Anda di halaman 1dari 25

Laporan Kasus

FRAKTUR COSTAE
DESRITA KARMELIA PEMBIMBING
WINNY HAFNIZAR dr. SUHARDI, Sp.BTKV
DIRA WITRYA
FITRY QURRATAINI
MAIMUNAH

BAGIAN/ SMF ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
2018
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Fraktur Flail Chest


Costae

Trauma
post KLL Hematothorax

Syok Contusio
Hipovolemik Paru
Prevalensi pasien yang mengalami
kontusio paru setelah trauma
tumpul dada dilaporkan sekitar
20% pada pasien dengan GCS 15.

Angka kematian pasien kontusio paru


akibat trauma tumpul thorax berat
Pada kasus trauma thorax serius, ialah sekitar 14-45%.
angka kejadian kontusio paru
sekitar 30-75 %.
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN

Nama : Ilyas Nyak Him


Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 53 tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat : Abdya
Agama : Islam
Tanggal Masuk RS : 26 November 2018
No RM : 1-19-21-71
ANAMNESIS
1
Keluhan
Utama Penurunan
kesadaran

Keluhan Nyeri pada


Tambahan tempat
2 pemasangan
WSD
ANAMNESIS

RPS
Pasien rujukan RS Abdya dengan keluhan
3 penurunan kesadaran sejak 2 hari SMRS.
Pasien mengalami kecelakaan ditabrak mobil
saat pasien sedang jalan kaki. Riwayat
kejang dan muntah disangkal.
ANAMNESIS
4
RPD Disangkal

RPK Tidak terdapat anggota keluarga yang pernah


5 atau sedang mengalami keluhan yang sama.

6
RPO Disangkal
Primary Survey:

Airway clear
RR 26 x/menit spontan
TF: 125/70 mmHg, HR 75 x/i regular dan kuat
angkat
GCS E2M4V3, RCL +/+, isokor
VITAL SIGN

STATUS
120/70
INTERNUS
75 kali 26 kali /
E2M4V5 36,9◦C
mmHg /menit menit
PEMERIKSAAN FISIK
Rambut hitam, distribusi Konjungtiva palpebra inferior
merata, sukar dicabut. pucat(-/-), sekret (-/-), refleks
cahaya langsung (+/+), refleks
cahaya tidak langsung (+/+).
Normotia, sekret (-/-),
serumen (-/-)

Pergerakan dinding dada Retraksi interkostal (-/-). Redup


asimetris (kiri tertinggal), pada dada kiri.
fremitus taktil sulit dinilai,
nyeri tekan (-), krepitasi (-)
BJ I > BJ II,
Vesikuler Reguler, Bising (-),
(melemah/melemah),
rhonki pada langan
paru kiri bawah(-/+), wh
Simetris, distensi (-), vena
(-/-)
kolateral (-), nyeri tekan
epigastrium (-), timpani, shifting
sianosis (-), clubbing finger dullness (-)
(-), edema ekstremitas (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Parameter Hasil (30/11/2018) Nilai Normal

Laboratorium Leukosit 18,2 4.5 – 10.5 x 103 /µL

Hb 9,3 14,0-17,0 gr/dL

Hct 29 45-55 %

Eri 3,6 4,7- 6,1. 103/ µL

Trombosit 196 150-450. 103

PT 11,2 9,3-12,4

APTT 49,1 29,0-40,2

D-dimer 7924,53 <500

GDS 223 <200

Ureum 77 13-43

Kreatinin 0,88 0,67-1,17

Na 142 132-146 mmol/L

K 3,5 3,7-5,4 mmol/L

Cl 97 98-106 mmol/L

Ca 7,3 8,6-10,3

Mg 1,9 1,6-2,6
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Foto thoraks AP
(12/11/2018)
Kesimpulan: Fraktur
Costae Sinistra
DIAGNOSA KERJA
Acute respiratory
failure

Fraktur costae
2,3,4,5,6 anterio
hemithoraks sin +
Fraktur costae 3,6,7
lateral hemithoraks
sin

Contusio paru
Penatalaksanaan

IVFD RL 1500cc/24 jam


Inj ceftriaxone 1 gr/12 jam (IV)
Inj Ketorolac 3%/ 8 jam (IV)
Inj. Ranitidin 30 mg/ 12 jam (IV)
Inj. Methyl prednisolone 125 mg/12 jam (IV)
N. Ventolin 1 resp/ 8 jam
POST ORIF

Foto thoraks AP
(14/12/2018)
Kesimpulan:
Terpasang plat di
costae 3,4,5
hemithorax sinistra
ANALISA KASUS
ANALISA KASUS
KASUS TEORI
Pasien trauma
post KLL dengan 1. Primary survey, terdiri
permasalahan: dari(1) collar brace, (2)
(1) syok pemberian cairan dan
hipovolemik transfusi darah, (3)
kelas III, (2) tindakan intubasi, (4)
hematotoraks pemasagan chest
kanan dan kiri, tube, dan (5)
(3) flail chest pemberian morfin.
kanan dan kiri, 2. Secondary survey
(4) kontusio paru 3. Pemeriksaan
dan (5) fraktur penunjang
iga kanan dan
kiri.
ANALISA KASUS
Kasus

Pertama kali pasien


datang ke ruang Tindakan ini dilakukan
resusitasi trakhea dan karena kedua paru
dilakukan tindakan pasien sudah
intubasi. mengalami
gangguan akibat
fraktur iga multipel
dengan demikian
diharapkan fungsi
ventilasi masih dapat
dipertahankan.
Teori
ANALISA KASUS
KASUS TEORI

Cedera 
ekstravasasi darah ke
dalam alveoli dan
bronkus  gangguan
Kontusio paru difusi berupa
perubahan rasio
ventilasi dan perfusi
 pergeseran shunt
dari kanan ke kiri dan
gangguan ventilasi.
ANALISA KASUS
KASUS TEORI

Pasien dilakukan Pemasangan chest tube


pemasangan harus segera dilakukan bila
chest tube pada saat pengamatan
kanan dan kiri terjadi gangguan respirasi
dan pasca ataupun pemberian
tindakan intermittent positive pressure
dirawat di ruang ventilation (IPPV) tidak
observasi memberikan hasil yang baik
intensif. karena paru bertambah
kolaps.
ANALISA KASUS
Kasus Teori

Pada Tindakan bedah harus dilakukan karena


pasien sudah terjadi cedera toraks, kontusio
dilakukan
paru dan gangguan respirasi. Fiksasi
tindakan
bedah
yang dilakukan pada saat awal
berupa menurunkan kejadian inflamasi di
pemasang daerah cedera, menurunkan rasa nyeri
an fiksasi dan penggunaan opiat. Penelitian
interna di menunjukkan bahwa fiksasi akan
costae mengurangi komplikasi paru dan
mempercepat mobilisasi.
KESIMPULAN
Telah dilakukan penanganan pasien fraktur costae
multipel akibat KLL tertabrak mobil. Benturan pada
rongga toraks menyebabkan fraktur costae multipel
yang menyebabkan hematopneumotoraks, kontusio
paru dan emfisema subkutis.

Diagnosis pasien dengan fraktur costae multipel


diperoleh dari pemeriksaan fisis yang baik dan
ditunjang dengan pemeriksaan foto toraks.
Penatalaksaan pasien yakni pemberian obat anti nyeri
untuk mengatasi nyeri, pemasangan chest tube untuk
mengatasi hematoraks dan emfisema subkutis.

Tindakan pemasangan fiksasi interna dilakukan


untuk mempertahankan fungsi paru dan mengurangi
komplikasi.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai