Anda di halaman 1dari 66

ASSALAMU’ALAIKUM

WR.WB
HAKEKAT MANUSIA MENURUT ISLAM

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:


1. ALFINA EKA MARSELA (1961331)
2. PINTA HIJRAH AISYAH (1961319)
3. DONNY SANDRIAWAN (1961339)
4. MUJI ERNAWATI (1961367)
5. RICO YOGASTRA (1961309)
A. PENGERTIAN MANUSIA
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta),
“mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk
yang mampu menguasai makhluk lain.
Dalam Al-Quran manusia dipanggil dengan beberapa istilah, antara
lain al-insaan, alnaas, al-abd, bani adam, dan sebagainya.
Al-insaan berarti suka, senang, jinak, ramah, atau makhluk yang
sering lupa.
Al-naas berarti manusia (jama’).
Al-abd berarti manusia sebagai hamba Allah.
Bani adam berarti anak-anak Adam karena berasal dari keturunan
Nabi Adam.
Pengertian manusia menurut para ahli
NICOLAUS D. & A. SUDIARJA
Manusia adalah bhineka, tetapi tunggal. Bhineka karena ia adalah jasmani dan rohani
akan tetapi tunggal karena jasmani dan rohani merupakan satu barang.
ABINENO J. I.
Manusia adalah "tubuh yang berjiwa" dan bukan "jiwa abadi yang berada atau yang
terbungkus dalam tubuh yang fana".
UPANISADS
Manusia adalah kombinasi dari unsur-unsur roh (atman), jiwa, pikiran, dan prana
ataubadan fisik.
I WAYAN WATRA
Manusia adalah mahluk yang dinamis dengan trias dinamikanya, yaitu cipta, rasa,
dankarsa.
PAULA J. C. & JANET W. K.
Manusia adalah mahluk terbuka, bebas memilih makna dalam situasi, mengemban
tanggung jawab atas keputusan yang hidup secara kontinu serta turut menyusun pola
berhubungan dan unggul multidimensi dengan berbagai kemungkinanan.

OMAR MOHAMMAD AL-TOUMY AL-SYAIBANY


Manusia adalah mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir, dan
manusia adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia dalam
pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan.

ERBE SENTANU
Manusia adalah mahluk sebaik-baik ciptaan-Nya. Bahkan bisa dikatakan bahwa
manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan mahluk
yang lain.
B. HAKIKAT MANUSIA
Menurut Prof. Noto Nagoro, manusia adalah monodualisme.
Dikatakan monodualisme karena manusia terdiri atas: raga dan jiwa,
individu dan sosial, pribadi dan makhluk Tuhan.
1. Manusia sebagai makhluk yang memiliki raga dan jiwa
Manusia mempunyai unsur raga dan jiwa yang
merupakan kesatuan, sehingga apabila raga sudah berpisah
dengan jiwa maka sudah bukan lagi manusia, melainkan
mayat. Dengan adanya unsur raga ini, manusia memiliki
sifat-sifat sebagaimana halnya makhluk lain dan benda-
benda lain yang mempunyai raga.
Jiwa manusia terdiri atasunsur-unsur cipta, rasa, dan karsa.
Cipta adalah unsur kejiwaan manusia yang dapat membedakan benar
dan salah.
Rasa adalah unsur kejiwaan yang manusia yang dapat membedakan
yang indah dan yang tidak indah, susah dan senang, enak dan tidak
enak, dan lain sebagainya.
Sedangkan karsa adalah unsur kejiwaan manusia yang dapat
membedakan antara baik dan buruk.
2. Manusia sebagai makhluk individu dan sosial
Manusia sebagai makhluk individu dan sosial berarti bahwa manusia
tidak pernah hidup sendiri, melainkan juga hidup berkelompok. Sebagai
makhluk individu dan sosial hendaknya manusia saling menghargai dan
menghormati. Artinya, individu harus menghargai dan menghormati
kelompok, sebaliknya kelompok harus menghargai dan menghormati
individu. Dalam memenuhi kebutuhannya, individu tidak boleh
mengabaikan kepentingan kelompok begitu pula sebaliknya.
3. Manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk Tuhan
Manusia sebagai makhluk pribadi yang berdiri sendiri
dan makhluk Tuhan. Hal ini mengandung arti bahwa
manusia memiliki kemampuan-kemampuan yang
dapat berkembang untuk selanjutnya dapat
merencanakan sesuatu, membudayakan alam semesta,
atau mengolah alam untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Namun, segala usaha manusia tidak akan
pernah berhasil dengan kekuatan manusia itu sendiri.
Ada suatu kekuatan di atas manusia yang ikut
menentukan keberhasilan usaha manusia, yaitu
kekuatan Tuhan.
C. PENGERTIAN ISLAM
Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan tauhid
dan tunduk kepada-Nya dengan taat dan berlepas diri
dari perbuatan syirik dan pelakunya. Barangsiapa yang
berserah diri kepada Allah saja, maka dia adalah
seorang muslim. Dan barang siapa yang berserah diri
kepada Allah dan yang lainnya, maka dia adalah
seorang musyrik. Dan barangsiapa yang tidak berserah
diri kepada Allah, maka dia seorang kafir yang sombong.
D. KONSEP MANUSIA DALAM ISLAM
Konsep Manusia dalam Islam:
1. Pengertian Manusia dalam Al-qur’an.
Quraish Shihab mengutip dari Alexis Carrel dalam
“Man the Unknown”, bahwa banyak kesukaran yang
dihadapi untuk mengetahui hakikat manusia, karena
keterbatasan-keterbatasan manusia sendiri. Istilah
kunci yang digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk
pada pengertian manusia menggunakan kata-kata
basyar, al-insan, dan an-nas.
Kata basyar disebut dalam Al-Qur’an 27 kali. Kata basyar menunjuk
pada pengertian manusia sebagai makhluk biologis (QS Ali ‘Imran
[3]:47) tegasnya memberi pengertian kepada sifat biologis manusia,
seperti makan, minum, hubungan seksual dan lain-lain.

Kata al-insan dituturkan sampai 65 kali dalamAl-Qur’an yang dapat


dikelompokkan dalam tiga kategori. Pertama al-insan dihubungkan
dengan khalifah sebagai penanggung amanah (QS Al-Ahzab [3]:72),
kedua al-insan dihubungankan dengan predisposisi negatif dalam diri
manusia misalnya sifat keluh kesah, kikir (QS Al-Ma’arij [70]:19-21)
dan ketiga al-insan dihubungkan dengan proses penciptaannya yang
terdiri dari unsur materi dan nonmateri (QS Al-Hijr [15]:28-29).
Semua konteks al-insan ini menunjuk pada sifat-sifat manusia
psikologis dan spiritual.
Kata an-nas yang disebut sebanyak 240 dalam Al-Qur’an
mengacu kepada manusia sebagai makhluk sosial dengan
karateristik tertentu misalnya mereka mengaku beriman
padahal sebenarnya tidak (QS Al- Baqarah [2]:8).1[1]

Dari uraian ketiga makna untuk manusia tersebut, dapat


disimpulkan bahwa manusia adalah mahkluk biologis,
psikologis dan sosial. Ketiganya harus dikembangkan dan
diperhatikan hak maupun kewajibannya secara seimbang dan
selalu berada dalam hukum-hukum yang
berlaku(sunnatullah).
Gambaran al-Qur’an tentang kualitas dan hakikat manusia di atas
megingatkan kita pada teori superego yang dikemukakan oleh sigmund
Freud, seorang ahli psikoanalisa kenamaan yang pendapatnya banyak
dijadika rujukan tatkala orang berbicara tentang kualitas jiwa manusia.
Menurut Freud, superego selalu mendampingi ego. Jika ego yang
mempunyai berbagai tenaga pendorong yang sangat kuat dan vital (libido
bitalis), sehingga penyaluran dorongan ego (nafsu lawwamah/nafsu
buruk) tidak mudah menempuh jalan melalui superego (nafsu
muthmainnah/nafsu baik). Karena superego (nafsu muthmainnah)
berfungsi sebagai badan sensor atau pengendali ego manusia. Sebaliknya,
superego pun sewaktu-waktu bisa memberikan justifikasi terhadap ego
manakala instink, intuisi, dan intelegensi –ditambah dengan
petunjukwahyu bagi orang beragama– bekerja secara matang dan
integral. Artinya superego bias memberikan pembenaran pada ego
manakala ego bekerja ke arah yang positif. Ego yang liar dan tak
terkendali adalah ego yang negatif, ego yg merusak kualitas dan hakikat
manusia itu sendiri.
2. Tujuan Penciptaan Manusia.
Kata “Abdi” berasal dari kata bahasa Arab yang artinya
“memperhambakan diri”, ibadah
(mengabdi/memperhambakan diri). Manusia diciptakan
oleh Allah agar ia beribadah kepada- Nya. Pengertian
ibadah di sini tidak sesempit pengertian ibadah yang
dianut oleh masyarakat pada umumnya, yakni kalimat
syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji tetapi seluas
pengertian yang dikandung oleh kata memperhambakan
dirinya sebagai hamba Allah. Berbuat sesuai dengan
kehendak dan kesukaann (ridha) Nya dan menjauhi apa
yang menjadi larangan-Nya.
3. Fungsi dan Kedudukan Manusia.

a) Manusia sebagai Abdullah, Kedudukan manusia yang


pertama sebagai abudllah yang artinya sebagai hamba
allah.
b) Manusia sebagai Khalifatullah. Tujuan penciptaan manusia
di atas dunia ini adalah untuk beribadah. Sedangkan
tujuan hidup manusia di dunia ini adalah untuk
mendapatkan kesenangan dunia dan ketenangan akhirat.
Jadi manusia diatas bumi ini adalah sebagai khalifah,
yang diciptakan oleh allah dalam rangka untuk beribadah
kepada-Nya, yang ibadah itu adalah untuk mencapai
kesenangan didunia dan etenaangan di akhirat.
4. Hakekat Manusia Menurut Al-Qur’an
Hakekat manusia adalah sebagai berikut:
a. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat
menggerakkan hidupnya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya.
b. Individu yang memiliki sifat rasional yang
bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan
sosial.yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan
yang positif mampu mengatur dan mengontrol
dirinya serta mampu menentukan nasibnya.
c. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang
dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas)
selama hidupnya.
d. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya
dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu
orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati.
e. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya
merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas
f. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang
mengandung kemungkinan baik dan jahat.
g. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama
lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai
dengan martabat kemanusiaannya tanpa hidup di dalam
lingkungan sosial.
h. Makhluk yang berfikir. Berfikir adalah bertanya, bertanya
berarti mencari jawaban, mencari jwaban berarti mencari
kebenaran.
5. Hakekat Manusia Menurut Islam–Mohammad Sholihuddin, M.HI

