Anda di halaman 1dari 44

Penelitian Penemuan dan Pengembangan Obat Baru

dengan Mekanisme Molekuernya (Obat Jantung)


Kelompok 5
• Fathfani Aulia 11161020000001
• Gita Andriani 11161020000007
• Millatul Amalia 11161020000020
• Safna Prameswari 11161020000021
• Gianika Frakastiwi 11161020000028
• Kamila Firdausy Khalidin 11161020000056
• Luthfia Ainurriza 11161020000063
• Ulfa Salsabila Rahma 11161020000068
• Rahmah Shiamiati 11161020000083
• Khairin Nisa 11161020000089
 Pengembangan bahan obat diawali dengan sintesis atau isolasi dari berbagai sumber yaitu dari tanaman (glikosida jantung
untuk mengobati lemah jantung), jaringan hewan (heparin untuk mencegah pembekuan darah), kultur mikroba (penisilin G
sebagai antibiotik pertama), urin manusia (choriogonadotropin) dan dengan teknik bioteknologi dihasilkan human insulin untuk
menangani penyakit diabetes.
 Dengan mempelajari hubungan struktur obat dan aktivitasnya maka pencarian zat baru lebih terarah dan memunculkan ilmu
baru yaitu kimia medisinal dan farmakologi molekular.
 Proses penemuan obat baru merupakan langkah yang sangat panjang. Secara garis besar, penelitian dan pengembangan suatu
obat dibagi menjadi beberapa tahapan sbb:
• Sintesis dan screening molekul.
• Studi pada hewan percobaan.
• Studi pada manusia yang sehat (healthy volunteers).
• Studi pada manusia yang sakit (pasien).
• Studi pada manusia yang sakit dengan populasi diperbesar.
• Studi lanjutan (post marketing surveillance)

Pengembangan obat baru


Obat yang diteliti harus melewati tahap uji praklinik dan uji
klinis :
• Uji praklinik
Merupakan persyaratan uji untuk calon obat. Dari uji ini
diperoleh informasi tentang efikasi (efek farmakologi), profil
farmakokinetik dan toksisitas calon obat. Pada mulanya yang
dilakukan pada uji praklinik adalah pengujian ikatan obat
pada reseptor dengan kultur sel terisolasi atau organ terisolasi,
selanjutnya dipandang perlu menguji pada hewan utuh.
• Uji klinik
Uji klinik terdiri dari 4 fase :
1. Fase I : obat yang diteliti diuji pada sukarelawan sehat untuk mengetahui apakah sifat
yang diamati hewan percobaan juga terlihat pada manusia.
2. Fase II : obat yang diteliti diuji pada pasien tertentu, diamati efikasi pada penyakit
yang diobati.
3. Fase III : melibatkan kelompok besar pasien, di sini obat baru dibandingkan efek dan
keamanannya terhadap obat pembanding yang sudah diketahui.
4. Fase IV : setelah obat dipasarkan masih dilakukan studi pasca pemasaran (post
marketing surveillance) yang diamati pada pasien dengan berbagai kondisi, berbagai
usia dan ras, studi ini dilakukan dalam jangka waktu lama untuk melihat nilai
terapeutik dan pengalaman jangka panjang dalam menggunakan obat.
Proprotein convertase
subtilsin-kexin tipe 9
(PCSK9 inhibitor)
Nama obat : Alirocumab
Merk dagang : Praluent
Disetujui : Juli 2015 oleh FDA
Bentuk sediaan : Injeksi subkutan
Indikasi :
-Tambahan untuk diet dan memaksimalkan
terapi pada toleransi statin
-Pengobatan dengan hiperkolesterolemia
familial heterozigot
-Penyakit kardiovaskular aterosklerosis
klinis, yang memerlukan penurunan
tambahan LDL-C.
• Mekanisme kerja:
-Inhibitor PCSK9
-PCSK9 mengikat reseptor LDL (LDLR) pada permukaan hepatosit untuk
meningkatkan degradasi LDLR di dalam hati
-LDLR adalah reseptor utama yang membersihkan sirkulasi LDL
-Penghambatan pengikatan PCSK9 ke LDLR, meningkatkan jumlah LDLR yang
tersedia untuk membersihkan LDL, sehingga menurunkan kadar LDL-C.
Tahap 5 : Monitoring keamanan obat paska pemasaran.

