Anda di halaman 1dari 20

EVALUASI PROGRAM

PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT) PADA BALITA KURUS DI UPK


PUSKESMAS KAMPUNG DALAM

Putri Anggana Dewi, S.Ked NIM. I4061152065


Aisyah, S.Ked NIM. I4061162036
Risa Muthmainah, S.Ked NIM. I4061171014

Pembimbing I Penguji I
dr. M.In’am Ilmiawan, M.Biomed dr. Sari Eka Pratiwi, M.Biomed

Pembimbing II Penguji II
Syarifah Latifah, S.KM Patricia Ami Dameuli, S.KM

STASE ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


UPK PUSKESMAS KAMPUNG DALAM PONTIANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2019
LATAR BELAKANG
Faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan Prevalensi Gizi Kurus Indonesia
Gizi keserasian antara perkembangan fisik dan Secara global adalah sekitar 13,3
perkembangan mental. juta anak
Data Riskesdas (2018) 6,7%.
Tingkat keadaan gizi normal Periode dua tahun pertama
tercapai bila kebutuhan zat gizi kehidupan seorang anak
optimal terpenuhi. merupakan masa kritis Kalimantan Barat
Balita Kurus 10,3% pada tahun 2017
PMT (Pemberian makanan
diukur berdasarkan indeks berat badan
tambahan )merupakan salah satu
menurut tinggi badan sebesar minus 3
program UPGK Undang-
standar deviasi (-3SD) sampai dengan Pontianak (2018)  498 Kelurahan
Undang nomor 36 tahun 2009
kurang dari minus 2 standar deviasi (<- orang dari 8600 orang Pontianak timur 144
tentang Kesehatan (Bab VIII)
2SD). (5,8%) orang (6,9%)

UPK Puskesmas Kampung Dalam


PMT diberikan pada balita kurus berusia 6 Distribusi PMT kepada balita kurus : UPK Puskesmas Kampung Dalam
bulan 0 hari sampai dengan 59 bulan 29 100%, 2016 dan 2017  14 balita ; 10 (Kelurahan Dalam
hari selama 90 hari berturut-turut sampai 33 balita yang mendapat PMT dari Bugis) dan 4 (Kelurahan Tanjung Hilir)
keadaan gizi penerima makanan tambahan bulan Desember 2018 s/d Februari 2018  51 balita ; 29 balita (Kelurahan Tanjung
ini menunjukkan perbaikan 2019 tidak mengalami peningkatan Hilir) dan 22 (kelurahan Dalam Bugis)
status gizi
3

RUMUSAN MASALAH DAN TUJUAN

RUMUSAN MASALAH
Bagaimana pelaksanaan program pemberian
makanan tambahan pada balita kurus di UPK
Puskesmas Kampung Dalam, Kecamatan
Pontianak Timur pada tahun 2019

TUJUAN KHUSUS
1) Mengetahui penyebab masih terdapatnya angka balita kurus setelah dilaksanakannnya program
pemberian makanan tambahan di UPK Puskesmas Kampung Dalam, Kecamatan Pontianak Timur pada
tahun 2019.
2) Merumuskan pemecahan masalah angka balita kurus setelah dilaksanakannnya program pemberian
makanan tambahan di UPK Puskesmas Kampung Dalam, Kecamatan Pontianak Timur tahun 2019.
4

RUANG LINGKUP DAN MANFAAT PENELITIAN

MANFAAT PENELITIAN
 Mahasiswa
 Mahasiswa mengetahui program Puskesmas, perencanan, pelaksanaan, masalah yang timbul dalam pelaksanan,
capaian dan mengevaluasi program Puskesmas serta memberikan masukan untuk perbaikan program.
 Fakultas
 Melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan fungsi dan tugas perguruan tinggi sebagai
lembaga yang menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian bagi masyarakat, terutama dalam
peningkatan mutu kesehatan di Kota Pontianak.
 Puskesmas
 Mendapat gambaran kemungkinan penyebab masalah pelaksanaan program dan alternatif pemecahan masalah
program Kesehatan Lingkungan di UPK Puskesmas Kampung Dalam, Kecamatan Pontianak Timur.
 Dinas Kesehatan
 Menjadi masukan dan bahan pertimbangan kepada Dinas Kesehatan Kota Pontianak dalam mencari solusi untuk
menangani permasalahan kesehatan masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
Indonesia.
5

Evaluasi Program
Pengertian

Evaluasi adalah penilaian secara keseluruhan keberhasilan


suatu program kesehatan masyarakat yaitu dengan melihat
dan memberi nilai keberhasilan program seutuhnya

Pemantauan dan Evaluasi PMT

Pemantauan merupakan
komponen penting dalam Tujuan
pengelolaan MT yang mencakup
Tujuan evaluasi program sebagai
pemantauan dalam pelaksanaan
alat untuk memperbaiki
penyimpanan di gudang dan
perencanaan dan pelaksanaan
pendistribusian MT sampai
program yang akan datang
kepada sasaran
6

Pemantauan dan evaluasi PMT


Pemantauan Penyimpanan dan Pendistribusian MT di tingkat Puskesmas
Meliputi kondisi fisik gudang, cara penyimpanan,, catatan dan pelaporan administrasi
gudang, rencana pendistribusian, dan jumlah MT yang rusak
Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan distribusi MT (stock opname) secara manual dilakukan pada setiap jenjang
(provinsi, kabupaten/kota, puskesmas) menggunakan formulir bantu manual stock
opname
Evaluasi
Evaluasi yang perlu dilakukan mencakup aspek kegiatan maupun hasil kegiatan untuk
dapat menjawab apakah kegiatan pemberian MT telah berjalan dengan baik dan dapat
meningkatkan status gizi sasaran sesuai yang diharapkan
7

Pemberian Makanan Tambahan (PMT)


Ketentuan PMT
Definisi & Tujuan
1. MT diberikan pada balita 6-59 bulan dengan kategori
Makanan bergizi sebagai tambahan selain kurus yang memiliki status gizi berdasarkan indeks
makanan utama bagi kelompok sasaran guna BB/PB atau BB/TB dibawah -2 Sd
memenuhi kebutuhan gizi serta memulihkan 2. Tiap bungkus MT Balita berisi 4 keping biskuit (40 gram)
keadaan gizi dan kesehatan balita kurus 3. Usia 6 -11 bulan diberikan 8 keping (2 bungkus) per hari
4. Usia 12-59 bulan diberikan 12 keping (3 bungkus) per
hari
Sasaran 5. Pemantauan pertambahan berat badan dilakukan tiap
1. bulan di Posyandu
1. Balita yang dalam pemulihan pasca 6. Bila sudah mencapai status gizi baik, pemberian MT
perawatan gizi buruk di TFC/Pusat Pemulihan pemulihan pada Balita dihentikan. Selanjutnya
Gizi/Puskesmas Perawatan atau RS mengonsumsi makanan keluarga gizi seimbang
2. Balita kurus dan berat badannya tidak naik 7. Dilakukan pemantauan tiap bulan untuk
dua kali berturut- mempertahankan status gizi baik
turut (2 T) 8. Biskuit dapat langsung dikonsumsi atau terlebih dahulu
ditambah air matang dalam mangkok bersih sehingga
3. Balita kurus
dapat dikonsumsi dengan menggunakan sendok
4. Balita Bawah Garis Merah (BGM)
9. Setiap pemberian MT harus dihabiskan
8

Balita Kurus
01 Global Nutrition Report
Indonesia urutan ketiga angka gizi kurus di
dunia, yaitu sebanyak 3,3 juta
02 Menurut Riskesdas 2018
29 balita kurus
Angka balita kurus di indonesia yaitu 6,7%

03 Menurut persagi 2018


Pontianak memiliki angka balita kurus 5,8% 22 balita kurus
dengan angka terbanyak yaitu di kelurahan
Pontianak Timur sebanyak 144 orang
(6,9%).
04 UPK Puskesmas Kampung Dalam

51 balita yang mengalami gizi kurus (2018)


9

Balita Kurus Penilaian Status Gizi


▸ Faktor Langsung Penilaian secara
langsung
Indikator Status Gizi Z score

Keadaan Infeksi 1. Antropometri


Gizi buruk <-3,0 SD

Konsumsi Makanan 2.
3.
Klinis
Biokimia
BB/U
Gizi kurang

Gizi baik
-3,0 SD s/d <-2,0 SD

-2,0 SD s/d 2,0


▸ Faktor Tidak Langsung 4. Biofisik Gizi lebih >2,0 SD

Budaya Sangat pendek <-3,0 SD

 Sosial Ekonomi Penilaian Secara Tidak


TB/U Pendek

Normal
-3,0 SD s/d <-2,0 SD

≥ -2,0 SD

Penyediaan Pangan Langsung Sangat kurus <-3,0 SD

Keluarga 1. Survey konsumsi Kurus -3,0 SD s/d <-2,0 SD


makanan
Pelayanan Kesehatan
BB/TB
Normal -2,0 SD s/d 2,0
2. Statistik vital
Gemuk >2,0 SD
dan Pendidikan 3. Faktor ekologi
10 METODOLOGI
Tolok Ukur Program Pelaksanaan Program Pemberian Makanan
Tambahan pada Balita Kurus di UPK Puskesmas Kampung Dalam

Evaluasi program dilakukan di UPK Puskesmas Kampung Dalam Kecamatan


Pontianak Timur pada tanggal 11 Februari 2019 sampai 30 maret 2019.
Target Dinas
Indikator % Capaian Kinerja Target Nasional
Kesehatan Kota
Pemberian Makanan Tambahan
100% 80% 85%
(PMT) Tahun 2018
Pemberian Makanan Tambahan
100% 80% 80%
(PMT) Tahun 2017
Pemberian Makanan
Pendamping ASI anak usia 6-24 100% 100% 75%
bulan
11

Menetapkan Prioritas Masalah

Untuk menganalisis permasalahan yang menjadi prioritas, analisis yang dapat


digunakan. adalah matrikurgency, seriousness, and growth atau yang sering
disingkat Matriks USG.
Urgency berkaitan dengan mendesaknya waktu yang diperlukan
Seriousness berkaitan dengan dampak dari adanya masalah tersebut
terhadap organisasi
Growth berkaitan dengan pertumbuhan masalah.
12

Penentuan Prioritas Penyelesaian Masalah

Penentuan prioritas penyelesaian masalah dilakukan untuk memilih alternatif


penyelesaian masalah yang paling menjanjikan. Cara pemilihan dapat dilakukan dengan
metode CARL. Metode ini didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi nilai 0-10.
C = Capability yaitu ketersediaan sumber daya
A = Accessibility yaitu kemudahan
R = Readiness yaitu kesiapan
L = Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain
Nilai total merupakan hasil perkalian C x A x R x L, urutan ranking atau prioritas adalah nilai
tertinggi hingga nilai terendah.
13

Keadaan Balita Kurus

Jumlah balita kurus di wilayah kerja UPK Puskesmas Kampung Dalam pada Desember 2018-
Februari 2019 yang terdata adalah sebanyak 33 jiwa.

Status Gizi Balita yang Mendapat PMT bulan Desember 2018- Februari 2019
14

HASIL PENILAIAN DAN PEMBAHASAN

Indikator dan Tolok Ukur Keluaran Program

NO Uraian U S G Total Ranking


1 100% Balita Kurus tidak mengalami 4 4 4 12 I
peningkatan status gizi setelah mendapatkan
makanan tambahan
2 71,1% Persentase Balita yang ditimbang Berat 3 4 3 10 II
Badannya (D/S)
3 83,1% Anak Usia 0-59 bulan yang 3 3 3 9 III
mendapatkan Pelayanan Kesehatan Balita
sesuai standar
15

Identifikasi Prioritas Masalah


Rankin
NO Uraian U S G Total
g
Kurangnya koordinasi antara penanggung jawab program dan kader PMT dalam pemantauan
1 5 4 5 14 I
balita kurus yang telah mendapatkan PMT
2
Kurangnya kesadaran, kepatuhan serta kemandirian masyarakat termasuk orangtua dari balita
5 4 4 13 II
kurus dalam melaksanakan program PMT di wilayah kerja UPK Puskesmas Kampung Dalam

Terdapat beberapa kader PMT yang belum mengikuti pelatihan materi terbaru mengenai balita
3 4 4 4 12 III
kurus dan PMT, sehingga ilmu yang didapat tidak terupdate
4 Kurangnya kerjasama lintas sektor 4 4 3 11 IV
5 Orangtua yang memiliki balita kurus kurang bijaksana dalam memberikan PMT 4 3 3 10 V
Penanggung jawab program PMT tidak hanya menangani satu program di UPK Puskesmas
6 3 3 3 9 VI
Kampung Dalam
Rendahnya penghasilan orang tua balita untuk membeli makanan yang memenuhi kriteria 4
7. 2 3 3 8 VII
bintang
16

Identifikasi Faktor Penyebab Masalah

Terdapat beberapa kader PMT yang belum mengikuti pelatihan


materi terbaru mengenai balita kurus dan PMT, sehingga ilmu Kurangnya kerjasama lintas sektor
yang didapat tidak terupdate.

METHOD
Penanggung jawab program PMT tidak hanya
menangani satu program di UPK Puskesmas
Kampung Dalam. Kurangnya koordinasi antara penanggung jawab program dan
kader PMT dalam pemantauan balita kurus yang telah
Kurangnya kesadaran, kepatuhan mendapatkan PMT
MAN serta kemandirian masyarakat
termasuk orangtua dari balita
Orangtua yang memiliki balita kurus dalam melaksanakan
kurus kurang bijaksana dalam program PMT di wilayah kerja UPK MONEY
memberikan PMT Puskesmas Puskesmas Kampung Dalam. Rendahnya penghasilan orang tua balita
Kampung Dalam. untuk membeli makanan yang memenuhi
kriteria 4 bintang
Perencanaan dan Prioritas Alternatif Penyelesaian
17

Masalah

Alternatif Penyelesaian CARL


No. Total Ranking
Masalah C A R L
Mengadakan pertemuan 1) Para kader mendapatkan materi-materi
terbaru mengenai balita kurus dan PMT.
rutin antara penanggung 2) Penanggung jawab program dapat
1. 7 8 7 9 31 I
jawab program dan para mengevaluasi dan bertukar pikiran
dengan kader mengenai kinerja,
kader PMT setiap bulan masalah yang dihadapi serta mencari
solusi bersama untuk meningkatkan
Penyediaan Media keberhasilan program PMT.
2. Informasi dan Penyuluhan 8 7 7 6 28 II
tentang PMT
3. Kemitraan Lintas Sektor 7 6 8 6 27 III
18

Kesimpulan

Kurangnya koordinasi antara penanggung jawab program


dan kader PMT dalam pemantauan balita kurus yang Orangtua yang memiliki balita kurus kurang
telah mendapatkan PMT bijaksana dalam memberikan PMT
Kurangnya kesadaran, kepatuhan serta kemandirian
masyarakat termasuk orangtua dari balita kurus dalam Penanggung jawab program PMT memiliki
melaksanakan program PMT di wilayah kerja UPK beberapa tanggung jawab program di UPK
Puskesmas Kampung Dalam Puskesmas Kampung Dalam sehingga tidak
dapat bekerja secara optimal.
Terdapat beberapa kader PMT yang belum mengikuti
pelatihan materi terbaru mengenai balita kurus dan PMT, Rendahnya penghasilan orang tua balita
sehingga ilmu yang didapat tidak terupdate untuk membeli makanan yang memenuhi
kriteria 4 bintang
Kurangnya kerjasama lintas sektor
19

Kesimpulan (‘cont)

▸ Alternatif penyelesaian masalah yang diajukan untuk membantu tercapainya program ini antara
lain
Mengadakan pertemuan rutin antara penanggung
jawab program dan para kader PMT sebulan

Penyediaan Media
Kemitraan Lintas Sektor Informasi dan Penyuluhan
tentang PMT
20

SARAN
Bagi Dinas Kesehatan Kota Pontianak
Perlunya membuat kebijakan yang menindaklanjuti balita-balita kurus yang tidak mengalami peningkatan status
gizi setelah program PMT. Kebijakan dapat berupa mendorong sektor pemerintahan tingkat kelurahan untuk ikut
berperan dan berpartispasi dalam program atau perekrutan dan penambahan petugas gizi yang berada di UPK
Puskesmas yang masih banyak memiliki balita kurus.

Bagi UPK Puskesmas Kampung Dalam

1. Optimalisasi peran Kader PMT serta menambah kader PMT


2. Menggiatkan promosi kesehatan mengenai pentingnya PMT melalui media informasi seperti video promkes,
poster, pamflet, leaflet, standing banner
3. Mempererat serta mengoptimalisasikan peran lintas sektor
Bagi Masyarakat

Lebih meningkatkan kesadaran mengenai status gizi balita dan turut berperan dan dapat bekerja sama dengan
petugas dalam mengatasi balita kurus dan meningkatkan status gizi balita

Anda mungkin juga menyukai