Manusia terdiri dari sekumpulan organ tubuh, zat kimia, dan


unsur biologis yang semuanya itu terdiri dari zat dan materi
Secara Spiritual manusia adalah roh atau jiwa. Secara Dualisme
manusia terdiri dari dua subtansi, yaitu jasmani dann ruhani
(Jasad dan roh). Potensi dasar manusia menurut jasmani ialah
kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang bagaimanapun,
di darat, laut maupun udara. Dan jika dari Ruhani, manusia
mempunyai akal dan hati untuk berfikir (kognitif), rasa
(affektif), dan perilaku (psikomotorik). Manusia diciptakan
dengan untuk mempunyai kecerdasan.
D. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANUSIA DALAM ISLAM
Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat Allah dan harus
dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Tugas hidup yang dipikul
manusia di muka bumi adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas
kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengelolaan dan
pemeliharaan alam. Khalifah berarti wakil atau pengganti yang
memegang mandat Allah untuk mewujudkan kemakmuran di muka
bumi. Kekuasaan yang diberikan kepada manusia bersifat kreatif, yang
memungkinkan dirinya serta mendayagunakan apa yang ada di muka
bumi untuk kepentingan hidupnya. Kekuasaan manusia sebagai wakil
Allah dibatasi oleh aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang telah
digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu hukum-hukum Allah baik yang
tertulis dalam kitab suci (al-Qur’an), maupun yang tersirat dalam
kandungan alam semesta (al-kaun). Seorang wakil yang melanggar batas
ketentuan yang diwakili adalah wakil yang mengingkari kedudukan dan
peranannya, serta mengkhianati kepercayaan yang diwakilinya. Oleh
karena itu, ia diminta pertanggung jawaban terhadap penggunaan
kewenangannya di hadapan yang diwakilinya
FITRAH MANUSIA, HANIF DAN
POTENSI AKAL, QALB, DAN
NAFSU
A. FITRAH MANUSIA
Pengertian Fitrah Manusia
Ditinjau dari segi bahasa, kata fitrah terambil dari
akar kata al-fathr yang berarti belahan. Dan dari makna
ini, lahir makna-makna lain, seperti “penciptaan” dan
“kejadian”. Dengan demikian, secara
sederhana, fitrah manusia berarti kejadiannya sejak semula
atau bawaannya sejak lahir.
Setelah diketahui arti etimologis fitrah, maka dapat
dibuat uraian definisi mengenai makna fitrah secara
terminologi yaitu sifat dasar atau karakter manusia yang
telah ditanamkan dalam diri manusia sejak berada dalam
kandungan oleh Allah untuk menghadapi kehidupan dan
sebagai sarana untuk mengenal Nya. 21
Pengertian fitrah menurut Al Ghazali adalah suatu sifat dari dasar manusia yang
dibekali sejak lahir dengan memiliki keistimewaan sebagai berikut :
1. Beriman kepada Allah
2. Kemampuan dan kesediaan untuk menerima kebaikan dan keburukan atas dasar
kemampuan untuk menerima pendidikan dan pengajaran.
3 . Dorongan ingin tahu untuk mencari hakikat kebenaran yang merupakan daya
untuk berpikir.
4. Dorongan biologis yang berupa syahwat dan insting
5. Kekuatan-kekuatan lain dan sifat-sifat manusia yang dapat disempurnakan.
Secara umum pemaknaan fitrah dalam al Qur’an dapat dikelompokkan setidaknya
dalam empat makna :
1. Proses penciptaan langit dan bumi.
2. Proses penciptaan manusia.
3. Pengaturan alam semesta dan isinya secara serasi dan seimbang.
4. Pemaknaan pada agama Allah sebagai acuan dasar dan pedoman bagi manusia
dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
Ibnu Taimiyah membagi fitrah manusia kepada dua bentuk,
yaitu:
a) Fitrah al gharizat
Merupakan potensi dalam diri manusia yang dibawanya sejak
lahir. Bentuk fitrah ini berupa nafsu, akal, dan hati
nurani. Fitrah (potensi) ini dapat dikembangkan melalui jalan
pendidikan.
b) Fitrah al munazalat
Merupakan potensi luar manusia. Adapun fitrah ini adalah
wahu ilahi yang diturunkan Allah untuk membimbing dan
mengarahkan fitrah al gharizat berkembang sesuai dengan
fitrahnya yang hanif. Semakin tinggi interaksi antara
kedua fitrah tersebut, maka akan semakin tinggi pula
kualitas manusia.
B. HANIF DAN POTENSI AKAL, QALB, DAN
NAFSU
1. HANIF
Hanif memiliki arti yaitu kecenderungan kepada
kebaikan yang dimiliki manusia karena terjadinya
proses persaksian sebelum digelar ke muka bumi.
Persaksian ini merupakan proses fitrah manusia yang
selalu memiliki kebutuhan terhadap agama. Karena
itu dalam pandangan ini manusia dianggap sebagai
makhluk religius. Manusia juga memiliki potensi baik
sejak awal kelahirannya. Ia bukan makhluk amoral,
tetapi memiliki potensi moral.
2. POTENSI AKAL, QALB, DAN NAFSU
Fitrah dalam arti potensi yaitu kelengkapan yang
diberikan pada saat dilahirkan ke dunia.
A) AKAL
Akal dalam pengertian bahasa Indonesia berarti pikiran, atau rasio.
Harun Nasution (1986) menyebut akal dalam arti asalnya (bahasa
Arab), yaitu menahan, dan orang ‘aqil di zaman jahiliah yang
dikenal dengan darah panasnya adalah orang yang dapat menahan
amarahnya dan oleh karenanya dapat mengambil sikap dan
tindakan yang berisi kebijaksanaan dalam mengatasi masalah yang
dihadapinya. Senada dengan itu akal dalam Alquran diartikan
dengan kebijaksanaan (wisdom), intelegensia (intelligent) dan
pengertian (understanding). Dengan demikian di dalam Alquran akal
diletakkan bukan hanya pada ranah rasio tetapi juga rasa, bahkan
lebih jauh dari itu jika akal diartikan dengan hilunah atau bijaksana.
B) QALB
Al-qalb berasal dari kata qalaba yang berarti berubah, berpindah
atau berbalik dan menurut Ibn Sayyidah (Ibn Manzur: 179) berarti
hati. Musa Asyari (1992) menyebutkan arti al-qalb dengan dua
pengertian, yang pertama pengertian kasar atau fisik, yaitu segumpal
daging yang berbentuk bulat panjang, terletak di dada sebelah kiri,
yang sering disebut jantung. Sedangkan arti yang kedua adalah
pengertian yang halus yang bersifat ketuhanan dan rohaniah yaitu
hakikat manusia yang dapat menangkap segala pengertian,
berpengetahuan, dan arif.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa akal digunakan manusia
dalam rangka memikirkan alam sedangkan mengingat Tuhan adalah
kegiatan yang berpusat pada qalbu. Keduanya merupakan kesatuan
daya rohani untuk dapat memahami kebenaran sehingga manusia
dapat memasuki suatu kesadaran tertinggi yang bersatu dengan
kebenaran Ilahi.
C) NAFSU
Adapun nafsu (bahasa Arab: al-hawa, dalam bahasa Indonesia sering
disehat hawa nafsu) adalah suatu kekuatan yang mendorong manusia
untuk mencapai keinginannya. Dorongan-dorongan ini sering disebut
dengan dorongan primitif, karena sifatnya yang bebas tanpa
mengenal baik dan buruk. Oleh karena itu nafsu sering disebut sebagai
dorongan kehendak bebas. Dengan nafsu manusia dapat bergerak
dinamis dari suatu keadaan ke keadaan yang lain. Kecenderungan
nafsu yang bebas tersebut jika tidak terkendali dapat menyebabkan
manusia memasuki kondisi yang membahayakan dirinya. Untuk
mengendalikan nafsu manusia menggunakan akalnya sehingga
dorongan-dorongan tersebut dapat menjadi kekuatan positif yang
menggerakkan manusia ke arah tujuan yang jelas dan baik. Agar
manusia dapat bergerak ke arah yang jelas, maka agama berperan
untuk menunjukkan jalan yang harus ditempuhnya.
Nafsu yang terkendali oleh akal dan berada pada jalur yang ditunjukkan agama
inilah yang disebut an-nafs al-mutmainnah yang diungkapkan Alquran :
ْْ ‫س ْال ُم‬
ُُْ ‫ط َمِن َّن‬ ُ ‫يَاأَيَّت ُ َهاالنَّ ْف‬
ًُْ َّ‫ضي‬
‫اضيًَُ َّم ْر ن‬ ‫ىربن نك َر ن‬ َ َ‫ار نج نعيإنل‬ ْ
‫فَا ْد ُخ نلي نفي نعبَادني‬
‫َوا ْد ُخ نلي َج َّنتني‬
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hambaKu dan masuklah
ke dalam surgaKu.” (Q.S. Al-Fajr, 89:27-30)
Dengan demikian manusia ideal adalah manusia yang mampu menjaga fitrah
(hanif)-nya dan mampu mengelola dan memadukan potensi akal, qalbu, dan
nafsunya secara harmonis.
EKSISTENSI dan MARTABAT MANUSIA
Eksistensi manusia menurut pandangan
islam.
Eksistensi yang artinya keberadaan.
Eksistensi manusia yaitu keberadaan manusia dimuka
bumi atau keberadaan manusia diciptakan. Manusia
merupakan makhluk Allah yang diciptakan secara
sempurna dibandingkan dengan makhuk lain. Manusia
diberikan akal dan fikiran oleh Allah, karena Allah
mempunyai maksud dan tujuan kenapa manusia
diciptakan.
Dalam Q.S Al-Insan Ayat 2 menjelaskan kenapa manusia
diciptakan? sebagai berikut:

ٍ ‫ان ِم ْن نُ ْطفَ ٍة أَ ْمش‬


‫َاج نَ ْبت َ ِلي ِه‬ َ ‫س‬ ِ ْ ‫إِنَّا َخلَ ْقنَا‬
َ ‫اْل ْن‬

‫يرا‬ َ ُ‫فَ َجعَ ْلنَاه‬


ً ‫س ِميعًا بَ ِص‬
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang
bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan
larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.’’ — Surat
Al-Insan Ayat 2
Martabat manusia

Martabat adalah hak seseorang untuk dihargai dan


dihormati dan diperlakukan secara etis.
Martabat manusia yaitu kedudukan manusia yang
terhormat sebagai mahluk ciptaan Allah yang berakal
budi sehingga manusia mendapat tempat yang tinggi
dibanding makhluk yang lain.
Dan dijelaskan pada Al- Quran surat At-Tin

َ ‫سانَ ْ نفيْأ َ ْح‬


ْ‫س ننْت َ ْق نويم‬ ‫لَقَدْْ َخلَ ْقن ْ ن‬
َ ‫َاْاْل ْن‬
Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam
bentuk yang sebaik-baiknya,-Surat At-Tin, Ayat 4
َ ْ‫ْر َد ْدنَاهُْأ َ ْسفَ َل‬
َْ‫سا نف نلين‬ َ ‫ث ُ َّم‬
kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-
rendahnya,-Surat At-Tin, Ayat 5
َ ْ‫صا نل َحاتنْفَلَ ُه ْمْأ َ ْج ٌر‬
ْ‫غي ُْرْ َم ْمنُون‬ َّ ‫ع نملُواْال‬ َ ُ‫إن ََّّلْالَّذنينَ ْآ َمن‬
َ ‫واْو‬
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
kebajikan; maka mereka akan mendapat pahala yang tidak
ada putus-putusnya.-Surat At-Tin, Ayat 4-6
Agar memiliki martabat yang baik menurut islam dan
baik dihadapan Allah SWT maka harus melalui beberapa
proses sebagai berikut
1. Taubat;
2. Menjaga diri dari perbuatan makruh, syubhat dan haram
3. Merasa miskin diri dari segalanya termasuk ilmu agama
4. Menjauhkan perbuatan yang melalakan diri kepada Allah
5. Meningkatkan kesabaran terhadap takdirNya;
6. Meningkatkan ketaqwaan dan tawakkal kepadaNya;
8. Memperbanyak bersyukur terhadap kebesaran Allah SWT;
7. Mengintropeksi diri dan memperbaiki akhlak
9. Mendekatkan diri kepadaNya dengan cara ibadah
10. Mempunyai rasa takut, dan rasa takut ini hanya kepada Allah SWT saja.
Setiap manusia memiliki hak dan kewajiban yang
berbeda-beda, supaya menjadi manusia yang berguna di
dunia maupun di akhirat, maka setiap umat muslim
harus tolong-menolong dan janganlah bercerai-berai,
taailah peraturan undang-undang dan hukum yang
berlaku disetiap negara, dan jangan lupa kita sebagai
umat islam kita harus selalu beribah kepada Allah SWT,
menaati peraturannya, dan menjauhi segala larangannya,
perbanyaklah sedekah, janganlah meninggalkan sholat
serta zakat, karna sholat dan zakat merupakan tiket
menuju jalan kebaikan dan kebenaran.
Kedudukan,tujuan,Tugas,program hidup
manusia
KEDUDUKAN MANUSIA DI MUKA BUMI

1.Manusia sebagai Abdullah


Kedudukan manusia yang pertama adalah
sebagai Abdullah, yang artinya adalah sebagai
hamba Allah. Sebagai hamba Allah maka manusia
harus menuruti kemauan Allah, yang tidak boleh
membangkang pada-Nya. Jika kita membangkang
maka kita akan terkena konsekwensi yang sangat
berat. Kita adalah budak Allah, karenanya setiap
perilaku kita harus direstui oleh-Nya, harus
menyenangkan-Nya, harus mengagungkan-Nya.
Untuk pedoman hidup manusia Allah SWT menurunkan
Al Qur'an agar supaya manusia bisa mengemban amanah
yang diberikan oleh Allah SWT, disamping itu juga kita
juga wajib untuk melaksanakan pedoman hidup dan cara
beribadah dan bermuamalah berdasarkan Sunnah
Rasullullah SAW, serta ijtihad para ulama dan tabiin yang
berdasarkan pada Al Quran dan Al Hadist.
Kita ini memang budak dihadapan Allah, namun
dengan inilah kita menjadi mulia, kita menjadi
mempunyai harga diri, kita menjadi mempunyai jiwa,
kita menjadi mempunyai hati, kita menjadi mempunyai
harapan cerah yang akan diberikan Allah, karena
ketaatan kita itu.
2. Manusia Sebagai Khalifatullah
Fungsi dan kedudukan manusia di dunia ini
adalah sebagai khalifah di bumi. Tujuan penciptaan
manusia di atas dunia ini adalah untuk beribadah.
Sedangkan tujuan hidup manusia di dunia ini adalah
untuk mendapatkan kesenangan dunia dan ketenangan
akhirat. Jadi, manusia di atas bumi ini adalah
sebagai khalifah, yang diciptakan oleh Allah dalam
rangka untuk beribadah kepada-Nya, yang ibadah itu
adalah untuk mencapai kesenangan di dunia dan
ketenangan di akhirat.
Apa yang harus dilakukan olehkhalifatullah itu di bumi? Dan
bagaimanakah manusia melaksanakan ibadah-ibadah tersebut?
Serta bagaimanakah manusia bisa mencapai kesenangan dunia
dan ketenangan akhirat tersebut? Banyak sekali ayat yang
menjelaskan mengenai tiga pandangan ini kepada manusia.
Antara lain seperti disebutkan pada Surah Al-Baqarah ayat
30:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui.”
TUJUAN HIDUP MANUSIA

Kebenaran akan hakikat tujuan hidup manusia


dari banyaknya filsuf merupakan sesuatu hal yang nisbi. Nah
bagaimana jika hakikat tujuan hidup manusia ditinjau dari
perspektif Agama? Orang yang menganut suatu agama, sudah
sewajarnya apabila mempercayai apa yang dikatakan Tuhan.
Tujuan hidup manusia seharusnya sama dengan tujuan Tuhan
menciptakan manusia. Manusia yang hidup di dunia ini tidak
lepas dari peran Tuhan dalam menciptakan manusia. Dalam
proses dan hasil ciptaannya, tentu Tuhan memiliki unsur
kesengajaannya dalam menciptakan manusia. Suatu alasan
dimana manusia harus tunduk atas alasan Tuhan
menciptakan manusia.
Jika kita kaji dalam beberapa agama, mungkin tujuan
Tuhan menciptakan manusia jelas berbeda-beda. Hal ini
tergantung dari kepercayaan masing-masing orang
berdasarkan agama yang dianutnya. Orang yang
beragama islam dalam meninjau tujuan hidup manusia,
tentu melihat perspektifnya dari pedoman agamanya.
Seperti yang kita tahu bahwa pedoman hidup umat
muslim yaitu Kitab suci Al-Qur'an.
Di dalam salah satu ayat Al-Qur'an, Allah SWT
berfirman:
"Dan tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manusia
kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku". (QS. Adz
Dzariyat: 56).
Jika kita tinjau dari ayat tersebut, sudah jelas bahwa
manusia dala hidup ini semata-mata hanyalah untuk
beribadah kepada Tuhan karena seperti yang sudah
saya jelaskan diatas bahwa tujuan hidup manusia
seharusnya sama dengan tujuan Tuhan menciptakan
Manusia.
TUGAS HIDUP MANUSIA
Manusia merupakan makhluk yang dianugerahi
akal dan pikiran serta hati nurani. Dalam Islam,
setidak-tidaknya terdapat tiga tujuan penciptaan
manusia. Alquran surah adz-Dzariyat ayat 56
menerangkan tujuan pertama. Artinya, “Dan Aku
(Allah) tidaklah menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”
Dengan demikian, fitrah kemanusiaan adalah
menjadi hamba Allah SWT. Sifat menghamba tidak
boleh ditujukan kepada siapapun selain Allah
Ta’ala.
Tugas kedua berkaitan dengan konteks kehidupan empiris.
Dalam surah al-Baqarah ayat 30 dijelaskan tentang tugas
manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi. Surah yang sama
memuat dialog antara Allah dan para malaikat tentang
penciptaan manusia.
Terjemahannya, “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada
para Malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi.’ Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?’ Tuhan berfirman: ‘Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.’”
Tugas ketiga adalah berdakwah. Hal ini terutama
diemban bagi orang-orang yang beriman kepada Allah
SWT. Yang didakwahkan adalah Islam, sebagai satu-
satunya agama yang diridhai di sisi Allah Ta’ala.
Dakwah yang dilakukan dapat melalui lisan dan
perbuatan. Sasarannya dimulai dari diri sendiri,
keluarga, karib kerabat, dan komunitas setempat.
Dakwah yang dijalankan tidak boleh dengan paksaan
atau penghakiman. Dengan menarik simpati, orang-
orang akan tertarik untuk mendalami agama ini.
PROGRAM HIDUP MANUSIA

Hidup adalah untuk menguji apakah seorang manusia


bersyukur atau kufur kepada Allah SWT.Allah berfirman
dalam QS Al Mulk [67] : 2 yang terjemahnya, ” (ALLAH)
yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji
kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya,
dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. ”
Ujian dalam hidup kita bukan saja kesulitan ataupun
musibah, namun juga berupa nikmat atau kemudahan
dari Allah SWT, seperti keluarga, suami, istri, anak-anak,
harta, kekuasaan, pangkat,dsb.
Kita bisa meneladani Nabi Sulaiman as. yang diberikan nikmat
luar biasa oleh Allah SWT. Allah SWT memberikan kerajaan yang
sangat kaya, luas dan besar, yang pasukannya terdiri dari
manusia, jin, hewan, dan angin. Semua kenikmatan itu tidak
menjadi Nabi Sulaiman as menjadi sombong kemudian
mengingkari Allah SWT, namun menjadikannya sering ber-
muhasabah, melakukan introspeksi diri, berhati-hati jangan
sampai menjadi kufur kepada Allah SWT, sehingga tidak berujung
kepada murka Allah sebagaimana dalam QS. Ibrahim [14]:7,
“ dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan,
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),
maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. “
AKHLAK

1. PENGERTIAN AKHLAK
2. AKHLAK KEPADA ALLAH SWT
3. AKHLAK KEPADA
RASULULLAH SAW
4. AKHLAK KEPADA MANUSIA
DAN LINGKUNGAN
5. PERANAN AKHLAK TERHADAP
TANTANGAN ZAMAN
PENGERTIAN AKHLAK
◈ KATA AKHLAK MERUPAKAN BENTUK JAMAK
DARI KATA “KHULUK” DAN BERARTI TINGKAH
LAKU, PERANGAI, TABIAT,
◈ SECARA ETIMOLOGIS AKHLAK BERARTI
KEKUATAN JIWA YANG MENDORONG
PERBUATAN SECARA SPONTAN TANPA
DIPIKIRKAN TERLEBIH DAHULU
◈ ARTINYA BAHWA AKHLAK BERARTI KUALITAS
PRIBADI YANG TELAH MELEKAT PADA JIWA.
AKHLAK

MAHMUDAH/ MADZMUMAH/
BAIK BURUK

BALASAN
MENYEMPURNAKAN
AKHLAK

RAHMATAN LIL
VISI RASULULLAH ALAMIN

BERTAUHID
KEPADA ALLAH
Syarat mengapa suatu perbuatan dapat di
katakan ahlak :

◈ Dilakukan secara spontan


◈ Dilakukan secara terus menerus
contoh :
sholat sunnah
sedekah
baca quran dan dzikir
Firman Allah Swt :
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan
seberat biji dzarrah pun, niscaya
Dia (Allah) akan memberikan
Balasanya, dan barangsiapa yang mengerjakan
kejahatan Sebesar biji dzarrah pun,
niscaya Dia (Allah) akan memberikan
balasannya pula.
(QS. Az-Zalzalah : 7-8)
Bagaimana akhlak kita kepada Allah Swt ?
◈ Pertama: Membenarkan berita yang datang dari Allah
subhanahu wata’ala
Maksudnya adalah seseorang tidak boleh ragu dan bimbang
dalam membenarkan berita yang datang dari Allah, karena
berita dari Allah bersumber dari ilmu Allah yang paling benar
perkataannya.
Allah ta’ala berfirman:

‫َّللا َحدِيثًا‬
ِ َّ ‫ق ِم َن‬ ْ َ ‫َم ْن أ‬
ُ ‫ص َد‬
“Dan siapakah orang yang lebih benar perkataan(nya) dari
pada Allah?” (An Nisa: 87)
◈ Kedua: Menerima hukum-hukum yang
Allah tetapkan dengan
mengamalkannya
Tidaklah sepantasnya bagi seseorang untuk menolak hukum Allah.
Apabila seseorang menolak hukum Allah maka apa yang dia lakukan
adalah bentuk akhlak buruk kepada Allah. Sama saja penolakan itu
dalam bentuk pengingkaran, atau sombong tidak mau
mengamalkan, menolak atau menyepelekan pengamalannya.

Ketiga: Menerima takdir Allah dengan sabar dan


tawakal
◈ Kita semua telah mengetahui bahwa takdir-takdir Allah yang
menimpa mahluk-Nya tidak semua sesuai dengan keinginan si
hamba. Ada sesuai dengan keinginan kita, adapula yang
bertentangan dengan keinginan kita. Misalnya sakit, keadaan seperti
ini bukan keinginan kita. Semua manusia tentu ingin sehat.Contoh
yang lainnya misalnya kemiskinan. Ini juga bukan keinginan kita.
Setiap manusia pasti ingin hidup kaya atau berkecukupan.
◈ Akan tetapi takdir Allah dengan hikmah-Nya bermacam-macam,
sebagian ada yang disukai manusia dan ia pun berlapang dada
dengan takdir tersebut. Dan sebagian lagi tidak disukai manusia.
Maka akhlak yang baik kepada Allah berkenaan dengan takdir-
takdir-Nya adalah dengan ridha dengan apa yang Allah takdirkan.
Merasa tenang dan lapang dengan takdir tersebut serta hendaknya
kita menyadari bahwa tidaklah Allah menakdirkan bagi kita seseuatu
Bagaimana akhlak kita terhadap Rasulullah
SAW?

◈ Pertama : Menaati Rasulullah Saw. Baik yang


sesuai selera/tidak. Melaksanakan apa yang beliau
perintahkan sesuai kemampuan dan menjauhi apa
yang beliau larang.
◈ Qs. An-Nisa 80
◈ 80. Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya
ia telah mentaati Allah. dan Barangsiapa yang berpaling
(dari ketaatan itu), Maka Kami tidak mengutusmu
untuk menjadi pemelihara bagi mereka[321].
◈ Kedua : Membenarkan semua berita shahih yang
datang dari Rasulullah Saw. Allah telah memberikan
jaminan kebenaran setiap ucapan yang keluar dari
Rasulullah Saw. Karena apa yang beliau ucapkan
tidak lain adalah wahyu dari Allah Swt. Firman
Allah Qs. An-Najm 3-5

◈ “ 3. dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut


kemauan hawa nafsunya.
◈ 4. ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya).
◈ 5. yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat.”
◈ Ketiga : Mendahulukan perkataan Rasulullah
Saw atas perkataan manusia, dan membatasi
diri beramal sesuai dengan sunnahnya.
◈ Keempat : Mencintai ulama ( Sahabat, tabi’in
dan tabi’ut tabi’in)
◈ Kelima : Beramal hanya dengan tuntunan
Rasulullah Saw
Bagaimana akhlak terhadap sesama dan lingkungan?
Kewajiban bagi seorang muslim terhadap seorang
muslim ada 6 macam :
1. Jika berjumpa mengucapkan salam
2. Jika diundang, maka datangilah
3. Jika meminta nasehat, maka berilah nasihat
4. Jika bersin lalu dia membaca “Alhamdulillah”,
maka doakanlah “Yarhamukallah”
5. Jika sakit maka jenguklah
6. Jika meninggal, maka antarkanlah jenazahnya
(HR. Bukhari-Muslim)
Akhlak baik terhadap sesama manusia dibagi
menjadi beberapa :
◈ Diri sendiri ( sabar, pemalu, santun, rendah hati, lapang
dada, suka pemaaf, busana muslim dan muslimah, )
◈ Terhadap orang lain ( mengucapkan yang paling baik,
memaafkan, kasih sayang terhadap sesama,
mengucapkan salam, berjabat tangan, menepati janji,
berlaku adil, mengutamakan yang lain, menundukkan
pandangan)
Akhlak tercela terhadap sesama dibagi menjadi
beberapa :

◈ Diri sendiri (boros, serakah, pengecut,


bersedih terhadap barang yang
hilang, membanggakan diri, buruk
sangka, )
◈ Sesama ( memanggil dengan gelar
yang buruk, menghina, mencela,
perselisihan, mencuri dengar, gibah,
adu domba, senda gurau, menipu)
Lima Langkah Meraih Akhlaq
Mulia
Pertama:
Hendaknya seseorang senantiasa
memperhatikan dalil-dalil dari Al Quran dan
As Sunnah yang berkaitan dengan keutamaan
akhlaq yang terpuji.
Kedua:
Berteman dengan orang-orang shalih yang
berakhlaq mulia, yang dikenal dengan ilmu dan
amanahnya.
◈ Ketiga:
Hendaknya seseorang memperhatikan apa yang
diakibatkan oleh akhlak yang buruk,
◈ Keempat:
Hendaknya dia senantiasa menghadirkan dalam
benaknya gambaran akhlak Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam
◈ Kelima :
Senantiasa berdoa, meminta kepada Allah agar
dianugerahi akhlaq yang mulia
◈ Referensi:
Makarimul Akhlaq, Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin
Qutufun min Syamaaili Muhammadiyyah, Asy Syaikh Muhammad
bin Jamil Zainu
SELESAI
SEMOGA BERMANFAAT
AMIN
Wassalamu’alaikum wr.wb

Anda mungkin juga menyukai