Anda di halaman 1dari 26

Vaksin

Oleh
Herlinda Mawardika, M.Sc

Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata


Kediri
Sejarah Vaksinasi
Anak-anak yang menghirup puder serpihan kulit
penderita cacar sapi mencegah penularan cacar
air di lingkungan yang menjadi wabah?
Edward Jenner (1796) menemukan vaksin cacar
menular atau smallpox.

(upload.wikimedia.org)
Imunisasi

• Imunisasi pasif: pemberian imunoglobulin yang dihasilkan dari proses infkesi


pada manusia atau binatang untuk melawan antigen.
• Imunisasi aktif: pemberian zat antigen untuk memicu respon imunologi spesifik
yang menghasilkan respon seluler dan humoral serta sel memori  Vaksinasi
Imunisasi
• Efek samping ringan
a. Bengkak, kemerahan, gatal
b. Sakit kepala, gejala flu, pusing, dan nyeri otot.
c. Nafsu makan berkurang
Demam dan nyeri dapat diatasi dengan Ibuprofen, Tylenol®, aspirine like medication.
• Efek samping berat
a. Demam tinggi
b. Reaksi alergi parah (anafilaktik), seperti kesulitan bernafas.
c. Kejang
d. Infeksi paru-paru
Vaksin
Vaksin: sediaan yang mengandung zat antigenik untuk memicu sistem imun tubuh
membentuk antibodi yang mampu melawan antigen tertentu.
Vaksin dapat dibuat dari bakteri, virus, atau suspensi organisme penyebab penyakit
(protein, toksoid).
• Jenis-jenis vaksin:
1. Vaksin bakteri
2. Toksoid bakteri
3. Vaksin Virus
• Vaksin virus hidup yang dilemahkan (live attenuated virus vaccine)
• Vaksin virus inaktif (inactivated vaccine)
• Vaksin subunit (subunit vaccine). Bagian dari komponen virus (protein)
dimurnikan untuk diformulasikan sebagai vaksin.
• Strain dilemahkan dengan cara menumbuhkan organisme penyebab penyakit pada
kondisi tertentu di laboratorium untuk menurunkan sifat virulensinya.
a. Perlakuan suhu
b. Menumbuhkan virus pada inang asing , seperti sel kultur jaringan atau telur embrio.
Contoh: vaksin polio Sabin dilemahkan dengan ditumbuhkan di sel ginjal monyet.
c. Vaksin inaktif dapat dihasilkan dengan membunuh organisme menggunakan
senyawa kimia atau suhu.
• Kualitas respon imun yang dihasilkan vaksin diperngaruhi oleh:
a. Sifat antigen
b. Rute administrasi
c. Jumlah dan waktu administrasi
d. Kualitas presentasi antigen
Tahapan Produksi Vaksin

Pemilihan strain yang tepat

Kultur mikroorganisme target Upstream


process

Isolasi dan Purifikasi


mikroorganisme

Inaktivasi/Pelemahan/Ekstraksi

Formulasi vaksin Downstream


process

Quality control dan lot release


 Pemilihan Strain
• Virus yang digunakan murni
• Strain disimpan di kondisi ideal (frozen)
• Strain disimpan di container plastik atau gelas
• Efektivitas vaksin yang dihasilkan
• Efek sekunder dari vaksin
 Kultur Mikroorganisme

• Kultur Bakteri
a. Mikroba ditumbuhkan di dalam bejana tertutup.
b. Bejana memungkinkan penambahan medium dan pembuangan limbah
(chemostat).
• Kultur Virus
a. Kultur jaringan /sel: sel ditumbuhkan pada media yang mendukung replikasi virus
b. Embrio burung: virus diinjeksikan melalui cangkang telur, kemudian telur
diinkubasi.
c. Inokulasi hewan: digunakan pada kondisi tertentu
d. Hewan transgenik
 Isolasi dan Pemurnian Mikroorganisme

Purifikasi, pemisahan komponen lain atau kontaminan dari produk target sehingga
didapatkan produk dengan kemurnian tinggi.
a. Sentrifugasi
Pemisahan sel mati, debris sel, dan partikel padat lain menggunakan gaya
sentrifugasi. Jenis sentrifugasi yang digunakan yaitu Differential Centrifugation and
Density Gradient Centrifugation.
Contoh: virus influenza, rabies, dan hepatitis B.
b. Kromatografi
Pemisahan campuran berdasarkan perbedaan koefisien distribusi dari komponen
sampel diantara dua fase, stationary and mobile phase.
Contoh: vaksin cacar air (smallpox vaccine).
c. Filtrasi
Pemisahan partikel dari cairan mnggunakan tekanan.
 Inaktivasi Mikroorganisme

Inaktivasi virus: menurunkan kemampuan virus untuk menginfeksi sel tanpa


membunuh virus tersebut.
Mekanisme:
a. Merusak lapisan penyelubung virus (capsid).
b. Merusak DNA/ RNA untuk mencegah replikasi.
Metode :
a. Inaktivasi dengan pelarut atau detergent. Penggunaan detergent seperti Triton –
X 100 untuk merusak interaksi molekul lapisan lipid sehingga menghambat
replikasi.
b. Pasturisasi. Penggunaan suhu tinggi (60 selama 10 jam) untuk mendenaturasi
virus.
c. Perlakuan pH asam. Inkubasi virus pada pH renddah (pH 4) selama 6-21 hari
akan menonaktifkan virus.
d. Pemaparan sinar UV. Sinar UV memicu dimerisasi DNA yang mencegah replikasi.
 Pelemahan Virus
• Penggunaan mikroorganisme terkait dari hewan lain.
Contoh: pengunaan virus cacar sapi (cowpox) untuk mencegah cacar air.
• Administrasi patogen atau mikroorganisme yag dilemahkan dengan route
tertentu.
Contoh: adenovirus tipe 4, 7, dan 21.
• Menumbuhkan mikroorganisme pada sel inang bukan asli.
Polivirus ditumbuhkan di sel ginjal monyet dan di fibroblast embrio ayam.
• Mengembangkan mutan yang sensitif temperatur. Strain yang mutan dihasilkan
melalui perubahan suhu.
 Ekstraksi Subunit Virus
• Komponen dari bakteri atau virus diekstrak dari sel dan dimurnikan untuk
diformulasikan sebagai vaksin.
a. Asam nukleat. DNA/RNA berkaitan dengan protein pemicu penyakit.
b. Inclusion bodies. Inclusion bodies penyimpan protein diekstraksi dan dilisiskan
sehingga protein terdenturasi.
c. Struktur membran. Membran yang terdiri dari protein, lipid, atau karbohidrat
diekstrak dan dimurnikan untuk membuat vaksin.
d. Kapsul bakteri berisi karbohidrat kompleks.
e. Toksin bakteri
 Formulasi Vaksin
• Substansi utama yang bersifat antigenik dikombinasikan dengan bahan-bahan lain
untuk menghasilkan sebuah vaksin. Komponen tersebut yaitu
a. Cairan suspensi, untuk melemahkan organisme.
Contoh: sterile water, salin, dan putih telur
b. Preservative and stabilizer, mempertahankan vaksin meski terpapar sinar, suhu,
atau pH dan mencegah tumbuhnya bakteri kontaminan.
Contoh: MSG, antibiotik, thimerosal.
c. Inactivating agents
Contoh: formaldehid, glutaraldehid
d. Adjuvant, untuk meningkatkan imunogenitas
Contoh: Aluminium gels
 Quality Control
• Kualitas vaksin dikontrol dengan menguji parameter berikut ini.
a. Sterilitas
b. Kandungan kimia
c. Stabilitas
d. Safety
e. Toksisitas
f. Efikasi
Produksi Vaksin dengan Kloning
• Gen target seperti glikoprotein permukaan virus atau bakteri diekspresikan di sel inang
tertentu dengan disisipkan pada vektor kloning untuk menghasilkan antigen dalam
jumlah besar.
• Organisme yang digunakan untuk produksi diantaranya Escherichia coli, Baculovirus,
dan yeast.
• Antigen yang dimurnikan dikombinasikan dengan adjuvant untuk menghasilkan vaksin
yang efektif.
Contoh : Gardasil, anti-human papilloma virus vaccine (kanker serviks) dan vaksin
hepatitis B.
Produksi Vaksin Hepatitis B Rekombinan
• Hepatitis B
Penyakit inflamasi pada hati yang disebabkan oleh virus
hepatitis B. Infeksi berkepanjangan menyebabkan sirosis
hati. Gejala yang muncul meliputi nyeri perut, demam,
muntah, kulit kekuningan, dan kelelahan.
Imunisasi Hepatitis B  95 % orang terlindungi.
• Pengobatan: obat antivirus (lamivudine, adefovir),
interferon alfa-2b, transplantasi hati.
(www.webmd.com)
• Vaksin berisi antigen tersebut setelah masuk ke tubuh akan
memicu pembentukan antibodi, yaitu anti-HBs.
• Antibodi dan sistem imun memori menyediakan imunitas
terhadap infeksi hepatitis.
• Produksi vaksin melalui DNA Rekombinan
Vaksin hepatitis B (Recombivax HB, Comvax, dan Engerix-B) mengandung envelope protein virus.
Gen target: gen penghasil Hepatitis B surface antigen (HBsAG).
Produsen: Saccharomyces cerevisiae (yeast).

(www. fearlessparent.com)
Adjuvant
• Adjuvant: agen yang meningkatkan stimulasi sistem imun dengan
meningkatkan presentasi antigen atau dengan menghasilkan co-stimulation
signal (immunomodulator).
• Adjuvant yang umum digunakan adalah garam aluminium.
• Fungsi adjuvant
a. Meningkatkan respon imun.
b. Mengurangi jumlah antigen dan jumlah injeksi yang diperlukan.
c. Mengatur respon imun melalui keseimbangan Th1/Th2.
Imunologi Vaksin
• Vaksin memicu respon imun seluler dan humoral.
• Imunitas jangka panjang terjadi melalui pengaturan efektor-efektor imun spesifik
atau induksi sel memori imun untuk mengaktivasi efektor imun ketika terdapat
paparan patogen.
• Efektor Imun
1. Sel limfosit B, mengikat patogen atau toksin.
2. Cytotoxic CD8 T lymphocytes (CTL), membunuh sel terinfeksi atau
mensekresikan sitokin antivirus.
Respon sel T CD8+ dan sel B diinduksi oleh sinyal dari CD4+ T helper (Th1 dan Th2).
Efektor dikontrol oleh sel T regulator (Treg).
Imunologi Vaksin
• Mekanisme efektor yang diinduksi vaksin
1. Antibodi
Mengikat sisi aktif toksin atau mencegah difusi antigen
Mencegah replikasi virus
Memicu fagoitosis bakteri ekstraseluler oleh makrofag dan netrofil.
Aktivasi rantai komplemen.
2. CD8+ T cells
Membunuh sel terinfeksi secara langsung melalui sekresi perforin dan granzim.
Membunuh sel terinfeksi secara tidak langsung melalui sekresi sitokin
antimikroba.
3. CD4+ T cells
Menghasilkan IFN, TNF, aktivasi sel B, makrofag, dan sel CD8+ (Th1)
Menghasilkan IL-4, IL-5, IL-6, IL-10 serta aktivasi dan diferensiasi sel B (Th2)
Vaksin memberikan proteksi melalui induksi antibodi spesifik.

Vaksin Tipe Vaksin Serum Mucosal Mucosal Sel T


igG igG IgA
Difteri toksoid Toksoid ++ (+)
Hepatitis B Protein ++
Influenza Killed ++ (+)
Polio sabin Hidup ++ ++ ++
dilemahkan
Rabies Mati ++
Papilloma virus VLPs ++ ++
Measles Hidup ++ + (CD8+)
dilemahkan

Anda mungkin juga menyukai