Anda di halaman 1dari 45

GANGGUAN TIDUR

Oleh :
Muhamad Kurnia Sandy 11-2016-146

Pembimbing :
dr. Dan Hidayat, SpKJ
PENDAHULUAN

• Tidur  suatu aktifitas aktif khusus dari otak, dikelola oleh mekanisme
yang rumit dan tepat.
• Ganguan tidur  keluhan yang paling sering ditemukan
• Gangguan tidur yang berkepanjangan : perubahan-perubahan pada siklus
tidur biologiknya, daya tahan tubuh serta prestasi kerja, mudah
tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan
• jumlah penderita akibat gangguan tidur setiap tahun semakin lama
semakin sehingga menimbulkan masalah kesehatan
POLA TIDUR

• Tidur tidak sekedar mengistirahatkan tubuh, tapi juga mengistirahatkan


otak, khususnya serebral korteks
• Salah satu kriteria yang digunakan adalah “Siklus Kleitman”, yang terdiri
dari aktivitas bangun / aktivitas harian dan siklus tidur yang juga dikenal
sebagai activity / rest cycle. Siklus ini terdiri dari Rapid Eye Movement
(REM) dan Non-Rapid Eye Movement (NREM).
• NREM : gelombang EEG bervoltase tinggi berfrekuensi rendah
• REM : gambaran EEG berfrekuensi tinggi bervoltase rendah.
POLA TIDUR

• Tidur dibagi menjadi 2 tipe yaitu:


1. Tipe Rapid Eye Movement (REM)
2. Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM)
• fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu diikuti oleh
fase REM.
• Siklus dari Kleitman akan berulang  pemendekan fase 3-4 dari NREM
disebut SWS (Slow Wave Sleep)  lama REM lebih panjang.
• Kenyenyakan tidur sebenarnya tergantung pada lamanya fase-fase yang
dilalui dari fase pertama sampai fase empat dari NREM. Berjalan cepat 
belum tidur nyenyak.
• Pada usia lanjut, jumlah tidur yang dibutuhkan setiap hari akan makin
berkurang dan disertai fragmen-fragmen tidur yang banyak sehingga
jumlah SWS makin berkurang dan ini menunjukkan bahwa mereka
mengalami masa tidur yang tidak terlalu nyenyak.
Tahap tidur normal orang dewasa
• Stadium 0 adalah periode dalam keadaan masih bangun tetapi mata menutup. Tonus
otot meningkat. Meningkatnya rasa kantuk.
• Stadium 1 disebut onset tidur. Tidur dimulai dengan stadium NREM. Stadium 1 NREM
adalah perpindahan dari bangun ke tidur. Ia menduduki sekitar 5% dari total waktu tidur.
Aktivitas bola mata melambat, tonus otot menurun, berlangsung sekitar 3-5 menit. Pada
stadium ini seseorang mudah dibangunkan dan bila terbangun merasa seperti setengah
tidur.
.Gambaran EEG biasanya terdiri dari gelombang campuran alfa, betha dan kadang
gelombang theta dengan amplitudo yang rendah. Tidak didapatkan adanya gelombang
sleep spindle dan kompleks K.
Stadium 2 Pada fase ini didapatkan bola mata berhenti bergerak, tonus otot masih
berkurang, tidur lebih dalam dari pada fase pertama. Gambaran EEG terdiri dari
gelombang theta simetris. Terlihat adanya gelombang sleep spindle, gelombang verteks
dan komplek K.
• Stadium 3 Fase ini tidur lebih dalam dari fase sebelumnya. Gambaran EEG terdapat
lebih banyak gelombang delta simetris antara 25%-50% serta tampak gelombang sleep
spindle.
• Stadium 4 Merupakan tidur yang dalam serta sukar dibangunkan. EEG didominasi
gelombang delta sampai 50%, gelombang sleep spindle. Fase tidur NREM, berlangsung
70 menit-100 menit, setelah itu akan masuk ke fase REM.
• Pola tidur REM ditandai adanya gerakan bola mata yang cepat, tonus otot yang sangat
rendah, denyut nadi bertambah dan pada laki-laki terjadi eraksi penis, tonus otot
menunjukkan relaksasi yang dalam.
• Pada orang dewasa muda normal periode tidur NREM berakhir kira-kira 90
menit sebelum periode pertama REM, periode ini dikenal sebagai periode
REM laten.
• Rangkaian dari tahap tidur selama tahap awal siklus adalah sebagai berikut
: NREM tahap 1,2,3,4,3, dan 2; kemudian terjadi periode REM. Jumlah
siklus REM bervariasi dari 4 sampai 6 tiap malamnya, tergantung pada
lamanya tidur.
International Classification of Sleep Disorders (ICSD)
Gangguan tidur menurut DSM-IV-TR.
• III. GANGGUAN TIDUR LAIN
• III.1 Gangguan tidur karena kondisi medis umum
• III.1.a Kejang epilepsi; asma berhubungan dengan
tidur
• I. GANGGUAN TIDUR PRIMER • III.1.b Nyeri kepala kluster & hemikrania paroksismal kronik
berhubungan
• I.1 Dissomnia
• dengan tidur
• I.1.a Insomnia primer
• III.1 c Sindrom menelan abnormal berhubungan
• I.1.b Hipersomnia primer dengan tidur
• I.1.c Narkolepsi • III.1.d Asma berhubungan dengan tidur
• I.1.d Gangguan tidur berhubungan dengan pernafasan • III.1.e Gejala kardiovaskuler berhubungan dengan
tidur
• I.1.e Gangguan tidur irama sirkadian (gangguan jadwal
tidur-bangun) • III.1.f Refluks gastrointestinal berhubungan dengan
tidur
• I.1.f Dissomnia yang tidak ditentukan
• III.1.g Hemolisis berhubungan dengan tidur (Hemoglobinuria
• I.2 Parasomnia Nokturnal
• II.2.a Gangguan mimpi buruk • Paroksismal)
• II.2.b Gangguan teror tidur • III.2 Gangguan tidur akibat zat
• II.2.c Gangguan tidur berjalan • III.2.a Pemakaian obat hipnotik jangka panjang
• II.2.d Parasomnia yang tidak ditentukan • III.2.b Obat antimetabolit
• III.2.c Obat kemoterapi kanker
• II. GANGGUAN TIDUR YANG BERHUBUNGAN DENGAN • III.2.d Preparat tiroid
GANGGUAN MENTAL LAIN
• III.2.e Anti konvulsan
• II.1 Insomnia berhubungan dengan gangguan aksis I atau
aksis II • III.2.f Anti depresan
• II.2 Hipersomnia berhubungan dengan gangguan aksis I • III.2.g Obat mirip hormon Adenokortikotropik (ACTH);
atau aksis II kontrasepsi oral; alfa
• metil dopa; obat penghambat beta.
DISSOMNIA

• keadaan dimana seseorang mengalami kesukaran menjadi


jatuh tidur ( failling as sleep), mengalami gangguan selama
tidur (difficulty in staying as sleep), bangun terlalu dini atau
kombinasi diantaranya
• perubahan dalam jumlah, kualitas atau waktu tidur.
• meliputi insomnia, hipersomnia,; gangguan tidur berhubungan
dengan pernafasan; dan gangguan tidur irama sirkadian
Insomnia primer, didiagnosis jika tidur yang tidak bersifat
menyegarkan, atau kesulitan untuk memulai atau mempertahankan
tidur, dan keluhan ini berlangsung sedikitnya selama 1 bulan. Primer
menggambarkan bahwa insomnia ini bebas dari keluhan fisik dan
psikologis.

Teknik terapi insomnia primer deconditioning, pasien diminta


menggunakan tempat tidurnya hanya untuk tidur dan bukan untuk hal
lain, jika mereka tidak tertidur setelah 5 menit berada diatas tempat
tidur, mereka diminta segera bangun dan melakukan hal lain.
Pengobatan
• Insomnia primerbenzodiazepin, zolpidem, hipnotiklainnya.
• Obat tidur yang bekerja lama (flurezepam, quazepaminsomnia malam hari.
• Obat yang bekerja singkat ( zolpidemtriazolam)yang mengalami kesulitan jatu
tertidur.
• Tidaklebih dari 2 minggutoleransi, putus obat.
Kriteria Diagnostik untuk Insomnia Primer menurut DSM-IV-TR

• Keluhan yang menonjol adalah kesulitan untuk memulai atau mempertahankan tidur, atau tidur
yang tidak menyegarkan, selama sekurangnya satu bulan.
• Gangguan tidur (atau kelelahan siang hari yang menyertai) menyebabkan penderitaan yang
bermakana secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
• Gangguan tidur tidak terjadi semata-mata selama perjalanan narkolepsi, gangguan tidur
berhubungan pernafasan, gangguan tidur irama sirkadian, atau parasomnia.
• Gangguan tidak terjadi semata-mata selama perjalanan gangguan mental lain (misalnya,
gangguan depresi berat, gangguan kecemasan umum, delirium).
• Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang
disalahgunakan, medikasi) atau suatu kondisi medis umum.
HIPERSOMNIA PRIMER

Didiagnosis jika tidak ada penyebab lain yang ditemukan untuk


somnolen berlebihan yang terjadi sedikitnya 1 bulan.
Pasien tidak mengeluhkan kualitas tidur, rasa mengantuk di siang
hari, kesulitan dengan mood saat bangun, motivasi dan kinerja
Gangguan ini dikatakan berulang jika pasien memiliki rasa kantuk
berlebihan yang berlangsung selama 3 hari dan terjadi beberapa kali
dalam satu tahun, paling sedikit selama 2 tahun.
Kriteria Diagnostik untuk Hipersomnia Primer menurur DSM-IV-TR

• Keluhan yang menonjol adalah mengantuk berlebihan di siang hari selama sekurangnya satu bulan (atau
lebih singkat jika rekuren) seperti yang ditunjukkan oleh episode tidur yang memanjang atau episode tidur
siang hari yang terjadi hampir setiap hari.
• BMengantuk berlebihan di siang hari menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan
dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
• Mengantuk berlebihan di siang hari tidak dapat diterangkan oleh Insomnia dan tidak terjadi semata-mata
selam perjalan gangguan tidur lain (misalnya, narkolepsi, gangguan tidur berhubungan pernafasan,
gangguan tidur irama sirkadian, atau parasomnia) dan tidak dapat diterangkan oleh jumlah tidur yang tidak
adekuat.
• Gangguan tidak terjadi semata-mata selama perjalanan gangguan lain.
• Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan,
medikasi) atau suatu kondisi medis umum.
Terapi
• Obat stimulanamfetamin (pagi atau sore)
• Antidepresan nonsedasibupropion
• Stimulan baru seperti modafinil.
NARKOLEPSI
• Rasa ngantuk di siang hari yang berlebihan serta manifestasi tidur
yang abnormal REM (rapid eye movement) yang terjadi setiap hari
selama 3 bulan.
• Serangan tidur ini khasnya terjadi 2 sampai 6 kali dalam sehari yang
berlangsung 10 hingga 20 menit.
• Sering terjadi pada saat yang tidak tepat, pada saat makan, berbicara,
menyetir atau berhubungan seksual.
• Tidur rem mencakup halusinasi hipnagogik dan hipnopompik,
katalepsi dan paralisis tidur.1,2
NARKOLEPSI
Narkolepsi kataplesiakehilangan tonus otot tiba-tiba, sementara baik
sebagian atau seluruh otot tubuh seperti jaw drop, head drop.
Hypnagogic/hipnopompik halusinasi auditorik/visualhalusinasi
pada saat jatuh tidur atau saat bangun. Pasien sering ketakutan sesaat,
tetapi dalam 1 atau 2 menit meraka kembali ke kerangka pikiran normal
dan sadar bahwa tidak ada apa-apa.
Sleep paralis otot volunter mengalami paralis pada saat masuk tidur
sehingga pasien sadar ia tidak mampu menggerakkan ototnya dan
paling sering terjadi saat bangun dipagi hari.
Kriteria Diagnostik untuk Narkolepsi menurut
DSM-IV-TR
A. Serangan tidur yang menyegarkan dan tidak dapat ditahan yang terjadi
setiap hari selama sedikitnya 3 bulan.
B. Adanya satu atau kedua hal berikut:
1). Katapleksi (episode hilangnya tonus otot bilateral tiba-tiba, paling
sering berkaitan dengan emosi yang intens)
2). Gangguan unsur tidur (REM) berulang ke dalam transisi antara
tidur dan bangun seperti ang ditunjukan dengan halusinasi hipnogogik atau
hipnopompik atau paralisis tidur diawal atau akhir episode tidur.
C. Gangguan ini bukan disebabkan efek fisiologik langusung suatu zat (
penyalahgunaan obat, suatu obat/kondisi medis umum).
Penatalaksanaan narkolepsi
• Stimulan adalah obat yang sering digunakan untuk mengatasi serangan tidur karena mula kerjanya yang
singkat dan sedikitnya efek samping yang ditimbulkan. Sebagai contoh, methylphenidate
• Modafinil, merupakan obat baru yang disetujui oleh U.S. Food and Drug Administration sebagai alternatif
lain dalam pengobatan narkolepsi. Obat tersebut toleransinya baik dan efek kardiovaskular-nya sedikit; dosis
hariannya 200 sampai 400 mg.
• Antidepresan trisiklik sering digunakan untuk menangani cataplexy atau sleep paralysis tetapi mempunyai
sedikit efek pada serangan tidur
• Kerjasama dan pertolongan dari lingkungan sosial diperlukan untuk mengurangi kesulitan kerja dan
membantu menurunkan tingkat kebutuhan pasien terhadap obat-obatan stimulan.
GANGGUAN TIDUR BERHUBUNGAN DENGAN PERNAPASAN
Apnea tidur, gangguan pernafasan yang terjadi saat tidur, yang berlangsung selama lebih dari 10 detik.
patologis jika penderita mengalami episode apnea sekurang kurang lima kali dalam satu jam atau 30
episode apnea selama semalam. Selama periodik ini gerakan dada dan dinding perut sangat dominan.

Apnea sentral sering pd usia lanjut yang ditandai dengan intermitten penurunan kemampuan respirasi
akibar penurunan saturasi oksigen.
terhentinya aliran udara dan usaha pernafasan secara periodik selama tidur, sehingga pergerakan
dada dan dinding perut menghilang.
upper airway obstructiveditandai dengan peningkatan pernafasan selama apnea, peningkatan usaha
otot dada dan dinding perut dengan tujuan memaksa udara masuk melalui obstruksi.
Gangguan saluran nafas ini ditandai dengan nafas megap-megap atau mendengkur pada saat tidur.
Mendengkur ini berlangsung 3-6 kali bersuara kemudian menghilang dan berulang setiap 20-50 detik.
Kriteria Diagnostik untuk gangguan tidur yang
terkait dengan pernafasan menurut DSM-IV-TR
• A. Penghentian tidur yang meyebabkan rasa mengantuk berlebihan
atau insomnia yang dinilai disebabkan oleh keadaan pernapasan
terkait tidur (cth sindrom apnue tidur sentral atau obstruktif maupun
sindrom hipoventilsi alvelolar)
• B. Gangguan ini sebaiknya tidak disebabkan gangguan jiwa lain dan
tidak disebabkan efek fisiologik langsung suatu zat, penyalahgunaan
obat, suatu obat/kondisi medis umum)
GANGGUAN TIDUR IRAMA SIRKADIAN (GANGGUAN JADWAL BANGUN
TIDUR)
• Sleep wake schedule disorders (gangguan jadwal tidur) yaitu gangguan dimana penderita
tidak dapat tidur dan bangun pada waktu yang dikehendaki,walaupun jumlah tidurnya
tatap. Gangguan ini sangat berhubungan dengan irama tidur sirkadian normal.

