Anda di halaman 1dari 22

FL AIL CHEST

PENGERTIAN
• Fail chest atau trauma thoraks adalah keadaan di mana beberapa atau hampir semua tulang costae
(iga) patah, biasanya di sisi kanan kiri dada yang menyebabkan adanya pelepasan bagian depan dada
sehingga tidak bisa lagi menahan tekanan waktu inspirasi dan malahan bergerak kedalam waktu
inspirasi
ANATOMI FISIOLOGI
ETIOLOGI
• Flail Chest berkaitan dengan trauma thorak, yang dapat disebabkan oleh:
• Trauma Tumpul
Penyebab trauma tumpul yang sering mengakibatkan adanya fraktur costa antara lain: Kecelakaan lalulintas,
kecelakaan pada pejalan kaki, jatuh dari ketinggian, atau jatuh padalantai yang keras atau akibat perkelahian.
• Trauma Tembus
Penyebab trauma tembus yang sering menimbulkan fraktur costa: Luka tusuk dan luka tembak.
• Disebabkan bukan trauma
Yang dapat mengakibatkan fraktur costa adalah terutama akibat gerakan yang menimbulkan putaran
rongga dada secara berlebihan atau oleh karena adanya gerakan yang berlebihan dan stress fraktur seperti
pada gerakan olahraga: Lempar martil, soft ball, tennis, golf.
PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY
MANIFESTASI
• Tampak adanya gerakan paradoksal segmen yang mengambang, yaitu pada
saatinspirasi ke dalam, sedangkan pada saat ekspirasi keluar. Keadaan ini tidak akan
tampak pada klien yang menggunakan ventilator.
• Distress respirasi : takipnea, dipsnea dan kegagalan respirsi mungkin kan terjadi
• Hemothorax dan pneumothorax
• Takikardi
• Sianosis
• Akral dingin
• Wajah pucat
• Nyeri hebat di bagian dada karena terputusnya integritas jaringan parenkim paru.
• Penurunan tekanan darah
KOMPLIKASI
– Iga : fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan rongga dada.
– Pleura, paru-paru, bronkhi : hemo/hemopneumothoraks-emfisema pembedahan.
– Jantung : tamponade jantung ; ruptur jantung ; ruptur otot papilar ; ruptur klep
jantung.
– Pembuluh darah besar : hematothoraks.
– Esofagus : mediastinitis.
• Diafragma : herniasi visera dan perlukaan hati, limpa dan ginjal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Adapun pemeriksaan yang dibutuhkan adalah:
• Rontgen Standar
• Rontgen thorak anteroposterior dan lateral dapat menunjukkan jumlah
dan tipe costae yang mengalami fraktur
• Pada pemeriksaan foto thorak pada pasien dewasa dengan trauma tumpul
thoraks, adanya gambaran hematothoraks, pneumotoraks, dan kontusio
pulmo menunjukkan hubungan yang kuat dengan gambaran fraktur kosta.
• EKG
• Monitor laju nafas, Analisis Gas Darah (AGD).
• Pulse Oksimetri
PENATALAKSANAAN
• Penatalaksanaan Konservatif
• Pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri di dada, lakukan manajemen j=dengan narkotik sistemik,
blok syaraf interkosta atau blok epidural
• Pemasangan plak/plester yang menahan fraktur costae bergerak keluar
• Jika perlu antibiotika
• Fisiotherapy
• Penatalaksanaan Operatif / invasif
• Pemasangan Water Seal Drainage (WSD)
• Pemasangan alat bantu nafas
• Intubasi endotrakeal dengan menggunakan ventilasi mekanik dan positive end expiratory pressure
(PEEP)
• Chest tube
• Aspirasi (thoracosintesis)
• Operasi (bedah thoraxis)
• Tindakan untuk menstabilkan dada:
• Miringkan pasien pada arah daerah yang terkena.
• Gunakan bantal pasien pada daerah dada yang terkena
• Gunakan ventilasi mekanis dengan tekanan ekspirai akhir positif, didasarkan pada kriteria:
• Gejala contusio paru
• Syok atau cedera kepala berat
• Fraktur delapan atau lebih tulang iga
• Umur diatas 65 tahun
• Riwayat penyakit paru-paru kronis
• Oksigen tambahan
• Berika oksigen tambahan untuk mempertahankan pO2 80-100 mmHg monitor oksimetri nadi secara
kontinu
PENGKAJIAN
• Identitas
• Identitas klien
• Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa
medik, alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk
menentukan tindakan selanjutnya.
• Identitas penanggung jawab
• Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi
penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi
nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
PRIMARY SURVEY

• Airway dengan kontrol servikal


• Penilaian:
• Perhatikan patensi airway. Apakah ada cairan yang keluar dari mulut atau hidung pasien, apakah
ada yang menghambat jalan napas pasien, apakah ada obstruksi di jalan napas pasien, saat di
palpasi apakah ada bunyi gargling, snoring atau stridor pada pasien.
• Breathing dan ventilasi
• Gejala : kesulitan bernapas ; batuk ; riwayat bedah dada/trauma, penyakit paru kronis,
inflamasi,/infeksi paaru, penyakit interstitial menyebar, keganasan ; pneumothoraks
spontan sebelumnya, PPOM.
• Tanda : Takipnea ; peningkatan kerja napas ; bunyi napas turun atau tak ada
; fremitus menurun ; perkusi dada hipersonan ; gerakkkan dada tidak sama ; kulit pucat,
sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan ; mental ansietas, bingung, gelisah, pingsan ;
penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif
• Pada pasien flail chest biasanya akan mengalami sesak napas yang berat
karena ketika inspirasi atau ekspirasi akan merasakan nyeri sehingga pasien akan
“malas” bernapas dan bisa terjadi gagal napas. Selain itu biasanya pergerakan dada pada
pasien flail chest akan asimetris karena akibat dari fraktur segmen iga sehingga dinding
dada bergerak kedalam ketika inspirasi dan akan mengembang ketika ekspirasi. Ketika
di palpasi dinding dada pasien ditemukan adanya krepitasi.
• Circulation dengan kontol perdarahan
• Mengetahui sumber perdarahan eksternal yang fatal
• Mengetahui sumber perdarahan internal
• Periksa nadi: kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus paradoksus. Tidak
diketemukannya pulsasi dari arteri besar merupakan pertanda
diperlukannya resusitasi masif segera. Apakah ada Takikardia, Disritmia,
Irama jantunng gallops, Nadi apical berpindah, Tanda Homman,
Hipotensi/hipertensi, Distensi Vena Jugularis
• Periksa warna kulit, kenali tanda-tanda sianosis.
• Disability
• Menilai tingkat kesadaran memakai GCS
• Nilai pupil : besarnya, isokor atau tidak, refleks cahaya dan awasi tanda-tanda lateralisasi.
• Apakah pasien mengalami penurunan kesadaran, pingsan, gelisah dan bingung.

• Exposure/environment
• Buka pakaian penderita
• Cegah hipotermia : beri selimut hangat dan temapatkan pada ruangan yang cukup hangat.
TAMBAHAN PRIMARY SURVEY
• Pasang monitor EKG
• Kateter urin dan lambung
• Monitor laju nafas, analisis gas darah
• Pulse oksimetri
• Pemeriksaan rontgen standar
• Lab darah
• Resusitasi fungsi vital dan re-evaluasi
• Re-evaluasi penderita
• Penilaian respon penderita terhadap pemberian cairan awal
• Nilai perfusi organ (nadi, warna kulit, kesadaran, dan produksi urin) serta awasi tanda-tanda syok.
SECONDARY SURVEY

• Anamnesis  AMPLE dan mekanisme trauma


• Alergi : apakah ada Alergi obat ataupun makanan
• Medikasi : medikasi apa saja yang sedang dilakukan saat ini atau obat apa yang
sedang di minum rutin saat ini
• Past Ilness : apakah ada riwayat penyakit klien
• Last meal : makanan apa yang terakhir dimakan
• Event/Environtment : hal yang berhubungan dengan kejadian trauma atau
bagaimana lingkungan saat klien mengalami trauma
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang
tidak maksimal karena akumulasi udara/cairan.
• Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot
sekunder.
• Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang
bullow drainage.
• Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme
sekunder terhadap trauma.
1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak maksimal karena trauma.
Tujuan : Pola pernapasan efektive.
Kriteria hasil : Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektive, Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru,
Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab.
Intervensi Keperawatan Rasional
Periksa pengontrol penghisap untuk jumlah hisapan yang benar. Mempertahankan tekanan negatif intrapleural sesuai yang diberikan, yang
meningkatkan ekspansi paru optimum/drainase cairan.

Periksa batas cairan pada botol penghisap, pertahankan pada batas Air penampung/botol bertindak sebagai pelindung yang mencegah udara atmosfir
yang ditentukan. masuk ke area pleural.

Observasi gelembung udara botol penempung. Gelembung udara selama ekspirasi menunjukkan lubang angin dari
penumotoraks/kerja yang diharapkan. Gelembung biasanya menurun seiring
dengan ekspansi paru dimana area pleural menurun. Tak adanya gelembung dapat
menunjukkan ekpsnsi paru lengkap/normal atau slang buntu.

Posisikan sistem drainage slang untuk fungsi optimal, yakinkan slang Posisi tak tepat, terlipat atau pengumpulan bekuan/cairan pada selang mengubah
tidak terlipat, atau menggantung di bawah saluran masuknya ke tempat tekanan negative yang diinginkan.
drainage.Alirkan akumulasi drainase bila perlu

Catat karakter/jumlah drainage selang dada. Berguna untuk mengevaluasi perbaikan kondisi/terjasinya perdarahan yang
memerlukan upaya intervensi
2. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme
otot sekunder.
Tujuan : Nyeri berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
• Nyeri berkurang/ dapat diadaptasi.
• Dapat mengindentifikasi aktivitas yang meningkatkan/ menurunkan nyeri.
• Pasien tidak gelisah.

Intervensi Keperawatan Rasional

Ajarkan Relaksasi : Tehnik-tehnik untuk menurunkan Akan melancarkan peredaran darah, sehingga kebutuhan O2
ketegangan otot rangka, yang dapat menurunkan oleh jaringan akan terpenuhi, sehingga akan mengurangi
intensitas nyeri dan juga tingkatkan relaksasi masase. nyerinya.

Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut. Mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang bullow drainage.
Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.
Kriteria Hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus, luka bersih tidak lembab dan tidak kotor., Tanda-tanda vital
dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
Intervensi Keperawatan Rasional
Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka. mengetahui sejauh mana perkembangan luka mempermudah dalam
melakukan tindakan yang tepat.

Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah
luka. intervensi.
Pantau peningkatan suhu tubuh. suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai adanya
proses peradangan.
Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka tehnik aseptik membantu mempercepat penyembuhan luka dan
dengan kasa kering dan steril, gunakan plester kertas. mencegah terjadinya infeksi.

Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak menyebar luas pada
misalnya debridement. area kulit normal lainnya.

Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari tergantung kondisi
parah/ tidak nya luka, agar tidak terjadi infeksi.

Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi. antibiotik berguna untuk mematikan mikroorganisme pathogen pada
daerah yang berisiko terjadi infeksi.
5. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder terhadap trauma.
Tujuan : infeksi tidak terjadi / terkontrol.
Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus, luka bersih tidak lembab dan tidak kotor, tanda-
tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.

Intervensi Keperawatan Rasional

Pantau tanda-tanda vital. mengidentifikasi tanda-tanda peradangan terutama


bila suhu tubuh meningkat

Lakukan perawatan luka dengan teknik Mengendalikan penyebaran mikroorganisme


aseptik. patogen.
Lakukan perawatan terhadap prosedur untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.
inpasif seperti infus, kateter, drainase luka,
dll.
Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit
untuk pemeriksaan darah, seperti dari normal bisa terjadi akibat terjadinya proses
Hb dan leukosit. infeksi.
Kolaborasi untuk pemberian antibiotik. antibiotik mencegah perkembangan
mikroorganisme patogen

Anda mungkin juga menyukai