WR.WB
HAKEKAT MANUSIA MENURUT ISLAM
ERBE SENTANU
Manusia adalah mahluk sebaik-baik ciptaan-Nya. Bahkan bisa dikatakan bahwa
manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan mahluk
yang lain.
B. HAKIKAT MANUSIA
Menurut Prof. Noto Nagoro, manusia adalah monodualisme.
Dikatakan monodualisme karena manusia terdiri atas: raga dan jiwa,
individu dan sosial, pribadi dan makhluk Tuhan.
1. Manusia sebagai makhluk yang memiliki raga dan jiwa
Manusia mempunyai unsur raga dan jiwa yang
merupakan kesatuan, sehingga apabila raga sudah berpisah
dengan jiwa maka sudah bukan lagi manusia, melainkan
mayat. Dengan adanya unsur raga ini, manusia memiliki
sifat-sifat sebagaimana halnya makhluk lain dan benda-
benda lain yang mempunyai raga.
Jiwa manusia terdiri atasunsur-unsur cipta, rasa, dan karsa.
Cipta adalah unsur kejiwaan manusia yang dapat membedakan benar
dan salah.
Rasa adalah unsur kejiwaan yang manusia yang dapat membedakan
yang indah dan yang tidak indah, susah dan senang, enak dan tidak
enak, dan lain sebagainya.
Sedangkan karsa adalah unsur kejiwaan manusia yang dapat
membedakan antara baik dan buruk.
2. Manusia sebagai makhluk individu dan sosial
Manusia sebagai makhluk individu dan sosial berarti bahwa manusia
tidak pernah hidup sendiri, melainkan juga hidup berkelompok. Sebagai
makhluk individu dan sosial hendaknya manusia saling menghargai dan
menghormati. Artinya, individu harus menghargai dan menghormati
kelompok, sebaliknya kelompok harus menghargai dan menghormati
individu. Dalam memenuhi kebutuhannya, individu tidak boleh
mengabaikan kepentingan kelompok begitu pula sebaliknya.
3. Manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk Tuhan
Manusia sebagai makhluk pribadi yang berdiri sendiri
dan makhluk Tuhan. Hal ini mengandung arti bahwa
manusia memiliki kemampuan-kemampuan yang
dapat berkembang untuk selanjutnya dapat
merencanakan sesuatu, membudayakan alam semesta,
atau mengolah alam untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Namun, segala usaha manusia tidak akan
pernah berhasil dengan kekuatan manusia itu sendiri.
Ada suatu kekuatan di atas manusia yang ikut
menentukan keberhasilan usaha manusia, yaitu
kekuatan Tuhan.
C. PENGERTIAN ISLAM
Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan tauhid
dan tunduk kepada-Nya dengan taat dan berlepas diri
dari perbuatan syirik dan pelakunya. Barangsiapa yang
berserah diri kepada Allah saja, maka dia adalah
seorang muslim. Dan barang siapa yang berserah diri
kepada Allah dan yang lainnya, maka dia adalah
seorang musyrik. Dan barangsiapa yang tidak berserah
diri kepada Allah, maka dia seorang kafir yang sombong.
D. KONSEP MANUSIA DALAM ISLAM
Konsep Manusia dalam Islam:
1. Pengertian Manusia dalam Al-qur’an.
Quraish Shihab mengutip dari Alexis Carrel dalam
“Man the Unknown”, bahwa banyak kesukaran yang
dihadapi untuk mengetahui hakikat manusia, karena
keterbatasan-keterbatasan manusia sendiri. Istilah
kunci yang digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk
pada pengertian manusia menggunakan kata-kata
basyar, al-insan, dan an-nas.
Kata basyar disebut dalam Al-Qur’an 27 kali. Kata basyar menunjuk
pada pengertian manusia sebagai makhluk biologis (QS Ali ‘Imran
[3]:47) tegasnya memberi pengertian kepada sifat biologis manusia,
seperti makan, minum, hubungan seksual dan lain-lain.
1. PENGERTIAN AKHLAK
2. AKHLAK KEPADA ALLAH SWT
3. AKHLAK KEPADA
RASULULLAH SAW
4. AKHLAK KEPADA MANUSIA
DAN LINGKUNGAN
5. PERANAN AKHLAK TERHADAP
TANTANGAN ZAMAN
PENGERTIAN AKHLAK
◈ KATA AKHLAK MERUPAKAN BENTUK JAMAK
DARI KATA “KHULUK” DAN BERARTI TINGKAH
LAKU, PERANGAI, TABIAT,
◈ SECARA ETIMOLOGIS AKHLAK BERARTI
KEKUATAN JIWA YANG MENDORONG
PERBUATAN SECARA SPONTAN TANPA
DIPIKIRKAN TERLEBIH DAHULU
◈ ARTINYA BAHWA AKHLAK BERARTI KUALITAS
PRIBADI YANG TELAH MELEKAT PADA JIWA.
AKHLAK
MAHMUDAH/ MADZMUMAH/
BAIK BURUK
BALASAN
MENYEMPURNAKAN
AKHLAK
RAHMATAN LIL
VISI RASULULLAH ALAMIN
BERTAUHID
KEPADA ALLAH
Syarat mengapa suatu perbuatan dapat di
katakan ahlak :
َّللا َحدِيثًا
ِ َّ ق ِم َن ْ َ َم ْن أ
ُ ص َد
“Dan siapakah orang yang lebih benar perkataan(nya) dari
pada Allah?” (An Nisa: 87)
◈ Kedua: Menerima hukum-hukum yang
Allah tetapkan dengan
mengamalkannya
Tidaklah sepantasnya bagi seseorang untuk menolak hukum Allah.
Apabila seseorang menolak hukum Allah maka apa yang dia lakukan
adalah bentuk akhlak buruk kepada Allah. Sama saja penolakan itu
dalam bentuk pengingkaran, atau sombong tidak mau
mengamalkan, menolak atau menyepelekan pengamalannya.