Anda di halaman 1dari 24

KASUS 3

NYERI PINGGANG

MS
ANGGOTA KELOMPOK

Aisya Medina Tasya 030.18.123


Elsie Levina Aisha 030.18.126
Husna Azizah 030.18.127
Irhamna Imani Bilhoirum 030.18.128
Joekly Wahidan Muharram
030.18.129
Luna Azhria
030.18.130
Muhammad Heru Syaputra
030.18.131
Nahdah Salsabila
030.18.132
Silvi Zahra Rosita
Pemeriksaan fisik:

SKENARIO
Tampak sakit sedang, compos mentis. TD 120/80. Nadi
86x/menit. Suhu 37,6 C. Frekuensi napas 20x/menit.
Mata: konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik.
Jantung: bunyi jantung I&II regular, tidak ada murmur
Seorang laki-laki usia 60 tahun datang ke dan gallop. Paru: suara napas vesikular, tidak ada ronki,
poliklinik RS dengan keluhan nyeri pinggang tidak ada wheezing. Abdomen: datar, BU normal, supel,
sejak 2 bulan lalu. Nyeri seperti disayat, tidak ada nyeri tekan, hepar & limpa tidak teraba.
Ekstremitas: akral hangat, edema -/-
kadang menjalar ke tungkai bawah. Pasien
juga mengeluh demam hilang timbul, dan Pemeriksaan penunjang:
berat badan turun. RPD : pasien pernah
menderita TB paru 20 tahun lalu, dan Darah perifer lengkap: Hb 14.0 g/dL. Ht 45%. Leukosit
9.000/uL. Trombosit 230.000/uL. Hitung jenis
menjalani pengobatan selama 6 bulan. 0/2/60/55/10. LED 110 mm/jam

Kata kunci: nyeri pinggang, demam, berat Rontgen vertebra lumbosacral: terdapat celah sendi
badan turun vertebra lumbal 1-2, destruksi korpus vertebra lumbal 1-
2, penebalan soft tissue paravertebra lumbal 1-2
Klarifikasi Istilah
1. Ronki : suara yang menyerupai mendengkur yang terjadi ketika udara seperti di
blokir di saluran udara
2. Wheezing : suara bernada tinggi yang dihasilkan oleh penyempitan saluran
napas. Biasanya terdengar di akhir respirasi
3. Nyeri : pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
kerusakan jaringan
4. Demam : peningkatan suhu tubuh diatas normal (36,5-37,5 Celsius) yang dapat
disebabkan oleh berbagai hal seperti infeksi, peradangan
5. TBC : penyakit yang disebabkan infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis
6. Murmur : suara jantung yang muncul karena tuberlensi atau aliran darah yang
tidak normal
Identifikasi Masalah
1. Seorang laki-laki (60 tahun) mengeluh nyeri pinggang 2 bulan lalu
2. Nyeri seperti disayat-sayat, kadang menjalar ke tungkai bawah, dan
ada demam hilang timbul, berat badan menurun
3. RPD pasien pernah menderita TB paru 20 tahun lalu, dan menjalani
pengobatan selama 6 bulan
Brainstorming Definisi

Etiologi dan klasifikasi

20 thn Morfologi
Pengobatan Epidemiologi
lalu TB Mycobacterium
6 bln
paru TB
Laki-laki Patofisiologi
(60 thn) 2 bln lalu BB turun, nyeri disayat
nyeri menjalar, demam hilang
gejala anamnesis
pinggang timbul
Pemeriksaan
diagnosis
fisik
Faktor Pemeriksaan
risiko penunjang
Pemeriksaan
fisik Tata
laksana
Spondilitis
TB Komplikasi
Pemeriksaan
penunjang
Prognosis

Diagbosis
banding
Learning Objective
1. Menjelaskan Morfologi Mycobacterium TB
2. Menjelaskan anatomi (lumbosacral)
3. Menjelaskan definisi Spondilitis TB
4. Menjelaskan etiologi dan klasifikasi Spondilitis TB
5. Menjelaskan epidemiologi Spondilitis TB
6. Menjelaskan patofisiologi Spondilitis TB
7. Menjelaskan gejala Spondilitis TB
8. Menjelaskan diagnosis Spondilitis TB
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan penunjang
1. Menjelaskan faktor risiko Spondilitis TB
2. Menjelaskan tata laksana Spondilitis TB
3. Menjelaskan komplikasi Spondilitis TB
4. Menjelaskan prognosis Spondilitis TB
5. Menjelaskan diagnosis banding Spondilitis TB
Morfologi Mycobacterium
Tuberkulosis
● Basil tuberkel berbentuk batang lengkung
● Gram + lemah yaitu sulit untuk diwarnai
tetapi begitu berhasil di warnai akan sulit
untuk dihapus walaupun dengan zat asam
sehingga disebut kuman batang tahan
asam
● Hal ini disebabkan karena kuman ini
memiliki dinding sel yang tebal yang terdiri
dari lapisan lilin dan lemak (asam lemak
mikolat)
● Relatif tahan panas
Anatomi
Columna
Vertebralis
Anatomi
Columna
Vertebralis
Vertebra Lumbalis
Definisi
● Merupakan Infeksi tulang belakang oleh Mycobacterium Tuberculosis.
● Tulang Vertebra merupakan lokasi tersering infeksi TB pada tulang (40%) karena
memiliki vaskularisasi yang sangat baik.
● Spondilitis TB paling sering ditemukan pada vertebra thorakalis bawah dan lumbalis
daerah thorakal lebih sering pada anak-anak dan remaja
Epidemiologi
● Secara epidemiologi tuberkulosis merupakan penyakit infeksi pembunuh nomor 1
di dunia, 95% kasus di negara berkembang
● Organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2000 memperkirakan 2 juta
penduduk terserang dan 3 jutab penduduk di seluruh dunia meninggal karena TB
● Indonesia adalah penyumbang terbesar ketiga setelah India dan China yaitu
dengan penemuan kasus baru 583.00 orang per tahun, kasus TB menular 262.000
orang dan angka kematian 140.000 orang per tahun
Penyakit ini disebabkan infeksi kuman Mycobacterium
tuberculosis yang disebut juga sebagai kuman batang
tahan asam, hal ini disebabkan oleh karena kuman
bakterium memiliki dinding sel yang tebal yang terdiri dari
lapisan lilin dan lemak (asam lemak mikolat).

Etiologi
Klasifikasi spondilitis tuberculosis
Klasifikasi berdasarkan Gulhane Askeri
Tip Akademisi (GATA).

Sistem klasifikasi ini dibuat berdasarkan


kriteria klinis dan radiologis antara lain:
formasi abses, degenerasi diskus, kolaps
vertebra, kifosis, angulasi sagital,
instabilitas vertebra, dan defisit
neurologis.
Diagnosis
● Anamnesis dan inspeksi
○ Gambaran adanya penyakit sistemik
○ Riwayat batuk >3 minggu, berdahak/berdarah
○ Nyeri terlokalisir atau menjalar pada vertebrae
○ Pola jalan: langkah kaki pendek karena nyeri
punggung
○ Inspeksi cervical: tidak dapat menoleh
○ Inspeksi thorakal: punggung kaku
○ Inspeksi lumbar: berjalan dengan lutut dan hip
yang fleksi dan menyokong vertebrae
dengan meletakkan tangan diatas paha
○ Deformitas: kifosis, skoliosis, dislokasi Biasanya didiagnosa
○ Defisit neurologis sekurang-kurangnya 2
th setelah infeksi TB
● Palpasi
○ Di lipatan paha, fossa iliaca, retrofaring, dinding dada jika
ada abses akan teraba massa yang berfluktuasi dan kulit
panas
● Move
○ Keterbatasan gerak pada segmen yang terkena
● Pemeriksaan penunjang
○ Laboratorium
■ LED, >100mm/jam
■ Tuberculin skin test/mantoux test (+)
■ Kultur bakteri, urin, aspirasi cairan abses (jika ada
abses)
■ SADT, leukositosis Tanda radiologis
muncul 3-8 minggu
● Radiologis onset
○ Foto rontgen dada
○ Foto polos tulang belakang
○ CT Scan untuk visualisasi keterlibatan iga yang sulit dilihat x-
ray dan lengkung saraf
○ MRI
Tata laksana
● Terapi obat antituberkulosis
(OAT) merupakan terapi
pertama kali.
● Regmen yang di gunakan ialah
2RHZE/4HR dll.
● Apabila pemeriksaan kultur
dan histopatologi gagal
menunjukan diagnosis
definitif, maka terapi empiris
TB di pertimbangkan.
● Regimen dan dosisi OAT
harus di sesuaikan dgn
keadaan pasien,(hamil,hiv, dll)
Faktor Resiko
1. Faktor sosial ekonomi yang rendah atau buruk, turut memengaruhi standar kualitas hidup, misalnya
orang-orang yang tinggal di area yang kumuh dan padat.
2. Tinggal di area yang memiliki tingkat kasus tuberkulosis tinggi atau endemik.
3. Orang yang kekurangan nutrisi.
4. Orang-orang kelompok lanjut usia.
5. Terinfeksi HIV yang mengakibatkan rendahnya sistem kekebalan tubuh.
6. Orang dengan sistem kekebalan tubuh menurun lainnya, misalnya pengidap kanker, penyakit ginjal
stadium lanjut, dan diabetes.
7. Pecandu minuman keras atau pengguna obat-obatan terlarang.
Pencegahan BCG
● Vaksin Bacillus Calmette-Guerin (BCG) merupakan suatu strain Mycobacterium
bovis yang dilemahkan virulensinya.
● Dosis normal vaksinasi ini 0,05 ml untuk neonatus dan bayi sedangkan 0,1 ml
untuk anak yang lebih besar dan dewasa
● Vaksin BCG hanya perlu diberikan satu kali seumur hidup, yang diberikan
melalui suntikan.
Suntikan intradermal :
● Vaksin disuntikan pada lapisan teratas kulit
● Merupakan satu-satunya vaksin yang disuntikan secara
intradermal
● Pemberian BCG secara intradermal dapat mengurangi
faktor risiko terjadinya kelainan neurovaskuler
● Jarum yang digunakan adalah nomor 26, 15 mm, untuk
vaksin lain jarum ukuran 23,25 mm
Diagnosis Banding
1. Infeksi piogenik (contoh : karena staphylococcal/suppurative spondylitis).
Adanya sklerosis atau pembentukan tulang baru pada foto rontgen menunjukkan
adanya infeksi piogenik. Selain itu keterlibatan dua atau lebih corpus vertebra yang
berdekatan lebih menunjukkan adanya infeksi tuberkulosa daripada infeksi
bakterial lain.

