat
pernyataan yang disepakati :

 Pertama, pihak rumah sakit dan keluarga pasien sepakat mengakhiri masalah viral
video yang diunggah pada 12 Juli 2018 lalu karena miskomunikasi dan emosional.

 Kedua pihak rumah sakit berjanji akan meningkatkan pelayanan terhadap pasies
baik BPJS atau umum.

 Ketiga, kata Junandi, keluarga pasien berjanji menghapus video dan membuat
tulisan juga video klarifikasi.

 Terakhir, kedua pihak sepakat untuk tidak saling menuntut baik secara perdata
atau pidana. Surat kesepakatan tersebut kemudian ditandatangani oleh kedua
pihak dengan membubuhi materai.
2. Dinilai Ganggu Komunikasi, Tenaga
Medis di Inggris di Larang Bercadar

17 rumah sakit di Inggris melarang staff office dan seluruh pegawainya memakai cadar.
Dikarenakan agar semua pasien dapat bertatap muka langsung dengan perawatnya. Agar dapat
berkomunikasi yang dijadikan sebagai prioritas utama.

Meskipun demikian dokter dan perawatnya masih dibolehkan berkerudung. Perdana menteri
Inggris juga mendukung melarang staffnya menutup wajah.

Kebijakan ini memicu perdebatan nasional (dilansir dari The Telegraph, kamis 19/9/2013).
Beberapa rumah sakit disana secara diam-diam menerapkan larangan mengenakan cadar.

Menurut menteri kesehatan Inggris, kesulitan melihat wajah perawat dapat menjadi penghalang
komunikasi yang baik kepada pasien dan keluarganya, maka dia menyusun kebijakan untuk
memastikan agar wajah tenaga medis tidak tertutup saat berhadapan dengan pasien.

Anda mungkin juga menyukai