Pada September 2018 FDA telah menerima Aplikasi Lisensi Biologis tambahan (sBLA)

Pembaruan berupa penambahan efek dari obat Praluent dalam mengurangi risiko
kardiovaskular : serangan jantung, stroke iskemik, kematian akibat penyakit jantung
koroner dan angina tidak stabil yang membutuhkan rawat inap.

sBLA didukung oleh data dari ODYSSEY OUTCOMES, sebuah uji coba fase 3
kardiovaskular yang menilai efek Praluent pada 18.924 pasien yang memiliki sindrom
koroner akut (ACS)

Tahapan Penelitian Obat


Agen baru dengan sifat vasodilator
Serelaxin
Serelaxin adalah bentuk rekombinan manusia relaxin-2. Relaxin adalah 53 peptida
asam amino yang berbagi kesamaan struktural dengan insulin,termasuk penghilangan C-
peptida untuk menghasilkan molekul dua rantai dengan ikatan disulfida, dan diyakini
memainkan peran sentral dalam adaptasi kardiovaskular dan ginjal pada kehamilan pada
manusia.

• Bentuk sediaan : infus intravena baik serelaxin (10, 30, 100, atau 250 mcg / kg / hari)

 Sifat : Relaxin juga memiliki sifat antifibrotik melalui pengaturan sintesis kolagen
fibroblast dan efek pada matriks metalloproteinase.

• Indikasi : relaksin menurunkan SVR (systemic vascular resistence) dan meningkatkan


kepatuhan arteri. Karena sifat-sifat ini, relaxin mendapatkan minat sebagai terapi potensial
dalam AHF.
Mekanisme kerja
Relaxin mengikat reseptor G-protein-
coupled RXFP1, yang sebelumnya dikenal
sebagai LGR7, pada vaskulatur miokardium,
ginjal, dan sistemik menyebabkan efek aliran
ke NO melalui cAMP, reseptor tipe B
endothelin dan produksi NO berikutnya
melalui upregulation matriks
metalloproteinase, natriuretik atrium peptida,
dan faktor pertumbuhan endotel vaskular.
Uji Klinis
Studi klinis awal yang menguntungkan mendukung peran potensial serelaxin pada
pasien dengan AHF. Studi penemuan dosis, Pre-RELAX-AHF, terdaftar 234 pasien
yang dirawat dengan AHF, dyspnoea dengan pengerahan tenaga minimal atau saat
istirahat, SBP normal-ke-tinggi (SBP. 125 mmHg), dan disfungsi ginjal ringan
hingga sedang dan secara acak dalam 16 jam ke 48 jam infus intravena baik
serelaxin (10, 30, 100, atau 250 mcg / kg / hari) atau plasebo.
Studi Tahap II ini menunjukkan bahwa pasien yang menerima serelaksin dosis 30
mcg / kg / hari mengalami perbaikan pada dyspnoea, tanda dan gejala kongesti,
perburukan HF dan bahkan mungkin bertahan hidup, dan akibatnya, dosis ini
dipilih untuk penelitian lebih lanjut.
pasien yang diobati dengan serelaxin diperlukan penyesuaian dosis
obat-obat. Dalam analisis selanjutnya dari biomarker dari percobaan
RELAX-AHF, serelaxin mengurangi penanda yang mengindikasikan
jantung (troponin T jantung), ginjal (kreatinin dan cystatin-C), dan
hati (aspartat). efek studi hemodinamik memberikan bukti yang
meyakinkan untuk pengobatan baru opsi ment pada pasien dengan
tekanan darah diawetkan dan AHF.

