Anda di halaman 1dari 6

TAUHID NORMATIF – ASKETIS DAN KESALEHAN RITUAL - EGOISTIK

Disusun Oleh :
1. Cynthia Maharani (1804015189)
2. Isnaeni Habibah (1804015173)
3. Sri Wulandari Susanti (1804015077)

Fakultas Farmasi Dan Sains


Univversitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka
2018
TAUHID NORMATIF
 Dari segi bahasa, kata tauhid dalam bahasa arab, berasal dari kata wahhada,
yuwahhidu, tauhidan, yang berarti mengesahkan mengesakan dan
menyatukan
 Secara sederhana, tauhid normatif adalah kepercayaan seorang muslim akan
keesaan Allah SWT baik eksistensi, sifat-sifat, dan kekuasaannya serta hal-hal
matafisis (gaib) yang dikabarkannya
 Tauhid bisa dimaknai dengan keyakinan dan kesaksian bahwa “tidak ada
tuhan selain Allah”
TAUHID ASKETISME

• Dalam Filsafat, asketisme diartikan sebagai prinsip tingkah laku bermati raga
demi memperoleh kebahagiaan, keluhuran moral, dan idealisme kehidupan
agama
• Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, asketisme bermakna paham yang
mempraktekkan kesederhanaan, kejujuran, dan kerelaan berkorban
• Asketisme pertama sekali dipakai di dalam filsafat Stoa. T.C. Hall menguraikan
bahwa dihampir semua agama dan kebudayaan terdapat ide dan praksis
asketis
KESALEHAN SOSIAL
Kesalehan ritual (kesalehan individual) merupakan jenis kesalehan yang
ukurannya ditentukan berdasarkan seberapa taat seseorang menjalankan shalat
lima waktu, seberapa panjang zikir-zikir sesudah sholat, dan seberapa sering
sholat sunnah ia lakukan. Pada prinsipnya kesalehan dalam jenis ini ditentukan
berdasarkan ukuran serba legal formal sebagaimana apa yang dituntun oleh
ajaran agama
CONTOH KESALEHAN RITUAL DAN TAUHID NORMATIF
1) Shalat
2) Puasa
3) Zakat fitrah
4) Haji
5) Qurban

Misalnya dalam bidang sosial agama tampil dengan nilai-nilai kemanusian, tolong
menolong, persamaan derajat, dan sebagaimana agama tampil sangat ideal
dengan ajaran agama yang bersangkutan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai