Anda di halaman 1dari 28

LARUTAN

Larutan adalah
campuran yang bersifat
homogen antara
molekul, atom ataupun
ion dari dua zat atau
lebih.
Sifat Dasar Larutan

Disebut homogen karena susunanya begitu seragam


sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian
yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis
sekalipun.

• Fase larutan dapat berwujud gas, padat ataupun cair.


Larutan gas misalnya udara. Larutan padat misalnya
perunggu, amalgam dan paduan logam yang lain.
Larutan cair misalnya air laut, larutan gula dalam air,
dan lain-lain.

• Komponen larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat


terlarut (solute).
Jenis-jenis larutan
Larutan dapat diklasifikasikan misalnya
berdasarkan fase zat terlarut dan pelarutnya.
Tabel berikut menunjukkan contoh-contoh
larutan berdasarkan fase komponen-
komponennya.

Contoh larutan
PELARUT ZAT TERLARUT
GAS CAIRAN PADATAN

GAS Udara (oksigen dan Uap air di udara


Bau suatu zat padat
gas-gas lain dalam (kelembapan)
yang timbul dari
nitrogen)
larutnya molekul
padatan tersebut di
udara

CAIRAN Etanol dalam air;


Sukrosa (gula) dalam
campuran berbagai
Air terkarbonasi air; natrium klorida
hidrokarbon (minyak
(karbon dioksida bumi) (garam dapur) dalam
dalam air) air; amalgam emas
dalam raksa

PADATAN Aloi logam seperti


baja dan duralumin
Hidrogen larut dalam
Air dalam arang aktif;
logam, misalnya
uap air dalam kayu
platina
• Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan antara lain
jenis zat terlarut, jenis pelarut, temperatur, dan
tekanan.

a. Pengaruh Jenis Zat pada Kelarutan


• Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip umumnya
dapat saling bercampur dengan baik, sedangkan zat-zat
yang struktur kimianya berbeda umumnya kurang
dapat saling bercampur (like dissolves like). Senyawa
yang bersifat polar akan mudah larut dalam pelarut
polar, sedangkan senyawa nonpolar akan mudah larut
dalam pelarut nonpolar. Contohnya alkohol dan air
bercampur sempurna (completely miscible), air dan
eter bercampur sebagian (partially miscible),
sedangkan minyak dan air tidak bercampur
(completely immiscible).
b. Pengaruh Temperatur pada Kelarutan
Kelarutan gas umumnya berkurang pada temperatur yang
lebih tinggi. Jika salah satu proses bersifat endoterm, maka
proses sebaliknya bersifat eksoterm.
Jika temperatur dinaikkan, maka sesuai dengan azas Le
Chatelier (Henri Louis Le Chatelier: 1850-1936) kesetimbangan
itu bergeser ke arah proses endoterm. Jadi jika proses
pelarutan bersifat endoterm, maka kelarutannya bertambah
pada temperatur yang lebih tinggi. Sebaliknya jika proses
pelarutan bersifat eksoterm, maka kelarutannya berkurang
pada suhu yang lebih tinggi.
c. Pengaruh tekanan pada kelarutan
• Perubahan tekanan pengaruhnya kecil terhadap
kelarutan zat cair atau padat. Perubahan tekanan
sebesar 500 atm hanya merubah kelarutan NaCl sekitar
2,3 % dan NH4Cl sekitar 5,1 %. Kelarutan gas sebanding
dengan tekanan partial gas itu.
• Menurut hukum Henry (William Henry: 1774-1836)
massa gas yang melarut dalam sejumlah tertentu
cairan (pelarutnya) berbanding lurus dengan tekanan
yang dilakukan oleh gas itu (tekanan partial), yang
berada dalam kesetimbangan dengan larutan itu.
Contohnya kelarutan oksigen dalam air bertambah
menjadi 5 kali jika tekanan partial-nya dinaikkan 5 kali.
Hukum ini tidak berlaku untuk gas yang bereaksi
dengan pelarut, misalnya HCl atau NH3 dalam air.
Konsentrasi Larutan

• Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya


zat terlarut dalam sejumlah tertentu larutan.

• Konsentrasi dinyatakan dalam satuan


konsentrasi
A. SATUAN KONSENTRASI
1. Persentase (%) : jumlah gram zat terlarut
dalam tiap 100 gram larutan.
2. Fraksi mol (X) : perbandingan jumlah mol
suatu zat dalam larutan terhadap jumlah
mol seluruh zat dalam larutan.
3. Kemolaran (M) : jumlah mol zat terlarut
dalam tiap liter larutan.
4. Kemolalan (m) : jumlah mol zat terlarut
dalam tiap 1000 gram pelarut.
5. Kenormalan (N) : jumlah grek zat terlarut
dalam tiap liter larutan.
Mol ( n )
Simbol satuan : n
Mol adalah massa (gram) suatu zat dibagi dengan massa molekul relatif / berat
molekul suatu zat.
Rumus :

Dimana :
n = mol suatu zat (mol)
gr = massa suatu zat (gr)
Mr = massa molekul relatif suatu zat (gr/mol)

Mol ekivalen adalah jumlah mol dikali dengan jumlah ion H+ atau ion OH-
Apabila mol zat terlarut mengandung a ion H+ atau ion OH-, maka rumus mol
ekivalen adalah

Dimana : a = ekivalen suatu zat

untuk kimia asam, 1 mol ekivalen = 1 mol ion H+


untuk kimia basa, 1 mol ekivalen = 1 mol ion OH-
Contoh :
1. Berapa jumlah mol dari 4 gram NaOH dengan Mr = 40 gr/mol ?
n = 4 / 40 = 0.1 mol
2. Berapa jumlah mol ekivalen dari 8 gram NaOH ?
mol ekivalen = n x a
= 8/40 x 1 = 0,2 mol ek
Molalitas ( m )
Simbol satuan : m
Molalitas adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut.
Rumus :

Dimana :
m = molalitas suatu zat ( molal )
n = mol suatu zat ( mol )
p = massa pelarut ( gr )

Contoh :
1. 40 gram NaOH dilarutkan dalam 2 kg air, Mr NaOH = 40 gr/mol.
Berapa molalitas NaOH ?
m = n/p
m = ( 40 x 1000 ) / ( 40 x 2000 )
= 40000/ 80000 = 0.5 molal
Molaritas ( M )
Simbol satuan : M
Molaritas adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan atau 1 mmol zat
terlarut dalam 1 ml larutan. Satuan molaritas adalah mol/L.
Rumus :

Dimana :
M = molaritas suatu zat (mol/L)
gr = massa suatu zat (gram)
Mr = massa molekul relatif suatu zat (gr/mol)
V = volume larutan (ml)
Contoh :
1. NaOH 1 M artinya bahwa untuk setiap 1 liter (1000 ml) larutan ini
mengandung 1 mol NaOH ((atau 40 gram NaOH).
2. 117 gram NaCl ( Mr =58.5gr/mol) dilarutkan dengan aquadest sampai
volume 500 ml. Berapa M NaCl ?
M = (gr x1000) / (Mr x V)
M = ( 117 x1000) / (58.5 x 500)
M = 4 mol/L
Normalitas ( N )
Simbol satuan : N
Normalitas adalah jumlah mol ekivalen zat terlarut dalam 1 liter larutan. Satuan
normalitas adalah mol ek/L.
Rumus :

Dimana :
N = normalitas ( mol ek/L)
n = mol suatu zat (mol)
a = ekivalen suatu zat
V = volume larutan (liter)

Contoh :
1. KOH sebanyak 28 gram dilarutkan dengan aquadest sampai volume 1000 ml ( 1 liter ),
Mr KOH=56 gr/mol. Berapa normalitas KOH ?
N = (n x a) / V
N = (gr x a) / (Mr x V)
N = (28 x 1) / (56 x1)
N = 0.5 mol ek/L
Part Per Million ( ppm )
Simbol satuan = ppm
Part per million (ppm) atau dalam bahasa indonesia bagian per juta (bpj) adalah
satuan konsentrasi yang menyatakan perbandingan bagian dalam 1 juta bagian yang
lain.
ppm dinyatakan dengan satuan mg/kg atau mg/L.

Contoh :
1. Suatu air minum mengandung besi sebesar 3 ppm artinya bahwa setiap 1 liter air
minum tersebut ( massa jenis air =1) mengandung 3 mg besi.
Persen Massa
Simbol satuan : % (b/b)

Contoh :
1. NaOH 40% (massa) diartikan bahwa dalam setiap 100 gram larutan ini
mengandung 40 gram NaOH.
2. 20 ml H2SO4 95% ( massa jenis=1.834) terlarut dalam 100 ml air ( massa jenis
air=1), maka konsentrasi larutan asam sulfat dalam % dapat ditentukan dengan
perhitungan berikut :
Persen Volum
Simbol satuan : % (v/v)

Contoh :
1. Alkohol 75% (volum) diartikan bahwa dalam setiap 100 ml larutan ini mengandung
75% alkohol dan 25% air.
2. 25 ml alkohol 96% dicampur dengan air 75 ml, maka konsentrasi larutan alkohol
dapat ditentukan dengan perhitungan berikut :
Persen massa (%m/m)
Persen massa menunjukkan massa suatu zat dalam 100 gram larutannya. Secara
matematis, persen massa dirumuskan sebagai berikut.

Persen volume (% V/V)


Persen volume adalah satuan yang menunjukkan volume suatu zat dalam 100 mL
larutannya. Secara matematis, persen volume dirumuskan sebagai berikut.
Fraksi mol
Fraksi mol merupakan satuan konsentrasi yang menunjukkan perbandingan antara
konsentrasi mol zat terlarut atau pelarut terhadap larutannya. Adapun persamaan
fraksi mol adalah sebagai berikut.

Keterangan:

Xt = fraksi mol zat terlarut;

Xp = fraksi mol pelarut;

nt = mol zat terlarut; dan

np = mol zat pelarut.


RUMUS –RUMUS :
• % = gram zat terlarut x 100 %
gram larutan
• X = mol suatu zat : mol seluruh zat
• M = mol : liter
= mmol : ml
• M = (1000 : p) X (gram : BM)
• N = grek : liter
= mgrek : ml
• Grek = mol x jumlah H+ atau OH -
MASALAH KONSENTRASI

• Perhitungan jumlah zat terlarut:


Mol zat terlarut = liter x M
• Pengenceran Larutan:
V1M1 = V2 M2
• Pencampuran konsentrasi yang berbeda:
M camp = V1 M1 + V2M2
V1 + V 2
ELEKTROLIT

• Definisi : zat yang jika dilarutkan ke dalam


air akan terurai menjadi ion-ion
(terionisasi), sehingga dapat
menghantarkan listrik.
• Elektrolit kuat : zat yang dalam air akan
terurai seluruhnya menjadi ion-ion
(terionisasi sempurna)
• Elektrolit lemah : zat yang dalam air tidak
seluruhnya terurai menjadi ion-ion
(terionisasi sebagian)
ELEKTROLIT KUAT : ELEKTROLIT LEMAH :

1. Asam-asam kuat ( asam 1. Asam –asam lainnya


halogen, HNO3, H2SO4 ) adalah asam-asam lemah.
2. Basa-basa kuat ( Basa 2. Basa-basa lainnya adalah
alkali, Sr(OH)2, Ba(OH)2 ) basa-basa lemah.
3. Garam yang tergolong
3. Hampir semua garam elektrolit lemah adalah
adalah elektrolit kuat garam merkuri (II)
4. Reaksinya berkesudahan 4. Reaksinya kesetimbangan
(berlangsung sempurna ke (elektrolit hanya
arah kanan) terionisasi sebagian).
PERBANDINGAN :

• Besaran lain untuk menentukan kekuatan


elektrolit adalah DERAJAD IONISASI (α )
• α = mol zat yang terionisasi dibagi mol zat
yang dilarutkan.
• Elektrolit kuat : α = 1
• Elektrolit lemah : 0 < α < 1
• Non Elektrolit : α = 0
PH

• H2O memiliki sedikit sifat elektrolit,


artinya air dapat terionisasi menghasilkan
ion H+ dan ion OH-
• Jika air dilarutkan asam, maka asam akan
melepaskan ion H+
• Jika air dilarutkan basa, maka basa akan
melepaskan ion OH-
• Jadi besarnya [H+] dalam larutan dapat
digunakan untuk menyatakan larutan basa,
asam atau netral.
• Ingat : Larutan netral : pH =7
Larutan asam : pH < 7
Larutan basa : pH > 7

• Makin rendah harga pH larutan makin bersifat


asam dan sebaliknya makin tinggi bersifat
basa.

Anda mungkin juga menyukai