• Belum disetujui FDA : FDA menolak untuk menyetujui serelaxin


pada Mei 2014, menyatakan bahwa itu menginginkan bukti lebih
lanjut kemanjuran. Awal tahun itu, panel penasihat Komisi Obat
untuk Penggunaan Obat (CHMP), dan meminta penelitian lebih
lanjut untuk menunjukkan efektivitas obat. Saat itu, uji coba
RELAX-AHF-2 sudah berlangsung
KOMBINASI PENGGUNAAN
KAPTROPIL DENGAN
FUROSEMID TERHADAP
PASIEN GAGAL JANTUNG
KONGESTIF
• Gagal jantung kongestif = kondisi dimana jantung tidak lagi dapat memompakan darah
yang cukup ke jaringan tubuh. Keadaan ini dapat timbul dengan atau tanpa dengan
penyakit jantung
• Terapi lini pertama untuk pasien gagal jantung kongestif adalah Angiotensin Converting
Enzym Inhibitor (ACEI) dan diuretik. ACEI pada gagal jantung ditujukan untuk semua
pasien CHF karena tidak berfungsinya sistolik pada ventrikel kiri, disamping itu ACEI
juga berguna untuk mengontrol tekanan darah sedangkan diuretik digunakan untuk
menghilangkan gejala kongestif dan retensi cairan.
• Nama Obat : Kaptopril
• Bentuk Sediaan : Tablet
• Dosis : Gagal jantung (tambahan), awalnya 6,25 - 12,5 mg di bawah
pengawasan medis yang ketat (lihat keterangan di atas); dosis penunjang lazim 25 mg 2
- 3 kali sehari; maksimal 150 mg sehari. Penyesuaian dosis pasien CHF yang
menggunakan obat kaptopril dan furosemid yang mengalami kerusakan ginjal yaitu bila
kadar ClCr berada diantara rentang 10-50 ml/menit maka penyesuaian dosisnya adalah
dosis diturunkan 75% dari dosis normal. Sementara jika nilai CrCl < 10 ml/menit dosis
diturunkan 50 % dari dosis normal.
• Interaksi
Penggunaan bersama dengan diuretika. Penghambat ACE dapat
menyebabkan penurunan tekanan darah yang sangat cepat pada pasien
dengan kekurangan cairan; oleh karena itu pengobatan sebaiknya dimulai
dengan dosis yang sangat rendah. Jika dosis diuretika lebih besar dari 80 mg
furosemid atau ekivalen,
• Indikasi
Hipertensi ringan sampai sedang (sendiri atau dengan terapi tiazid) dan
hipertensi berat yang resisten terhadap pengobatan lain; gagal jantung
kongestif (tambahan); setelah infark miokard; nefropati diabetik
(mikroalbuminuri lebih dari 30 mg/hari) pada diabetes tergantung insulin
• Mekanisme Kerja
Penghambat ACE digunakan pada semua tingkat keparahan gagal jantung, biasanya
dikombinasikan dengan diuretika. Pada pasien CHF dengan Hipertensi penggunaan
kaptopril sudah tepat karena dapat menurunkan tekanan darah melalui mekanisme
aksi kaptopril yaitu menghambat ACE ( Angiostensin Converting Enzyme) yang
dibutuhkan untuk mengubah angiostensin I yang belum aktif menjadi angiostensin II
yang bersifat aktif. Karena pembentukan angiostensin II terhambat maka terjadi
vasodilatasi, dan penurunan sekresi aldosteron sehingga ginjal mensekresi natrium
dan cairan serta mensekresi kalium. Keadaan ini akan menyebabkan penurunan
tekanan darah dan mengurangi beban jantung, baik afterload maupun pre-load
Kombinasi neprilysin
dan penghambat
sistem renin
angiotensin untuk
pengobatan gagal
jantung
• Neprilysin adalah sebuh enzim yang terlibat dalam pemecahan
biologis aktif natriuretik peptida dan beberapa senyawa vasoaktif.
• Penghambatan neprilysin telah menjadi target terapi untuk beberapa
senyawa yang telah diuji pada penyakit kardiovaskular, termasuk
ecadotril, candoxatril, omapatrilah dan lcz696.
• Meskipun ecadotril, candoxatril dan omapatrilat awalnya telah dites
pada penyakit hipertensi dan atau gagal jantung, kurangnya efikasi
dan adanya efek samping menyebabkan pengembangan ini tidak
dilanjutkan.
Stroke merupakan penyakit cerebrovasculer yang terjadi
secara tiba-tiba akibat terhentinya suplai darah ke otak karena
sumbatan (stroke iskemik) ataupun perdarahan (stroke
hemoragik). Stroke iskemik terjadi karena aliran darah ke
otak terhenti karena aterosklerosis atau bekuan darah yang
telah menyumbat suatu pembuluh darah sehingga akan
mengganggu suplai oksigen dan nutrisi ke
otak.
Citicoline sebagai neuroprotektan pada level neuronal adalah
memperbaiki membran sel dengan cara menambah sintesis
phosphatidylcholine yang merupakan komponen utama membran
sel terutama otak. Meningkatnya sintesis phosphatidylcholine
akan berpengaruh pada perbaikan fungsi membran sel yang
mengarah pada perbaikan sel (Doijad, dkk. 2012).
Populasi dan sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah semua data pasien yang diperoleh dari rekam medik pasien stroke di
Instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Haji Makassar yaitu
sebanyak 60 pasien.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah data pasien stroke iskemik yang diperoleh dari rekam medik pasien
stroke di Instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Haji Makassar
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sesuai Rumus Slovin sebanyak 52
pasien.

Metode Penelitian
Prosedur kerja
1. Tahap Persiapan
Studi kepustakaan, dan mengumpulkan informasi terkait stroke yang
dibutuhkan.
2. Tahap Penelitian
Tahap penelitian dimulai dari pengambilan dan pengelompokkan
sampel. Pengambilan sampel berdasarkan dari catatan medik pasien
rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Haji Makassar yang
memenuhi kriteria inklusi. Data yang diamati berupa data klinik, data
laboratorium, dan data demografi yang diperoleh dari rekam medik
pasien dan dicatat melalui lembar pengumpulan data.
3. Pengolahan Data
Setelah semua data didapatkan, selanjutnya dilakukan tabulasi
berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan. Data yang diperoleh
dilakukan pengolahan data dengan cara editing, coding, entry data,
tabulasi dengan menggunakan komputer.
4. Analisis Data
Analisis data dilakukan berdasarkan hasil penelitian dengan
menggunakan metode statistik deskriptif yang menggambarkan
pengaruh penggunaan piracetam dan citicoline terhadap stroke iskemik
meliputi jenis kelamin, usia, lama perawatan, GCS (Glasglow Coma
Scale) dan riwayat penyakit penyerta yaitu hipertensi, diabetes mellitus,
dislipidemia dan penyakit jantung koroner. Analisis data menggunakan
program software SPSS(Statistical Package for the Social Sciences)
versi 22.
Seluruh pasien stroke iskemik sebanyak 52 pasien di Instalasi
Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar,
sebanyak 46 pasien (88,5%) menggunakan piracetam dan 6
pasien (11,5%) menggunakan citicoline.
Efek yang ditimbulkan terhadap pasien yang menggunakan
piracetam dan citicoline menunjukkan adanya perbaikan fungsi
neurologi dilihat berdasarkan parameter GCS (Glasglow Coma
Scale) berupa respon mata, respon verbal dan respon motorik.
• Aritmia merupakan penyakit jantung yang umum terjadi. Aritmia mengacu
pada setiap bentuk denyut atau irama jantung yang bersifat tidak normal.
Jantung normal berdenyut sebanyak 60-100 kali per menit saat seseorang
beristirahat. Dan denyut jantung tersebut memiliki irama yang teratur.
• Bila seseorang memiliki denyut jantung yang lambat, yaitu kurang dari 60
denyut per menit; atau denyut jantung yang cepat, yaitu lebih dari 100
denyut per menit saat beristirahat, dia mungkin menderita aritmia. Kadang-
kadang, seseorang bisa memiliki denyut jantung yang normal namun dengan
irama yang tidak teratur. Dia mungkin saja menderita penyakit denyut
jantung ektopik atau fibrilasi atrium.

Obat Baru Aritmia AF


• Vernakalant Hydrochloride (RSD1235) merupakan obat baru dari terapi aritmia
yang sudah diteliti secara klinis yang merupakan obat antiaritmia kelas III yaitu
potassium channel blocker yang mempunyai efek inhibisi yang bersifat selektif
terhadap atrium dan menghambat kanal kalium yang sangat cepat (IKur) pada
khususnya dan juga IKAch.
• Obat ini juga memberikan efek inhibisi tambahan, namun dengan potensi yang
lebih rendah dan tidak bersifat selektif terhadap atrium. Efek inhibisi tambahan
tersebut terjadi pada kanal natrium (INaL) dan juga kanal kalsium (ICal), IKr dan Ito.
• Karena sifat obat ini yang cukup selektif pada atrium, maka vernakalant hanya
dapat sedikit memperlama potensial aksi ventrikel dan sifat refrakter, sedangkan
durasi QRS dan interval QT akan tetap konstan pada pemakaian verkalant.

Vernakalant Hydrochloride (RSD1235)


• Eliminasi : cepat ketika • Efek samping non-kardiak : disgeusia,
digunakan secara intravena dengan parestesia, mual, batuk, pruritus dan
waktu paruh 2,9-3,3. jam. bersin. Hipotensi juga dialami pada
• Metabolisme :di hati oleh sejumlah kecil pasien.
sitokrom CYP-2D6, distribusi • Meskipun vernakalant intravena
cepat, ikatan protein plasma tampaknya memiliki resiko proaritmia
rendah, tidak ada penyesuaian jauh lebih sedikit, tetapi obat ini kurang
dosis untuk pasien dengan memiliki khasiat dalam mengobati atrial
gangguan ginjal atau hati atau flutter.
pada pasien usia lanjut.
• Dosis : (IV) 3mg / kg
yang diinfus selama 10 menit
diikuti oleh 2mg / kg, jika fibrilasi
atrium tetap ada.
• Meskipun sudah diuji secara klinis, vernakalant intravena pada
tahun 2007 sedang ditinjau oleh FDA untuk dipertimbangkan
persetujuan pasar di AS.
• Pada tahun 2010 vernakalant telah mendapat persetujuan oleh
Uni Eropa untuk beredar di pasaran, tetapi FDA tetap belum
mengeluarkan persetujuan tersebut.
• Saat ini hanya venakalant dalam bentuk sediaan intravena saja
yang dapat beredar dipasaran. Para peneliti sedang melakukan
penelitian dan mengusahakan agar sediaan oral juga dapat
tersedia.

Persetujuan FDA
• Angina pectoris biasanya terjadi pada pasien artery coronary, mempengaruhi
salah satu atau arteri epikardial yang lebih besar dan dihasilkan ketika perfusi
miokardial tidak dapat memenuhi permintaan metabolism miokardial
• Meningkatnya denyut jantung menujukan factor penting, termasuk iskemia
miokard dan angina pectoris
• Obat yang biasa digunakan adalah B-Blocker yang memiliki interaksi serius
antarobat. Walaupun penggunaan obat terbatas karena kepatuhan yang buruk,
terutama pada orang tua.
• Ivabradin, obat penghambat selektif sebagai agen penurun denyut jantung dengan
menghambat if pada sinotrial node
• Dose : 5-10 mg 2x 1 hari

Ivabradin
• Pengaktivasi hiperpolarisasi
• Channel blocker gerbang siklik nukleotida, dengan aktivitas
kronotropik.
• Ivabradin secara selektif `berikatan pada bagian intraseluker
dari pori saluran HCN dan memblokir saluran HCN di sel
pacu jantung (pacemaker) dalam nodus SA.
• Obat ini menghambat arus ion pacemaker if, mencegah aliran
ke dalam dan mengakumulasi ion positif , mengurangi pacu
jantung dan memperlambat depolarisasi diastolic.
• Saluran HCN, saluran campuran Natrium dan Kalium yang
membawa masuk lf kedalam, serta yang memainkan peran
kunci dalam pengaturan pacu jantung dalam nodus SA

Mekanisme Kerja
• Tidak hanya berpotensi menurunkan serangan angina dan
iskemia miokard tapi juga meningkatkan outcome
coronary pada pasien dengan penyakit arteri coronary dan
disfungsi ventrikel kiri
• Efek samping : Bradikardia
• Status : Disetujui FDA pada 15 April 2015
Profil Penurunan Tekana Darah pada Terapi Obat Antihipertensi
Golongan CCB Dihidropiridin Antara Amlodipin Dibandingkan
Nifedipin Oral Osmotik
(Studi Dilakukan di Poli Penyakit Dalam RS Bhayangkara Porong)
Penelitian yang dilakukan ini bersifar observasional dengan bahan yang digunakan adalah
data tekanan darah sistolik dan diastolic pre dan post terapi Amlodipin atau Nifedipin
Oros yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok A dengan terapi obat Amlodipin
dan kelompok B dengan terapi Obat Nifedipin Oros.
Dilakukan pengambilan data awal yaitu tekanan darah pasien yang diperoleh dari data
rekam medic pasien (tekanan darah pre terapi obat antihipertensi Amlodipin atau
Nifedipin oros). Selanjutnya dilakukan pengamatan tekanan darah pasien dengan terapi
obat Amlodipin atau Nifedipin Oros selama 5 bulan, secara kombinasi data retrospekti
dan prospektif. Kemudian dilakukan pengambilan data ulang yaitu tekanan darah setalah
terapi obat antihipertensi yang disebut sebagai data post terapi obat yang diperoleh dari
data rekan medic pasien serta menanyakan efek samping yang terjadi pada pasien.
• Dari kedua obat antihipertensi yaitu Amlodipin dan Nifedipin Oros dapat
menurunkan tekanan darah dari kategori hipertensi stage II menjadi kategori pre
hipertensi.
• Hal ini disebabkan karena kedua obat merupakan obat antihipertensi golongan
CCB Dihidropiridin yang memiliki peran menurunksn tekanan darah,
mengurangi kejadian hipertropi ventrikel kiri dan memperbaiki kalsium intrasel.
• Dengan mekanisme kerja pada penghambat kanal Ca dengan cara menghambat
masuknya Ca ke dalam sel, akibatnya terjadi relaksasi otot polos vascular,
menurunnya kecepatan nodus SA serta konduksi AV. Penghambat kanal Ca
meningkatkan suplai oksigen otot jantung dengan cara dilatasi coroner,
penurunan tekanan darah dan denyut jantung yang mengakibatkan perfusi
subendokard membaik.
• Amlodipine dan Nifedipin Oros merupakan obat penyekat
kalsium lepas lambat atau penyekat kalsium dengan waktu
paruh yang lama yang dapat menghasilkan pengendalian
tekanan darah yang lebih halus dan lebih tepat untuk terapi
hipertensi kronik sehingga menimbulkan efek samping yang
lebih jarang atau lebih ringan.
Antagonis Reseptor
Arginine Vasopressin :
Harapan Baru dalam
Penanganan Hiponatremia
pada Pasien Gagal Jantung
 Hiponatremia adalah kondisi di mana kadar natrium dalam tubuh terlalu rendah.
Kadar normal natrium adalah 135 mEq/L. Natrium adalah elektrolit yang
membantu mengatur kadar air di dalam dan sekitar sel. Pasien gagal jantung
merupakan salah satu kelompok pasien yang berisiko tinggi untuk mengalami
hiponatremia.15,16 Umumnya, risiko hiponatremia akan meningkat seiring
dengan tingkat keparahan pada gagal jantung.