2. Tumor/penyakit keganasan (leukemia, Hodgkin’s disease, eosinophilic


granuloma, aneurysma bone cyst dan Ewing’s sarcoma)Metastase dapat
menyebabkan destruksi dan kolapsnya corpus vertebra tetapi berbeda dengan
spondilitis tuberkulosa karena ruang diskusnya tetap dipertahankan. Secara
radiologis kelainan karena infeksi mempunyai bentuk yang lebih difus sementara
untuk tumor tampak suatu lesi yang berbatas jelas.
3. Scheuermann’s disease

mudah dibedakan dari spondilitis tuberkulosa oleh karena tidak adanya


penipisan korpus vertebrae kecuali di bagian sudut superior dan inferior bagian
anterior dan tidak terbentuk abses paraspinal.
Komplikasi
1. Cedera corda spinalis (spinal cord injury).

Dapat terjadi karena adanya tekanan ekstradural sekunder karena pus


tuberkulosa, sekuestra tulang, sekuester dari diskus intervertebralis (contoh : Pott’s
paraplegia – prognosa baik) atau dapat juga langsung karena keterlibatan korda
spinalis oleh jaringan granulasi tuberkulosa (contoh : menigomyelitis – prognosa
buruk). Jika cepat diterapi sering berespon baik (berbeda dengan kondisi paralisis
pada tumor). MRI dan mielografi dapat membantu membedakan paraplegi karena
tekanan atau karena invasi dura dan corda spinalis.

2. Empyema tuberkulosa

Karena rupturnya abses paravertebral di torakal ke dalam pleura.


Gejala
1. Gejala umum

Memperlihatkan gejala sakit kronik dan mudah lelah, demam terutama pada
malam hari, anoreksia, berat badan turun, keringat pada malam hari, takikardia
dan anemia.

1. Gejala lokal

Nyeri dan kaku punggung merupakan keluhan utama. Nyeri dapat dirasakan
terlokalisir di sekitar lesi atau berupa nyeri menjalar sesuai saraf yang
terangsang. Pada daerah lumbosakral ditemukan gejala seperti deformitas,
nyeri sampai ekstremitas bawah, abses psoas gangguan gerak pada sendi
panggul.
Daftar pustaka
1. Anil K, Jail MS. Treatment of tuberculosis of the spine with neurologic
complication. Clinical orthopaedics and related research 2002; 398:75-84.
2. Moon MS. Tuberculosis of the spine. Controversies and a new challenge. Spine:
1997; 15: 1791-7.
3. Müller I. Mistakes in the diagnosis and treatment of tuberculous spondylitis. A
case study. Scripta Medica (Brno) 2000; 3:157 –60.
4. Vali ·P, Chaloupka R. Management of tuberculous spondylitis. Scripta Medica
(Brno) 2000;3:165–8

Anda mungkin juga menyukai