Fisik Diagnostik Prof Bambang Purwanto EDIT Coas
Fisik Diagnostik Prof Bambang Purwanto EDIT Coas
FINASIM
Vital Sign:
Tensi, Nadi, RR, suhu
Syarat pemeriksaan ikterik :
1. di tempat terang
2. Sclera yang tertutup
3. dibandingkan dengan kertas putih
Tanda kronis :
- papil lidah atropi
- Spoon nail t.u ibu jari
1. JVP
2. Kelenjar getah bening
3. Trachea
4. thyroid
Meningkat pada decompensatio cordis kanan
Etiologi Decomp kanan :
1. Asma, bronchitis kronis emfisema
PPOM RVHCompensatio cordis
decomp CPC
2. decomp kiri ke kanan ( HHD, Kelainan
katup : mitral dan aorta, VSD, ASD)
3. Decomp kanan dan kiri bersama :
- AHD - Thyroid heart disease
- Cardiomyopathy - OMI anteroseptal pada ortu
KGB yang penting :
1. Coli posterior : scropuloderma, HL, NHL
2. Supra clavicula : tumor paru, pancoast
tumor
3. infra clavicula : tumor paru, pancoast tumor
Penting karena berhubungan dengan sistem
limfonodi sistemik
Yang menarik trachea :
1. fibrosis paru yang luas
2. Atelektasis
3. Scwarte / Fibrosis pleura
Costa angle
SIC 7-8 tempat thoracentesis.
I : Statis : barel chest, asimetris, SIC menyempit
atau melebar
Dinamis : pengembangan dada
P : Fremitus raba : infiltrat meningkat
P : Normal : Sonor
Lobair pneumonia
- prodromal : redup
- Hepatisasi merah: pekak
- Hepatisasi kelabu : pekak
- konvalesen : redup
A : Suara Dasar
Lobair pneumonia
- prodromal : SDV meningkat / broncho ves
- Hepatisasi merah: SD Bronchial
- Hepatisasi kelabu : SD Bronchial
- konvalesen : SDV meningkat / broncho ves
Suara tambahan : RBH, RBK, Wheezing
Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi
Atelektasis . ddg dada mengecil FR Redup SD / -
. SIC sempit
.Pgerakan
Effusi .ddg thorax mbesar FR Redup SD / -
.SIC lebar
pleura
.pgerakan
Emfisema . Barel chest FR Hiper sonor SD / -
.SIC mlebar
.Costa datar
.Pgerakan dangkal
Massa . > menonjol FR Redup SD
. SIC mlebar
.Pgerakan
Pneumo .ddg thorax mbesar FR Hiper sonor SD
.SIC lebar Krepitasi
thorax
. Pgerakan
fibrosis normal FR redup SD
Kaki bengkak
Obesitas/kegemukan
Penurunan kesadaran sementara akibat anoksia serebral
biasanya karena aliran darah ke otak yang tidak cukup.
Vent kiri
Atrium kanan
Vent kanan
Impuls apeks
Inspeksi Jantung:
1. Bentuk Dada ;
N = diameter tranversal : posterior =2:1 simetris
2. Bentuk kelainan dada akibat abnormalitas paru
= mis vossure cardiac (pectus carinatum)
3. Pulsasi
Tampak iktus kordis pada dewasa yang kurus
sesuai dg letak apeks kordis,diameter 2 cm dg
pungtum maks kira2 ditengah daerah itu.
Pulsasi bersamaan dengan denyut sistolik, pada arteri
karotis (diraba dibwh leher)
IKtus kordis tjd krn=kontraksi vent wkt sistolik disertai
putaran kearah depan dan sedikit medial
Jika iktus tampak geser kekiri : dugaan LVH
lateral
Pericarditis adesiva : iktus cordis yang negatif
artinya saat sistolik malah retraksi ke dalam,
diastolik tjd pulsasi keluar
Aneurisma aorta : pulsasi tampak di kiri/kanan
bag atas sternum
Pulsasi manubrium sterni : dilatasi arteri
pulmonalis (duct botali persisten/aneurisma a
pulm)
Hipertrofi vent kanan : pulsasi kuat sela iga 4 di
garis sternum / epigastrium
PALPASI JANTUNG
Cara : melekatkan seluruh telapak tgn pada
dinding torak dg tekanan lembut
Tentukan lokasi pungtum maks : nilai kuat angkat
/ tidak,luas,frekuensi,kualitas pulsasi
Jenis pulsasi palpasi ;
1. Ventrikular heaving : sifat menggelombang dibwh
telapak tangan
2. Ventrikular Lift : sifat spt pukulan2
3. Perikardial Friksion rub : di prekordium ( gesekan /
fremitus yang sinkron dg denyut jantung ) mis
perikarditis fibrinosa
4 Thrill : adanya fibrasi disamping pulsasi , krn kelainan
katup
PERKUSI JANTUNG
Tujuan : menentukan besar dan bentuk jantung
secara kasar
Cara spt perkusi paru : batas2 sisi kanan dan kiri
perkusi dari arah lat ke medial, batas atas : perkusi
dari atas ke bwh atau dari lateral atas ke medial
bawah
Tentukan :
1. Batas jantung kanan
2. Batas jantung kiri
3. Pinggang jantung
1. Batas jantung kanan =
Tentukan batas paru hati pd grs midklav kanan
2 jari diatas tempt tsb perkusi lagi kearah medial sampai suara
sonor menjadi redup (tjd pd grs midsternum dan sternum ka),
patologis :tanda pembesaran vent kanan atau atrium kanan
2.Batas Jantung Kiri =
Tentukan batas bawah paru kiri pd grs aksilaris anterior kiri, 2 jari
diatasnya perkusi kearah sternum sampai bunyi sonor -redup.
N=lokasi sedikit sebelah medial garis midklav kiri.bila sulit
menentukan batas bawah paru kiri, mk batas paru hepar kanan
bs dipakai dasar patokan perkusi
3.Pinggang jantung
Perkusi dari ats ke bawah pada garis parasternum kiri .
N = spatium intercostal 3 kiri, bila letaknya lebih naik mungkin
ada pembesaran atrium kiri karena stenosis mitral
AUSKULTASI JANTUNG :
Dasar = alat stetoskop untuk badakan BJ 1,2,3,4, kardiak
murmur (kelainan katup/ sekat jantung)
Thrill saat palpasi diperjelas dg adanya murmur (bising
jantung) ini
Posisi pasien, kepala ditinggikan dengan membentuk
sudut 30˚ / lateral kiri decubitus
Untuk memperjelas bunyi jantung saat auskultasi, pasien
diminta untuk menahan nafas sebentar (cegah intervensi
bunyi jantung dan suara nafas)
Stetoskop ada 2 jenis : sungkup (open bell type) untuk
bunyi2 nada rendah --- cara ditekan agak keras
Stetoskop piring diafragma (Bowl tipe) untuk bunyi2 nada
tinggi
Bunyi Jantung
Yang harus diperhatikan :
1. Lokalisasi dan asal bunyi jantung
2. Menentukan BJ1 dan BJ 2
3. Ada tidaknya BJ III dan BJ IV
Intensitas dan kualitas bunyi
Irama dan frekuensi BJ
Bunyi2 jantung yang lain yang menyertai BJ utama
1. Lokalisasi BJ
BJ1 asal dari katup mitral
Sela iga 2 tepi kiri sternum untukBJ katup pulmonal
Sela iga 2 tepi kanan sternum untuk BJ asal dari katup
aorta
Ruang sela iga 4 & 5 tepi kanan dan kiri sternum / bag