• Prevalensi hiponatremia sekitar 20% pada pasien yang masuk untuk dirawat di
rumah sakit dengan diagnosis gagal jantung. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pasien gagal jantung yang mengalami hiponatremia pada saat masuk
untuk dirawat di rumah sakit memiliki prognosis yang lebih buruk dan memiliki
risiko mortalitas di rumah sakit yang lebih tinggi. Hiponatremia juga dapat
dijadikan sebagai prediktor keluaran klinis pasien dengan gagal jantung, baik
yang sifatnya jangka pendek maupun jangka panjang.
Patofisiologi terjadinya Hiponatremia pada pasien gagal
jantung dan obat Antagonis reseptor AVP yang diberikan
• Tolvaptan adalah antagonis reseptor arginin
• Nama Obat : Tolvaptan
• Merk Obat : Samsca
vasopresin 2 selektif dan kompetitif. Vasopresin
• Disetujui : Disetujui penggunaannya bekerja pada reseptor V2 yang ditemukan di
oleh FDA pada tahun 2009
dinding pembuluh darah dan luminal dari saluran
• Bentuk sediaan : Tablet
• Dosis : Disetujui pemberian secara pengumpul ginjal. Dengan memblokir reseptor V2
peroral dengan dosis awal 15 mg dosis tunggal dan dapat
di saluran pengumpul ginjal, aquaporin tidak
ditingkatkan menjadi 30 mg setelah 24 jam berikutnya.
• Interaksi : Potensi interaksi obat memasukkan diri ke dinding sehingga mencegah
cukup besar dengan obat-obat penghambat aktivitas
CYP3A4 atau yang dimetabolisme oleh enzim tersebut penyerapan air. Tindakan ini akhirnya
• Indikasi : Hiponatremia hipervolemik menghasilkan peningkatan volume urin,
atau euvolemik berat, yaitu pada kadar natrium dalam
darah <125 mEq/L atau pada kadar yang lebih tinggi menurunkan osmolalitas urine, dan meningkatkan
dengan gejala hiponatremia berat pembersihan air bebas-elektrolit untuk mengurangi
volume intravaskular dan peningkatan kadar

Profil Obat Tolvaptan dan natrium serum. Tolvaptan sangat berguna untuk
pasien gagal jantung karena mereka memiliki kadar

Mekanisme Kerja serum vasopresin yang lebih tinggi.


• Pada tahun 2009, FDA menyetujui penggunaan golongan vaptan berikutnya, tolvaptan yang dikembangkan oleh

perusahaan farmasi Otsuka America Pharm dengan menggunakan nama paten Samsca.®37 Tolvaptan dapat

diberikan secara peroral. Antagonis reseptor AVP dengan tolvaptan yang memiliki kemampuan secara nonselektif

untuk menghambat reseptor 𝑉2 .

• Hasil uji klinis tolvaptan juga menunjukkan hasil positif. Beberapa studi yang ditujukan untuk menguji efikasi dan

keamanan dari tolvaptan seperti ACTIV (Acute and Chronic Therapeutic Impact of a Vasopressin Antagonist

(Tolvaptan) in Congestive Heart Failure), EVEREST (Efficacy of Vasopressin Antagonism in Heart Failure

Outcome Study with Tolvaptan) dan SALTWATER (Safety and Sodium Assessment of Long Term Tolvaptan with

Hyponatremia) menunjukkan bahwa tolvaptan dapat meningkatkan kadar natrium dalam darah dengan cepat

meningkatkan volume urin, dan menurunkan osmolalitas urin. Efek samping yang terjadi pada penggunaan

tolvaptan adalah haus, mulut kering, dan poliuria yang umumnya dapat ditoleransi oleh subjek uji.

Tahap Penelitian Obat Talvoptan


• Naccarelli, Gerald V dkk. 2007. Atrial Fibrillation – New Antiarrhythmic Drugs.
Journal European Cardiovascular Desease.
• Singh, Abhishek.dkk,. 2017. Agents with vasodilator properties in acute heart
failure. European. European society of cardiology.
• Gen (Genetic Engineering & Biotechnology News). 2017. Novartis’ AHF Drug
Serelaxin Fails Trial Nearly Three Years after FDA Rejection.
https://www.genengnews.com/topics/drug-discovery/novartis-ahf-drug-serelaxin-
fails-trial-nearly-three-years-after-fda-rejection/, diakses pada tanggal 3
Desember 2018 pukul 16.25 WIB.
• Camm, A John. 2014. The Vernakalant Story: How did it Come to Approval in
Europe and What is the Delay in the U.S.A?. Current Cardiology Reviews, 2014,
10, 309-314. Bentham Science Publishers.

Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai