Anda di halaman 1dari 65

PENDIDIKAN ETIKA DI SEKOLAH

UNTUK
MEMBANGUN KARAKTER BANGSA

Oleh : Dr. Poncojari Wahyono, M.Kes


Prodi Biologi FKIP UMM
Latar Belakang
 Karakter bangsa merupakan aspek penting dari kualitas SDM karena turut
menentukan kemajuan suatu bangsa. Karakter yang berkualitas perlu dibentuk
dan dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan masa emas namun kritis bagi
pembentukan karakter seseorang.
 Thomas Lickona (seorang profesor pendidikan dari Cortland University)
mengungkapkan bahwa ada sepuluh tanda jaman yang kini terjadi, tetapi harus
diwaspadai karena dapat membawa bangsa menuju jurang kehancuran. 10
tanda jaman itu adalah:

(1) meningkatnya kekerasan di kalangan remaja/masyarakat;


(2) penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk/tidak baku;
(3) pengaruh peer-group (geng) dalam tindak kekerasan, menguat;
(4) meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba; alkohol
dan seks bebas;
(5) semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk;
(6) menurunnya etos kerja;
(7) semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru;
(8) rendahnya rasa tanggung jawab individu dan kelompok;
(9) membudayanya kebohongan/ketidakjujuran, dan
(10) adanya rasa saling curiga dan kebencian antar sesama.
I. LATAR BELAKANG PENELITIAN Etika : pelajaran tingkah laku ideal
& pengetahuan yang baik dan
Fakta Empiris: buruk.
Tindakan: Etika : menggambarkan tindakan
Banyak pelanggaran etika kuratif
Pendidikan agama mulai yang benar atau salah dan apa
anak2, remaja dan juga orang sd s/d PT; yang harus orang lakukan atau
tua; Sudah ada tindakan
tidak.
Etika penting karena merupakan
Hukum
Karakter bangsa belum dijiwai kesepakatan pada kebiasan
oleh masyarakat indonesia manusia, bagaimana modelnya,
bagaimana ia menunjukkan
secara keseluruhan. dirinya sendiri, dengan segala sisi
baik dan buruk.

PERLU UPAYA Pendidikan Etika


Radikal bebas PREVENTIF
penyebab
sebagai salah satu
penuaan kulit alternatif tindakan
preventif

Namun demikian, sejauh ini


belum ada penjelasan tentang
perlunya Pendidikan Etika
untuk membangun karakter
bangsa kedalam Kurikulum di
Sekolah.
Tujuan Penelitian

• Secara umum penelitian ini bertujuan untuk


memperoleh gambaran pandangan dari
Mahasiswa di Kota Malang terhadap
pendidikan etika dalam membangun karakter
bangsa dan tentang kemungkinannya untuk
dimasukkan ke dalam Kurikulum sekolah.
Desain dan Metode Penelitian

Populasi Mahasiswa FKIP UMM

JUMLAH SAMPEL: 306 mhs

Analisis deskriptif
Kuantitatif
-------
Uji X2

10
Hasil Penelitian dan Pembahasan

Gambaran Umum Responden


• Dari 306 mahasiswa FKIP yang dijadikan
sampel penelitian, yang terdiri dari 58 laki-laki
dan 248 perempuan, diperoleh data bahwa
rata-rata berusia 20,5 tahun, dengan usia yang
paling muda adalah 19 tahun dan usia yang
paling tua 22 tahun
Tabel 1. Distribusi Jenis Kelamin Responden
pada masing-masing jurusan

Jenis Jurusan laki2 Perempuan


frekuensi % frekuensi %
MIPA (PS Matematika dan Biologi) 30 29,41 102 70,59
Bahasa dan IPS (bahasa Inggris, 28 16,09 146 83,91
bhs Indonesia dan Civic hukum)
total 58 18,95 248 81,05
Belahan Otak
Organ Organ
Kiri kanan

Kedudukan : Kedudukan :
sebagai sebagai
Khalifah hamba

Sikap :
Sikap :
Bebas, Jalan
Patuh, disiplin,
sendiri, Bertanya
penurut

Motivasi : Motivasi :
Internal Eksternal

(Rachman, 2009)
Ragam Potensi Kecerdasan Anak
Potensi Jasmani
•Sehatsecara medis
•Tahan cuaca
Potensi Spiritual
•Tahan bekerja keras
• Mampu menghadirkan
Tuhan/Keimanan dalam setiap
aktifitas. Potensi Perasaan
• Kegemaran berbuat untuk • Mengendalikan emosi
Allah. • Mengerti perasaan
• Disiplin Beribadah orang lain
• Sabar berupaya • Senang bekerjasama
• Berterima kasih/bersyukur atas • Menunda kepuasan
pemberian Tuhan kepada kita. sesaat
• Berkepribadian stabil

Potensi sosial
Potensi Akal • Senang berkomunikasi
•Kemampuan berhitung • Senang menolong
•Kemampuan Verbal • Senang berteman
•Kemamuan spasial • Senang membuat orang
•Kemampuan Membedakan lain senang
•Kemampuan membuat daftar • Senang bekerjsama
prioritas.
Kecenderungan Sikap
Tidak Stabil
Sangat Murung, Tegang
Tidak Bersemangat, Perasa Tidak Tenang;
penuh perhitungan, Agresif Negatif;
Kaku, Dingin, Pendiam, Berubah-ubah
Pasif
Penyedih Bergejolak
/Dingin /Panas
Introvert Ekstrovet
Hati-hati; Tenggang
Berhati Tenang, Bersemangat Optimis; Aktif
Rasa; Damai; Sejuk Gembira Bermasyarakat;
Terkendali Penuh Semangat Orientasi
Dapat dipercaya; Hangat Bergembira;
Emosi Seimbang Pemimpin Merdeka;
Fleksibel/Memahami
Perbedaan; Senang
Berkomunikasi
Stabil
Tabel 2. Distribusi pengetahuan Responden tentang
Pendidikan Etika dalam membangun karakter
Pengetahuan (Persepsi) Frekuensi %
baik 222 72,55
cukup 84 17,45

?
Setiap Anak, lahir ke dunia ini…
 Dengan membawa nilai-nilai
kehidupan…
 Setiap anak, pada dasarnya sangat
jujur… mempunyai rasa keadilan…
penuh kasih sayang, … yang
ditanam oleh PENCIPTA di dalam
kodrat setiap orang.
 Setiap orang dilengkapi oleh
POTENSI bawaan (untuk berpikir,
merasa & mampu berprilaku) baik

Namun demikian, …
 Bagaimana seorang anak
mengembangkan watak
suka berbohong… perilaku-
perilaku negatif (seperti
suka marah, mengamuk,
keras kepala, suka
mengejek dan memukul
temannya…?)
 Apakah ini karakter
bawaan?
LIMA SISTEM EKOLOGI MENURUT BRONFENBRENNER
Perilaku yang terus diulang-ulang, makin lama makin tertanam
dalam, menjadi kebiasaan, kemudian menjadi sifat … dan menjadi
bagian dari kepribadian…
Upaya penanaman nilai, yang terus-
menerus tanpa henti-henti dalam
kebersamaan … pelan-pelan akan
berhasil tertanam makin lama makin
dalam, membentuk sifat, kebiasaan dan
kepribadian
Etika hanya dapat ditumbuhkan dari dalam diri anak,
melalui pengalaman langsung (baik di rumah, pun di
sekolah) Hingga anak memiliki kepekaan (etika)
misalnya cara minta sesuatu, “selalu dengan mengatakan
minta tolong…”
Membuang sampah, selalu pada
tempat sampah
Tabel 3. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang
Pendidikan Etika dalam membangun Karakter Bangsa
berdasarkan PS yang ditempuh
Pengetahuan Baik cukup

Jurusan
MIPA (matematika dan Biologi) 36 96
Bahasa-IPS (bhs Ind, Bhs Ing dan CH) 48 126
X2 hitung = 4,8 > X2 (1;0,95) = 3,84
• Dari hasil penelitian didapat bahwa pengetahuan
responden tentang pendidikan etika sudah baik.
Jenis Jurusan yang ditempuh ternyata
membedakan pengetahuan responden tentang
pendidikan etika. Responden dari jurusan Bahasa
dan Sosial mempunyai pengetahuan yang agak
lebih tinggi dibandingkan responden jurusan
MIPA , kondisi ini dimungkinkan karena di jurusan
Bahasa dan IPS ada mata kuliah-mata kuliah yang
terkait dengan pendidikan etika, sehingga sangat
wajar kalau pengetahuan tentang etika mereka
agak lebih tinggi.
PENGERTIAN

Etika -- bahasa Yunani: Ethos = kebiasaan atau watak.


bahasa Perancis: etiquette = etiket berarti kebiasaan atau
cara bergaul, berprilaku yang baik.
Etika lebih merupakan pola perilaku atau kebiasaan yang baik dan
dapat diterima oleh lingkungan, pergaulan seseorang atau sesuatu
organisasi tertentu, pandangannya, seseorang dapat menilai apakah
etika yang digunakan atau diterapkan itu bersifat baik atau buruk.

(Sinurat, 2009)
Skema Etika :

Etika Umum Etika Individual Sikap thd sesama Biomedis


Etika Keluarga Bisnis
Etika Sosial Etika Gender Hukum
Etika Etika Profesi Ilmu Pengetahuan
Etika Politik
Etika Lingkungan Kritik Ideologi Pendidikan
Etika Khusus Dsb
Pengertian Etika
Kamus besar bahasa indonesia terbitan departemen
P&K (1988) merumuskan pengertian etika dalam tiga
arti sbb :

• Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang


hak dan kewajiban moral
• Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlak
• Nilai mengenai benar dan salah yang dianut
masyarakat
Menurut Salomon (2001), etika dapat dikelompokan
menjadi dua definisi :
• Etika merupakan karakter individu, dalam hal ini
termasuk bahwa orang yang beretika adalah orang
yang baik. Pengertian ini disebut pemahaman
manusia sebagai individu yang beretika
• Etika merupakan hukum sosial. Etika merupakan
hukum yang mengatur, mengendalikan serta
membatasi perilaku manusia
Etika, Filsafat, dan Ilmu Pengetahuan

FILSAFAT

ETIKA

Ilmu Pengetahuan
Jaringan Norma-Norma

Khusus: Aturan bahasa


Berlaku dalam Aturan Permainan
Situasi tertentu Tata Tertib

Norma: Aturan Tindakan untuk


Ukuran Etiket Sopan Santun
Tindakan
Umum: Aturan Tindakan untuk
Berlaku dalam Hukum Ketertiban Umum
Segala situasi

Moral Aturan Tindakan untuk


Kebaikan Manusia
Norma Khusus Vs Norma Umum
• Pak Imam adalah seorang dosen yang buruk, karena
dalam mengajar selalu dengan cara membaca teks
sehingga membuat mahasiswanya mengantuk.
• Tetapi ia orang yang sopan karena memakai baju
yang rapih dan selalu menyapa orang dengan ramah.
Selain itu ia jujur dan dapat dipercaya. Ia selalu
bersikap adil.
• Secara khusus, sebagai dosen, pak Imam itu buruk.
Tetapi secara umum ia orang yang sopan dan baik
hati.
Etika dan Hukum

• Etika dan hukum sama sekali


tidak mempunyai hubungan.
• Kalaupun ada, bisa disebut etika
sebagai hukum non-formal yang
sangat longgar.
Etika Vs Hukum
• Berdasarkan • Diundangkan
kesepakatan secara formal
yang longgar. dan tegas.
• Tidak memiliki • Tuntutan
sangsi sangsinya
jelas.
Etika dan Moral
• Sama-sama menyangkut prilaku dari
manusia. Hewan tidak memerlukan
etiket, apalagi moral.
• Sama-sama mengatur tindakan manusia
secara normatif, dengan ukurannya
sendiri-sendiri.
Etika Vs Moral
• Hanya menilai cara • Menilai substansi
bertindak tindakan
• Hanya berlaku • Berlaku sepanjang
dalam pergaulan hidup (ada atau
(ketika ada orang tidak ada orang
lain)
lain)
• Sangat relatif,
tergantung budaya • Lebih bersifat
• Menilai segi universal
lahiriah dari • Menyangkut
manusia manusia dari
dalamnya.
Tabel 4. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang
Pendidikan etika dalam membangun Karakter Bangsa
berdasarkan Semester Kuliah yang ditempuh
Pengetahuan cukup baik

Jenis kelamin
Semester II 25 102
Semester III s/d VIII 59 120
X2 hitung = 2,50 >2 (1;0,95) = 3,84
• Dilihat dari semester dimana responden sedang
menempuh kuliah ternyata juga tidak
membedakan pengetahuan responden tentang
pendidikan etika. Hal ini dimungkinkan karena
responden baik yang berasal dari mahasiswa
semester II maupun dengan mahasiswa semester
diatasnya dapat memperoleh pendidikan etika
melalui media massa, majalah, pendidikan-
pendidikan diluar formal, tanpa mereka
memperoleh di bangku perkuliahan.
Hakekat Karakter
• Karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang
melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan Philips,2008).
Koesoema A (2007) memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian.
Kepribadian dianggap sebagai ”ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau sifat khas
dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari
lingkungan,
• Winnie (2005), memahami bahwa istilah karakter memiliki dua pengertian
tentang karakter. Pertama, ia menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah
laku. Apabila seseorang berperilaku tidak jujur, kejam, atau rakus, tentulah
orang tersebut memanifestasikan perilaku buruk. Sebaliknya, apabila seseorang
berperilaku jujur, suka menolong, tentulah orang tersebut memanifestasikan
karakter mulia. Kedua, istilah karakter erat kaitannya dengan ‘personality’.
Seseorang baru bisa disebut ‘orang yang berkarakter’ (a person of character)
apabila tingkah lakunya sesuai kaidah moral.
• Karakter lebih dekat dengan akhlaq, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap,
atau melakukan perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga
ketika muncul tidak perlu dipikirkan laig (Imam Ghozali).
Hakekat Karakter
Dari pendapat di atas difahami bahwa karakter itu
berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi
‘positif’, bukan netral. Jadi, ‘orang berkarakter’
adalah orang yang mempunyai kualitas moral
(tertentu) positif. Dengan demikian, pendidikan
membangun karakter, secara implisit
mengandung arti membangun sifat atau pola
perilaku yang didasari atau berkaitan dengan
dimensi moral yang positif atau baik, bukan yang
negatif atau buruk (Anwar,2009).
FUNGSI
FUNGSIKARAKTER
KARAKTER
 Selain memperkecil resiko kehancuran, karakter juga menjadi
modal yang sangat penting untuk bersaing dan bekerja sama
secara tangguh dan terhormat di tengah-tengah bangsa lain.
 Karakterlah yang membuat bangsa Jepang cepat bangkit
sesudah kekalahannya dalam Perang Dunia II dan meraih kembali
martabatnya di dunia internasional.
 Karakterlah yang membuat bangsa Vietnam tidak bisa
ditaklukkan, bahkan mengalahkan dua bangsa yang secara
teknologi dan ekonomi jauh lebih maju, yaitu Perancis dan
Amerika.
 Pembangunan karakterlah yang membuat Korea Selatan
sekarang jauh lebih maju dari Indonesia, walaupun pada tahun
1962 keadaan kedua negara secara ekonomi dan teknologi
hampir sama.
 Pembangunan karakterlah yang membuat para pejuang
kemerdekaan berhasil menghantar bangsa Indonesia ke gerbang
kemerdekaannya (Gedhe Raka, 1997 ).
Taburlah pemikiran maka Anda akan menuai tindakan;
Taburlah tindakan dan Anda akan menuai kebiasaan;
Taburlah kebiasaan dan Anda akan menuai karakter;
Taburlah karakter dan Anda akan menuai masa depan.
Ralph Waldo Emerson
Tabel 5.
Sikap responden tentang pendidikan etika dalam
membangun Karakter Bangsa di sekolah
No URAIAN Setuju Tidak
f % f %
1 Perlunya pendidikan etika di sekolah dasar 306 100 0 0
dan menengah
2 Pendidikan etika menjadi pelajaran 156 50, 98 150 49,02
tersendiri di sekolah
3 Pendidikan etika di sekolah memuat 300 98, 04 6 1,96
penanaman moral, etika dan agama
4 Pendidikan etika memuat pencegahan 302 98,69 4 1,31
terhadap tindak kejahatan .
5 Terjadinya kenakalan remaja karena tidak 138 45,09 168 54,91
adanya pendidikan etika di sekolah
6 Pendidikan etika akan meningkatkan akhlak 297 97,06 9 2,94
dan budi pekerti pada siswa.
ARAHAN RPJPN 2005-2025

MISI 2005-2025
1. Mewujudkan masyarakat berakhlak Tujuan negara
mulia, bermoral, beretika,
(UUD 45)
berbudaya, beradab VISI
2. Mewujudkan bangsa yang berdaya 2005-2025 • Melindungi
saing
3. Mewujudkan masyarakat demokratis MAJU tumpah darah
berlandaskan hukum
MANDIRI • Memajukan
4. Mewujudkan Indonesia aman, damai,
dan bersatu kesejahteraan
5. Mewujudkan pemerataan
ADIL umum
pembangunan dan berkeadilan
MAKMUR • Mencerdaskan
6. Mewujudkan Indonesia asri dan
lestari
kehidupan
7. Mewujudkan Indonesia menjadi
bangsa
negara kepulauan yang mandiri, • Ikut
maju, kuat, dan berbasiskan
kepentingan nasional melaksanakan
8. Mewujudkan Indonesia berperan ketertiban
penting dalam pergaulan dunia dunia
internasional 49
MISI 1: Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral,
beretika, berbudaya, beradab

SASARAN POKOK ARAH PEMBANGUNAN

Karakter Bangsa:
Pembangunan Agama:
 Tangguh - Agama sbg landasan moral & etika
 Kompetitif - Membina akhlak mulia, etos kerja, menghargai
 Akhlak Mulia prestasi
- Meningkatkan kerukunan hidup, saling percaya
 Bermoral dan harmonisasi
Mantapnya budaya Pembangunan & Pemantapan Jati Diri Bangsa:
bangsa: - Karakter bangsa & sistem sosial berakar, unik,
 Peradaban modern, unggul
 Harkat - Pembangunan olahraga: peningkatan budaya dan
prestasi olahraga
 Martabat
Pengembangan budaya inovatif berorientasi Iptek:
 Jati diri - Penghargaan masyarakat terhadap Iptek
 Kepribadian - Pengembangan tradisi iptek
- Pengungkapan kreativitas melalui kesenian
50
Peran Pembangunan SDM terhadap Misi Pembangunan
Misi 1:
Misi 8: Berakhlak,
Peran dalam bermoral,
Pergaulan beretika,
Internasional berbudaya

Akhlak Mulia Misi 2:


Kreatif
Misi 7: Berpendidikan Bangsa
Harkat Sehat
Neg. kepulauan Jatidiri Kompetitif Berdaya
yg mandiri, Martabat Berpendidikan Saing
maju, kuat Etos Kerja Kreatif
Berpendidikan Orientasi Iptek
Kompetitif Tangguh

Sumber Daya
Jatidiri Maju
Mandiri
Insan Saling percaya
Adil
Makmur Berpendidikan Misi 3:
Misi 6:
Asri dan Harmonis Demokratis
Bermoral Rukun berlandaskan
Lestari Harmonis Hukum
Akhlak Mulia
Toleran Harmonis
Kualitas hidup Saling percaya
Misi 5: Perempuan & Anak Misi 4:
Pemerataan Aman,
Pembangunan Damai,
& Berkeadilan Bersatu
Kerangka Pikir Pembangunan Manusia Indonesia

LINGKUNGAN STRATEGIS (Peluang dan Tantangan)


Kelembagaan Kesetaraan gender
Demokratisasi Globalisasi
Desentralisasi Komitmen global
Kesinambungan fiskal Penyakit lintas negara

ISU STRATEGIS
 Jumlah dan struktur MANUSIA
umur penduduk INDONESIA
ANALISA SITUASI  Karakter manusia MASA DEPAN
Indonesia SASARAN Tangguh
 Kondisi manusia  Akses dan kualitas RPJM Berkompetitif
Indonesia saat ini
 Faktor-faktor yang pelayanan sosial dasar 2010-2014 Berakhlak Mulia
berpengaruh  Kesenjangan Bermoral
 IPM, IPG, IKM PEMBANGUNAN MANUSIA Sehat
INDONESIA Berpendidikan
• Arah Kebijakan
• Strategi
• Program
• Kegiatan

LANDASAN HUKUM
•UUD 1945 - UU Kesehatan
RPJPN 2005-2025 - UU Pendidikan
RPJM 2005-2009 - dll
5 faktor krusial untuk meningkatkan &
menganalisa profesionalisme

Habits / Kebiasaan

Knowledge
Attitude / Sikap
/ Ilmu Pengetahuan
Profesionalism

Skill / Keterampilan
Ethic / Etika

(Rachman,2010)
PROSES PEMBUDAYAAN DAN
PEMBERDAYAAN MENUJU PERAN
PENDIDIK
PRILAKU BERKARAKTER

Agama, Pancasila,
UUD 1945,
UU No. 20/2003 ttg
PENDIDIKAN FORMAL & NON FORMAL
Sisdiknas

Teori SATUAN KELUARGA MASYA-


Nilai-nilai Perilaku
Pendidikan,
Psikologi, Luhur PENDIDIKAN RAKAT Berkarakter
Nilai, Sosial
Budaya

Pengalaman terbaik PENDIDIKAN INFORMAL


(best practices)dan
praktik nyata

PERANGKAT PENDUKUNG
Kebijakan, Pedoman, Sumber Daya,
Lingkungan, Sarana dan Prasarana,
Kebersamaan, Komitmen pemangku
kepentingan.
(Suyatno, 2010) 54
STRATEGI MIKRO DI SEKOLAH

Integrasi ke dalam KBM Pembiasaan dalam kehidupan


pada setiap Mapel keseharian di satuan pendidikan

BUDAYA SEKOLAH: KEGIATAN


KEGIATAN
(KEGIATAN/KEHIDUPAN KESEHARIAN DI
EKSTRA
KESEHARIAN DI SATUAN KURIKULER RUMAH
PENDIDIKAN)

Integrasi ke dalam kegiatan


Ektrakurikuler Pramuka, Olahraga,
Karya Tulis, Dsb. Penerapan pembiasaan
kehidupan keseharian di rumah
yang sama dengan di satuan
pendidikan 55
Pendidikan Komprehensif:
Ilmu Pengetahuan, Budi Pekerti (Akhlak, Karakter), Kreativitas, Inovatif
“…pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya
budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect), dan tubuh anak.
Bagian-bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan
kesempurnaan hidup anak-anak kita..” (Ki Hajar Dewantoro)

PT Pendidikan
AKADEMIK
DSB
SMA

SMP

Pendidikan
SD KARAKTER
PENDIDIKAN
KARAKTER ITU APA?

Upaya terencana untuk membantu orang untuk


memahami, peduli, dan bertindak atas nilai-nilai
etika/ moral.

Mengajarkan kebiasaan berpikir dan berbuat yang


membantu orang hidup dan bekerja bersama-sama
sebagai keluarga, teman, tetangga, masyarakat, dan
bangsa.
Perkembangan hubungan
antara siswa, guru, dan
masyarakat
Kelas
demokrasi Masyarakat peserta
didik yang peduli

Kerjasama dan IMPLEMENTASI


Pembelajaran
kolaborasi PENDIDIKAN emosional dan sosial
KARAKTER

Keadilan, rasa hormat,


Fokus dalam
dan kejujuran
memecahkan
masalah
Kesempatan
mempraktekkan
prilaku moralnya
Memperhatik
-an keunikan
siswa
Menciptakan
lingkungan
belajar
Menerapkan metode
menjadi model
pembelajaran

Menjelaskan nilai
baik dan buruk
PERAN
Melakukan refleksi
GURU
SEBAGAI Memberikan pemahaman
PENDIDIK
Menjadi model bagi siswa

Terlibat dalam proses pembelajaran


PILAR-PILAR
PENGEMBANGAN KARAKTER

Nilai-nilai Luhur Lembaga


Pilar Peran Pendidik
Pendidikan
 terlibat dalam proses pembelajaran

 menjadi contoh tauladan kepada siswanya


dalam berprilaku dan bercakap
Religius Keluarga
Pendidikan  mendorong siswa aktif dalam pembelajaran
formal dan melalui penggunaan metode pembelajaran
Pendidikan non yang variatif
formal  mendorong dan membuat perubahan

 membantu dan mengembangkan emosi dan


Cerdas
kepekaan sosial siswa
Sekolah
 menunjukkan rasa kecintaan kepada siswa

 menunjukkan nilai-nilai moralitas bagi anak-


anaknya
Moderat
 memiliki kedekatan emosional kepada anak
Pendidikan dengan menunjukkan rasa kasih sayang
informal  memberikan lingkungan yang kondusif bagi
Masyarakat
pengembangan karakter anak
Mandiri
 mengajak anak-anaknya untuk senantiasa
mendekatkan diri kepada Allah
KESIMPULAN
1. Pengetahuan Mahasiswa mengenai pendidikan etika
rata-rata bernilai baik. Faktor Jurusan yang ditempuh
mahasiswa membedakan responden mengenai
pengetahuan pendidikan etika yang dimilikinya,
sedangkan faktor lama kuliah (semester dimana
responden sedang kuliah) tidak membedakan dalam
pemilikan pengetahuan tentang pendidikan etika
dalam membangun karakter bangsa.
2. Sikap mahasiswa menganggap :
perlu pemberlakuan pendidikan etika dalam membangun
karakter di sekolah; pendidikan etika dalam membangun
karakter bangsa memuat penanaman moral dan agama;
bahwa pendidikan etika dapat mencegah terhadap tindak
kejahatan dan menganggap bahwa pendidikan etika dan
membangun karakter bangsa akan meningkatkan akhlak
dan budi pekerti siswa.
Namun mahasiswa menganggap bahwa pendidikan etika
menjadi pelajaran tersendiri di sekolah hanya 50,59% dan
menganggap terjadinya kenakalan remaja karena tidak
adanya pendidikan etika yang terkait dalam membangun
karakter bangsa di sekolah hanya 45,09%.
Saran.

1. Perlu adanya penelitian yang lebih mendalam tentang


pengetahuan pendidikan etika, dengan mengungkap
dari siswa-siswa SD, SLTP, SMU dan Perguruan Tinggi
untuk menggali seberapa jauh pendidikan etika yang
bisa membangaun karakter bangsa.
2. Perlu ada penelitian yang lebih mendalam tentang
pendidkan etika, dengan mengungkap dari tokoh-
tokoh masyarakat, yang meliputi ulama, pejabat,
dokter,psikolog untuk menggali model-model
pendidikan etika yang yang perlu diberikan kepada
anak-anak di sekolah yang bisa membangun karakter
bangsa.
Naik sepeda jengki diatas karang,
kalau gak hati2 bisa tersungkur jatuh ke jurang.
Gak baik mendata rejeki orang.
Kalau gak hati2 rasa syukur jadi brkurang.

Siang2 minum jus nangka,


setelah makan dijamu panitia minum es puter.
Biasakan hidup dengan ber-etika,
karena akan membuatmu jadi orang yg berkarakter.

"Ya Allah,aku memohon kpdMU agr sll bs


mengingatMU,brsyukur kpdMU,& bribadah dg baik
kpdMU"(HR Abu Dawud).Amin3x
Wassalamu ‘alaikum Wr Wb

Anda mungkin juga menyukai