• 1) Tipe fase tidur terlambat (delayed sleep phase type) ditandai dengan waktu tidur
dan waktu bangun yang lebih lambat dari yang di inginkan. Orang-orang tersebut sering
tertidur (kesulitan jatuh tidur) dan mengantuk pada siang hari (insomnia sekunder).
• 2) Tipe Jet lagmengantuk dan terjaga pada waktu yang tidak tepat menurut jam
setempat, hal ini terjadi setelah berpergian melewati lebih dari satu zone waktu. Tipe
jatlag biasanya hilang spontan dalam 2 sampai 7 hari, tidak ada terapi spesifik.
• 3) Tipe pergeseran kerja (shift work type). Pergeseran kerja terjadi pada orang yang
secara teratur dan cepat mengubah jadwal kerja sehingga akan mempengaruhi jadwal
tidur. Gejala ini sering timbul bersama-sama dengan gangguan somatik seperti ulkus
peptikum. Gambarannya berupa pola irreguler atau mungkin pola tidur normal dengan
onset tidur fase REM.
4). Tipe fase terlalu cepat tidur (advanced sleep phase syndrome)/ sindrom
memajukan fase tidur.
Fase tidur ditandai dengan onset tidur dan waktu bangun yang lebih awal
dari yang diinginkan, jumlah jam setiap harinya sama saja.
Tipe ini sangat jarang, lebih sering ditemukan pada pasien usia
lanjut,dimana onset tidur pada pukul 6-8 malam dan terbangun antara
pukul 1-3 pagi.
5). Tipe bangun –tidur tidak beraturan
• Pola bangun-tidur yang tidak terataur dan beragam serta mengganggu pola
tidur bangun biasa. Sering dikaitkan dengan seringnya tidur siang hari.
PARASOMNIA
• kelompok heterogen yang terdiri dari kejadian-kejadian episode yang
berlangsung pada malam hari pada saat tidur atau pada waktu antara bangun
dan tidur
• Ada 3 faktor utama presipitasi terjadinya parasomnia yaitu:
a. Peminum alkohol
b. Kurang tidur (sleep deprivation)
c. Stress psikososial
Parasomnia
• terdiri dari mimpi buruk, ancaman tidur dan tidur berjalan (atau
somnambulism).
• Ketiga gangguan tersebut relatif sering terjadi pada anak-anak,
biasanya akan berkurang pada akhir masa remaja tapi dapat juga
berlanjut ke masa dewasa.
Gangguan mimpi buruk
• Mimpi yang lama dana menakautkan yang membuat orang terbangun
dengan rasa takut.
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Mimpi Buruk menurut DSM-IV-TR

• Terbangun berulang kali dari periode tidur utama atau tidur sejenak dengan ingatan yang terinci tentang
mimpi yang panjang dan sangat menakutkan, biasanya berupa ancaman akan kelangsungan hidup,
keamanan, atau harga diri. Terjaga biasanya terjadi pada separuh bagian kedua periode tidur.
• Saat terjaga dari mimpi menakutkan, orang dengan segera berorientasi dan sadar (berbeda dengan konfusi
dan disorientasi yang terlihat pada gangguan teror tidur dan beberapa bentuk epilepsi.
• Pengalaman mimpi, atau gangguan tidur yang menyebabkan terjaga, menyebabkan penderitaan yang
bermakna secara khas atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
• Mimpi buruk tidak terjadi semata-mata selam perjalanan gangguan mental lain (misalnya, delirium,
gangguan stres pascatraumatik) dan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang
disalahgunakan, medikasi) atau kondisi medis umum.
Gangguan teror tidur
Bangun pada sepertiga awal malam selama tidur non rem yang dalam tahap
4 dan 5.
Selalu diawali dengan jeritan atau tangisan dan disertai manifestasi prilaku
ansietas hebat yang hampir mendekati panik.

khasnya pasien bangun diatas tempat tidur dengan ekspresi ketakutan,


berteiak keras, dan bangun secepatnya dengan perasaan terteror yang
intens.
 Teror malam hanya disebakan bangun dalam keadaan terteror, pasien
umunya tidak dapat mengingat mimpi tapikadang dapat mengingat kembali
satu gambaran yang menakutkan.
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Teror Tidur menurut DSM-IV-TR