ujung sternum untuk katup trikuspidal
2. Bunyi Jantung Sistolik 1 dan Bunyi Jantung
Diastolik 2
BJ 1 – sistolik : katup mitral & Trikuspid tertutup serentak
BJ 2 – diastolik : katup aorta & pulmonal menutup
serentak
Fase sistolik : fase antara BJ 1 dan 2 terjadi pemompaan
kedua vent keseluruh tubuh dan paru
Fase diastolik : fase dari BJ 2 ke BJ 1 tjd pengisian kedua
ventrikel
Intensitas dan Kualitas Bunyi :
Di apeks BJ 1 > keras BJ 2
Di basal jantung BJ 2 > B 1
Bandingkan A2 dan P2 =
Hipertensi pulmonal P2 mengeras
Hipertensi sistemik A2 mengeras
Stenosis mitral BJ 1 di apek (M1) mengeras
Stenosis trikspid BJ trikuspid 1 (T1) mengeras
Infark miokard, tamponade/perikarditis dan
emfisema=bunyi jantung semua pelan
Dengarkan splitting / reduplication :
BJ 1 spliting krn penutupan katup T dan M tidak bersamaan
(normal duluan mitral 0,02-0,03 detik dari Trikus
BJ 2 spliting krn, normal = dlm fase inspirasi BJ P2 lebih lambat
0,02-0,03 dtk dibanding BJ A2
RBBB & Atrial septal defek = BJ 2 tak berubah dg respirasi (fixed
splitting)
Bunyi Jantung III dan IV :
BJ 3 intens rendah N pd dws muda
BJ 3 0,015-0,0017 det setelah BJ 2
BJ 3 disebut Gallop rhythm
BJ 3 mengeras di apeks : gagal jantung vent kiri / bila
di ujung sternum : gagal jantung kanan
BJ 4 kontraksi atrium yg lebih kuat : Atrial gallop,
kadang N pd dws muda, 0,08 dtk sblm BJ 1
Blok AV,hipertensi sistemik,infark miokard : BJ 4
Irama dan Frekuensi Jantung
Banding BJ dan Nadi > 100 x/m : takikardi
BJ dan nadi < 60 x/m : bradikardi
Aritmia sinus : irama BJ saat ekspirasi lbh lambat
Compensatoir pause : irama jantung N kadang
diselangi ektrasistolik cepat
Fibrilasi : irama bunyi yang sama sekali tak teratur
Opening snap : dari katup mitral awal diastolik 0,07
dtk setelah BJ 3 pada stenosis mitral/trikuspid
Sistolik clik : stenosis aorta/pulmonal
Bunyi Jantung lain =
1 Bising Jantung (cardiac Murmur)
Dibagi bising sistolik dan diastolik
Perhatikan : fase,intens dan nada bising, bentuk, lama,
lokasi bising (punktum maks, arah bising yang paling
keras,apakah posisi bising berubah ubah berdasar
posisi badan/pernafasan
Bising sistolik inocent : pd anak2 : N
Hemic murmur : pd keadaan anemia /demam, tanpa
kelainan jtg organik / bising jantung faali
Bising Sistolik
Diantara BJ 1 dan 2 ;
2 macam ;
1. Tipe Ejection : stenosis aorta
Akibat darah yg dipompa melalui bag yg menyempit
2. Tipe Pansistolik : insufisiensi mitral
Aliran balik yg melalui bagian jantung yang masih
terbuka ( harusnya tertutup pd kontraksi jantung )
Bising Diastolik :
Terdengar dlm fase diastolik antara BJ 2 dan Bj 1, setelah BJ 2,
macamnya:
1 Mid diastolik
Pertengahan fase diastolik, PM di apeks — stenosis mitral
2 Early diastolik
Segera setelah BJ 2 : insufisiensi aorta
3 Pre sistolik
Akhir fase diastolik, tepat sebelum BJ 1 — stenosis mitral
Derajat intensitas bising jantung ada 6 (AHA):
Derajat 1 bising sangat pelan
Derajat 2 bising cukup pelan
Derajat 3 bising agak keras
Derajat 4 bising cukup keras
Derajat 5 bising sangat keras
Derajat 6 bising sekeras kerasnya
Gesekan Perikardium :
Bunyi yg timbul akibat gesekan pericardium viseral
dan parietal yg permukaannya kasar menebal akibat
perikarditis