Anda di halaman 1dari 6

A G A M A D A N BUDAYA

A . TA N G G U N G J AWA B U M AT B E R A G A M A D A L A M M E W U J U D K A N C A R A
B E R P I K I R KRITIS ( A K A D E M IK ), B E K E R J A K E R A S D A N B E R S I K A P FAI R

Setiap agama mengandung dogma (ajaran) absolute dan mutlak benar yang membuat
para penganut ajaran agama mudah bersikap dogmatis, fanatic, sempit pikiran dan
pandangan. Dengan demikian mereka selalu menentang perubahan dan pembaruan yang pada
lahiriyahnya bertentangan dengan sejarah yang mereka anut.

Perkembangan ilmu agama, sains dan filsafat pada zaman klasik Islam, tidak lain
untuk membuktikan secara historis bahwa agama tidak bertentangan dan menghambat
pembangunan social budaya. Bahkan sebaliknya, ajaran dasar agama mendorong
perkembangan sains dan filsafat yang agamis. Oleh karena itu, berkembangnya ilmu agama
Islam tumbuh toleransi bermazhab dan beraliran. Semua mazhab dan aliran yang ada, berada
dalam kebenaran, maka masing-masing pemeluk Islam merdeka dan bebas memilih mazhab
dan aliran yang dikehendakinya, apakah itu dalam bidang ibadah, fikih, teologi, filsafat,
maupun dalam bidang tassawuf dan dalam bidang keagamaan lainnya.

Pada dasarnya bukan hanya terdapat toleransi bermazhab dan beraliran, tetapi juga
toleransi beragama. Ayat Alquran surah Al-Baqarah ayat 256; surah Al-Kahfi ayat 29; Al-
Kafirun ayat 6 antara lain mengungkapkan : (1) Tidak ada paksaan dalam agama; (2) siapa
yang mau, percayalah, dan siapa yang mau, janganlah ia percaya; (3) bagimu agamamu dan
bagiku agamaku. Dalil-dalil Alquran tersebut menunjukkan persaudaraan agamis dari
pemeluk agama yang berbeda-beda.

Pemikiran rasional, filosofis dan ilmiah yang dipakai pada zaman klasik Islam, bukan
hanya memajukan ilmu agama, sains dan pemikiran filosofis, tetapi juga memupuk toleransi
bermazhab dan beraliran dikalangan umat Islam sendiri, toleransi beragama dengan para
pemeluk agama lain, perikemanusiaan dan perikemakhlukan dan akhlak mulia yang menjauhi
materialisme dan konsumerisme.

B. SIST E M ATI K A S U M B E R A J A R A N A G A M A
Apabila membicarakan sistematika sumber ajaran agama, agama Islam mempunyai
sistematika ajaran yang terdiri atas: (1) Alquran, (2) As-Sunnah, dan (3) Al-Ra’yu.
Sistematika dimaksud diuraikan sebagai berikut.
1 . A lq u ra n
Alquran adalah sumber ajaran Islam yang pertama, memuat kumpulan wahyu
Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW.
Alquran kitab suci yang berisi wahyu Illahi menjadi pedoman hidup yang tidak
ada keraguan didalamnya. Selain itu, Alquran menjadi petunjuk yang dapat
menciptakan manusia untuk menjadi bertaqwa kepada Allah SWT.

2. S u n n ah N a bi M u h am m a d S AW

Sunnah Nabi Muhammad S AW merupakan sumber ajaran Islam yang kedua.


Hal-hal yang diungkapkan Alquran yang bersifat umum atau memerlukan
penjelasan, Nabi Muhammad SAW menjelaskan melalui sunnah.

3. A l-R a’yu

Kata Al-Ra’yu dalam bahasa Arab berasal dari akar kata ra’a yang berarti
melihat. Al-Ra’yu berarti penglihatan. Al-Ra’yu mengandung beberapa
pengertian, diantaranya sebagai berikut:
a) Ijm a’
b) Ijtihad
c) Q iyas
d) Istihsan
e) Maslahat Mursalah
f) Zadduz Zari’ah atau Shad Al-Dzara’i
g) Urf

C. A RTI D A N FU N G S I A L H A D IS YA N G M E M U AT SU N N A H R A S U L U L L A H

1. P e n g ertia n S u n n a h
Sunnah dalam Bahasa Arab berarti tradisi, kebiasaan, adat istiadat.

2. M a cam - M a cam S u n n a h

Sunnah atau hadits dapat dibagi kedalam beberapa macam berdasarkan criteria
dan klasifikasinya sebagai berikut:
a) Ditinjau dari segi bentuknya terbagi menjadi:
1) Fi’li, yaitu perbuatan Nabi;

2) Qauli, yaitu perkataan Nabi;

3) Taqriri, yaitu perizinan Nabi, yang artinya perilaku sahabat yang disaksikan

oleh Nabitetapi Nabi tidak menegurnya atau melarangnya.


b) Ditinjau dari segi jumlah orang yang menyampaikannya terbagi menjadi:
1) Mutawatir, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh orang banyakyang menurut

akal tidak mungkin mereka bersepakat dusta serta disampaikan melalui


jalan indra.
2) Masyhur, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh orang banyak tetapi tidak

sampai kepada derajat mutawatir, baik karena jumlahnya maupun karena


tidak jalan indra.
3) Ahad, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh seorang atau lebih yang tidak

sampai kepada tingkat masyhur atau mutawatir.

c) Ditinjau dari segi kualitas hadist terbagi menjadi:


1) Shahih, yaitu hadis yang sehat yang diriwayatkan oleh orang-orang yang

terpecaya dan kuat hafalannya, materinya baik dan persambungan sanadnya


dapat dipertanggung jawabkan.

2) Hasan yaitu hadis yang memenuhi persyaratan hadis shahih kecuali di segi

hafalan pembawanya yang kurang baik.

3) Dha’if, yaitu hadis lemah, baik karena terputus salah satu sanadnya atau

karena salah seorang pembawanya kurang baik dan lain-lain.

4) Maudhu, yaitu hadis palsu, hadis yang dibikin oleh seseorang, dan

dikatakan sebagai sabda atau perbuatan Rasul.

d) Ditinjau dari segi diterima atau tidaknya, dibagi menjadi:

1) Maqbul yaitu hadis yang mesti diterima.

2) Mardud yaitu hadis yang mesti ditolak.

e) Ditinjau dari segi orang yang berbuat atau berkata, maka hadist terbagi
menjadi:
1) Marfu’ yaitu betul-brtul Nabi yang pernah bersabda, berbuat dan member

izin.
2) Mauquf, yaitu sahabat Nab i yang berbuat dan Nabi tidak men yaksikan

perbuatan sahabat.
3) Maqtu’ yaitu tabi’in yang berbuat, artinya perkataan tabi’in yang
berhubungan soal-soal keagamaan.
3 . F u n g si S u n n a h

a) Sumber hukum Islam yang kedua.


Sunnah adalah sumber hokum yang kedua bagi umat Islam setelah Alquran.
b) Menafsirkan ayat Alquran.
Sunnah berfungsi untuk menafsirkan, menjelaskan ayat Alquran.
TUGAS TERSTRUKTUR

A G A M A ISLA M
( A G A M A D A N B U D AYA )

DOSEN PEMBIMBING:
D E D Y S US ANTO, SPdi

DIKERJAKAN OLEH:
( K E L O M P O K 6)
M A R IA N I
LUCI
R IA V I N O L A IFA N ISA RI
K A M A L UDIN
E R AWA N
MERI ANDANI

KELAS : B

JURUSAN BIOLOGI
FA K U LTA S K E G U R U A N I L M U P E N D I D I K A N
U N I V E R S I TA S M U H A M M A D I YA H
PONTIANAK
2010

Anda mungkin juga menyukai