• Episode rekuren terjaga tiba-tiba dari tidur, biasanya terjadi selama sepertiga bagian pertama
episode tidur utama dan dimulai dengan teriakan panik.
• Rasa takut yang kuat dan tanda rangsangan otonomik, seperti takikardia, nafas cepat, dan
berkeringat, selama tiap episode.
• Relatif tidak responsif terhadap usaha orang lain untuk menenangkan penderita tersebut selama
episode.
• Tidak ada mimpi yang diingat dan terdapat amnesia untuk episode.
• Episode menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi
sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
• Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang
disalahgunakan, medikasi) atau kondisi medis umum.
Gangguan berjalan sambil tidur
• Rangkaian prilaku kompleks diawalai pada seprtiga malam selama
tidur NREM tahap 3 dan 4.
• Pasien duduk dan kadang melakukan tindakan motorik pervasif
seperti berjalan, berpakaian, ke kamar mandi, bahkan menyetir.
• Kadang berakhir dengan terbangun disertai beberapa menit
kebingungan, dan lebih sering mereka kembali tidur tanpa mengingat
pristiwa tsbt.
TIDUR BERJALAN (SOMNAMBULISM)

• Episode berulang bangkit dari tempat tidur saat tidur dan berjalan berkeliling terjadi selama sepertiga
bagian pertama episode tidur utama.
• Saat berjalan sambil tidur, orang memiliki wajah yang kosong dan menatap, relatif tidak responsif terhadap
usaha orang lain untuk berkomunikasi dengannya, dan dapat dibangunkan hanya dengan susah payah.
• Saat terbangun (baik dari episode tidur berjalan atau pagi harinya), pasien mengalami amnesia untuk
episode tersebut.
• Dalam beberapa menit setelah terjaga dari episode tidur berjalan, tidak terdapat gangguan aktivitas mental
atau perilaku (walaupun awalnya mungkin terdapat periode konfusi atau disorientasi yang singkat).
• Tidur berjalan menyebabkan terjaga, menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan
dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
• Gangguan adalah bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan,
medikasi) atau kondisi medis umum.
Gangguan Tidur lain

Insomnia akibat gangguan jiwa lain


• Insomnia terjadi selama sedikitnya 1 bulan dan jelas disebabkan gejala
prilaku dan psikologis gangguan jiwa yang diketahui baik secara klinis. 
• Masalah tidur biasanya, merupakan kesulitan untuk jatuh tertidur dan
akibat ansietas.
• Insomnia yang terkait gangguan depresif berat melibatkan onset tidur
yang relatif normal tetapi diseretai bangun berulang pada paruh kedua
malam dan bangun sangat dini dipagi hari.
• pagi hari merupakan waktu terburuk bagi pasien depresif berat dan
menunjukan berkurangnya tidur tahap 3 dan 4, sering disertai latensi REM
singkat dan periode REM paertama lama.
Hipersomnia akibat gangguan jiwa lain
Terjadi selama sedikitnya 1 bulan dan terkait dengan gangguan jiwa
ditemukan di dalam berbagai kadaan termasuk gangguan mood.
Rasa megantuk disiang hari yang berlebihnan mungkin dilaporkan pada
tahap awal gangguan depresif ringan dan secara klinis pada fase
depresif gangguan bipolar 1.
Gangguan tidur akibat kondisi Medis Umum
Sleep and Neurological Disorders
• Individu dengan demensia biasanya mengalami gangguan tidur. Biasanya, tidur
lebih terfragmentasi, menyebabkan lebih banyak terbangun dan akibatnya sedikit
waktu tidur, dan REM mungkin akan menurun. Gangguan tidur ini biasanya
memburuk seiring dengan progresifitas penyakit.
Alzheimer ‘s disease
• gangguan neurodegenerative, hilangnya memori dan penurunan intelektual yang
progresifitasnya sesuai usia dan disebabkan oleh degenerasi neuron di otak.
• Penyakit Alzheimer menyebabkan peningkatan jumlah bangkitan (terbangun) dan
mempengaruhi arsitektur tidur seseorang.
• Sebagai hasil dari peningkatan durasi dan jumlah dari terbangun, individu
menghabiskan tidurnya di stage1 tidur dan dan terjadi penurunan presentasi
dalam stage 2 dan SWS (slow-wave sleep).
Parkinson’s Disease
• sulit tidur, nocturnal akinesia, arsitektur tidur berubah, aktivitas motorik abnormal,
gerakan anggota badan periodik, gangguan tidur REM, dan gangguan pernapasan.
• Pada siang hari, banyak pasien Parkinson memiliki kantuk yang berlebihan.
menghabiskan sebanyak 30 sampai 40 persen terjaga di malam hari.
• Hal ini menyebabkan waktu yang dihabiskan berkurang dalam stage 3 dan 4, tidur REM
dan durasi meningkat pada stage 1 dan 2.

Epilepsy
Gangguan yang penyebabnya kejang dapat mempengaruhi siklus tidur seseorang, yang
menyebabkan kurang tidur. Demikian pula, tidur dan gangguan tidur meningkatkan
kejadian aktivitas kejang.
Tidur yang berhubungan dengan epilepsi biasanya menyajikan dengan setidaknya dua
dari fitur berikut: arousals, tiba-tiba terbangun dari tidur, umum tonik-klonik gerakan
anggota badan, gerakan anggota badan fokal, wajah berkedut, inkontinensia, apnea, lidah
menggigit, dan kebingungan postictal dan kelesuan. Fitur-fitur ini menyebabkan
fragmentasi tidur dan kelelahan siang hari.
Stroke
• Setelah stroke arsitektur tidur individu sering diubah, menyebabkan
penurunan waktu tidur total, tidur REM, dan SWS. Insomnia adalah
komplikasi umum dari stroke yang mungkin timbul dari obat-obatan,
tidak aktif, stres, depresi, dan kerusakan otak

• Sleep And Medical Disorders


Nyeri, tidur dan perubahan dalam arsitektur tidur seseorang. Gejala-
gejala tergantung pada jenis dan beratnya nyeri tersebut. Mereka
termasuk kelelahan siang hari dan mengantuk, kualitas tidur yang
buruk, keterlambatan onset tidur, dan penurunan kognitif dan motorik
kinerja.
Gangguna Tidur Yang Di cetuskan Zat
• Insomnia yang dikaitkan dengan toleransi atau putus obat sedatif-hipnotik,
seperti benzodiazepin, barbiturat, dan kloralhidrat.
• dalam kurun waktu lama biasanya di dilakukan untuk menterapi
insomiatoleransi meningkat dan obat kehilangan efek mencetuskan
tidur, pasien kemudian sering meningkatkan dosispenghentian tiba-tiba
keadaan tidak dapat tidur yang parah mencuat, sering disertai ciri umum
putus zat.
• Harus waspada pada stimulan SSP sebagai penyebab untuk insomnia, dan
obat penurun berat badan, obat adrenergik oleh pasien asmatik dapat
menimbulkan insomnia.
• Alkohol dapat membantu mencetuskan tidur tetapi menyebabkan bangun
di malam hari. Alkoholdepresan SSP dan dan menimbulkan masalah SSP
lain. Insomia akibat pengunaan alkohol jangka panjang kadang-kadang
bersifat berat,
Penatalaksanaan Umum
1. Pendekatan Non Farmakologi 6
5) Jika tidak bisa tidur (setelah beberapa
a. Pendekatan hubungan antara pasien dan
dokter, tujuannya: menit) harus bangun, pergi ke ruang lain,
b. Konseling dan Psikoterapi kerjakan sesuatu yang tidak membuat
c. Terapi pengontrolan stimulus terjaga, masuk kamar tidur setelah kantuk
Terapi ini bertujuan untuk memutus siklus masalah datang kembali.
yang sering dikaitkan dengan kesulitan memulai 6) Bangun pada saat yang sama setiap hari
atau jatuh tidur.
Ada beberapa instruksi yang harus diikuti oleh tanpa menghiraukan waktu tidur, total tidur,
penderita insomnia: atau hari (misalnya hari Minggu).
• 1) Ke tempat tidur hanya ketika telah 7) Menghindari tidur di siang hari.
mengantuk.
8) Jangan menggunakan stimulansia (kopi,
• 2) Menggunakan tempat tidur hanya untuk tidur.
• 3) Jangan menonton TV, membaca, makan, dan
rokok, dll) dalam 4-6 jam sebelum tidur
menelpon di tempat tidur.
• 4) Jangan berbaring-baring di tempat tidur
karena bisa bertambah frustrasi jika tidak bisa
tidur
Sleep Restriction Therapy
Membatasi waktu di tempat tidur dapat membantu mengkonsolidasikan
tidur. Terapi ini bermanfaat untuk pasien yang berbaring di tempat tidur
tanpa bisa tertidur.
Misalnya, bila pasien mengatakan bahwa ia hanya tertidur lima jam dari
delapan jam waktu yang dihabiskannya di tempat tidur,
waktu di tempat tidurnya harus dikurangi. Tidur di siang hari harus
dihindari.
Lansia dibolehkan tidur sejenak di siang hari yaitu sekitar 30 menit. Bila
efisiensi tidur pasien mencapai 85% (rata-rata setelah lima hari), waktu di
tempat tidurnya boleh ditambah 15 menit.
Terapi pembatasan tidur, secara berangsur-angsur, dapat mengurangi
frekuensi dan durasi terbangun di malam hari.
Terapi relaksasi dan biofeedback
• Terapi ini harus dilakukan dan dipelajari dengan baik. Menghipnotis
diri sendiri, relaksasi progresif, dan latihan nafas dalam sehingga
terjadi keadaan relaks cukup efektif untuk memperbaiki tidur. Pasien
membutuhkan latihan yang cukup dan serius.
• Biofeedback yaitu memberikan umpan-balik perubahan fisiologik
yang terjadi setelah relaksasi. Umpan balik ini dapat meningkatkan
kesadaran diri pasien tentang perbaikan yang didapat. Teknik ini
dapat dikombinasi dengan higene tidur dan terapi pengontrolon tidur.
Terapi apnea tidur obstruktif
Apnea tidur obstruktif dapat diatasi dengan menghindari tidur
telentang, menggunakan perangkat gigi (dental appliance),
menurunkan BB, menghindari obat-obat yang menekan jalan nafas,
menggunakan stimulansia pernafasan seperti acetazolamide, nasal
continuous positive airway pressure (NCPAP), upper airway surgery
(UAS).
Metode ini dapat memperbaiki tidur pasien di malam hari, rasa
mengantuk di siang hari, dan keletihan serta perbaikan fungsi kognitif.
Uvulopalatopharyngeoplasty (UPP) , Trakeostomi
Keputusan untuk mengobati apnea tidur didasarkan atas frekuensi
dan beratnya gangguan tidur, beratnya derajat kantuk di siang hari, dan
akibat medik yang ditimbulkannya .
Farmakologi
obat hipnotik/sedatif mengidentifikasi penyebab yang mendasarinya, bereaksi cepat (short action), 1-3 hari untuk transient insomnia, dan tidak lebih dari 2 minggu
untuk short term insomnia
Bila penggunaan jangka panjang sebaiknya obat tersebut dihentikan secara berlahan-lahan untuk menghindarkan withdrawl terapi.

Penggolongan obat anti-insomnia


• 1. Benzodiazepine, contoh : Nitrazepam(Dumolid), Triazolam(halcion 0,125mg, 0,25mg), Estazolam (ESILGAN 1,2mg)
• 2. Non-Benzodiazepine, contoh : Chloral-hydrate 500mg, Phenobarbital 10mg,20mg,50mg,100mg.

• Diazepambenzodiazepon klasik, anti anxietas, anti insomnia, mucle relaksan, anti epileptik,  jd lemes ngantuk pakai diazepam. Ngantuk.

• Jd di cipatkan gol benzodiaazepin lain clorazepam, sifat individual paerorangan, long ating, anti epileptiku, tidak menyebabkan kantuk.
Gol alprazolam short acting anti panikkalo untuk insomnia,,kerja singkat,, tapi dalam 1,3 jam bisa bangaun jd minum lagiketergantungan.
Benzidiazepinketergantungan, atau anxietas jg hati-hati gak boleh lama-lama.
jd kasih yang long acating

Nitrazepampil koplo/pil niplamlebih dosefly, berani,


1 tik 10 tablet
Clonazepamantiepleptikum.
Midazolam anestetikum.

Depresif SSRI tidak sedataif kasih yang depresisftidak ada gangguan tidurjd pagi, kalo sedatif yang trisiklik bisa kasih depresif yagn gak bisa tidur.
Putau efeknya sedatif.

Inex/piltripping, lompat lompat yang ke clum malam.


Putau herroin.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai