Anda di halaman 1dari 124

DAMPAK TERHADAP KOMPONEN KIMIA

FISIKA (UDARA DAN AIR)

PUSAT PENELITIAN SUMBERDAYA MANUSIA DAN LINGKUNGAN


UNIVERSITAS INDONESIA
11 JULI 2006
KESEIMBANGAN

SEHAT  IDEALNYA KESEIMBANGAN

manusia sakit

AGENT/HOST MANUSIA

manusia sakit

LINGKUNGAN
KESEIMBANGAN
AGEN/HOST  Mutasi gen agen penyakit
Perubahan strain agent } virulensi
meningkat
MANUSIA  Kurang Gizi
Daya tahan tubuh lemah } Agen
penyakit
Ketidakberdayaan ekonomi
mudah
masuk ke
LINGKUNGAN 
dalam tubuh
1. ALAMI  Banjir
manusia
Gunung Meletus
Kebakaran Hutan, dll
2. ANTROPOGENIK  a. Pencemaran Udara agen mudah
(industri, transportasi, tersebar
dan domestik) tergantung
b. Pencemaran Air } pada media
c. Sampah Padat sebarnya: air,
d. Modifikasi Lingkungan udara, tanah,
(Babat hutan, reklamasi makanan, dll.
pantai/rawa, dll)
TRANSISI EPIDEMIOLOGI

Masalah kesehatan masyarakat secara umum dibagi dalam dua pola


penyakit yang sifatnya mendunia, yaitu pola penyakit menular dan
penyakit degeneratif.

POLA PENYAKIT MENULAR


Pola penyakit pada suatu masyarakat agrotradisional dimana jenis
penyakit terbanyak berhubungan dengan adanya infeksi/kesehatan
lingkungan. Contoh: penyakit TBC, diare, kulit, schistosomiasis, dan
lain-lain.

POLA PENYAKIT DEGENERATIF


Penyakit degeneratif adalah pola penyakit masyarakat modern
dimana penyakit yang bersifat non-communicable disease seperti:
penyakit hipertensi, jantung koroner, diabetes, dan lain-lain.
Penyebabnya berhubungan dengan konsumsi makanan berlebihan
dan pola hidup yang stressful.

Pola penyakit ini sudah mulai ditemukan di Indonesia terutama di


ibukota dan kota-kota besar. Bahkan di DKI Jakarta mempunyai
double burden yaitu kedua pola penyakit ada di masyarakat.
TEORI SIMPUL

PROSES KAJIAN DAMPAK LINGKUNGAN


TERHADAP GANGGUAN KESEHATAN MANUSIA

SUMBER EMISI/ KONS. DOSIS EFEK


PENCEMAR BUANGAN AMBIEN ZAT PENCEMAR KESEHATAN
ZAT PENCEMARDI YANG MANUSIA
PENCEMAR UDARA, AIR, MASUK YANG TIDAK
MAKANAN, TUBUH DIINGINKAN
DLL MANUSIA DAMPAK
AKHIR/
RESIKO

PENGENDALIAN DINAMIKA DAN POLA PAJANAN HUBUNGAN


TEKNOLOGI MEKANISME MANUSIA DOSIS-RESPON
TRANSPORT
UDARA

SEBAGAI KOMPONEN PENTING KEHIDUPAN


TELAH MENGALAMI PERUBAHAN KUALITAS
(SEGAR MENJADI KERING DAN KOTOR)

ALAMI ANTROPOGENIK

BILA TIDAK DITANGGULANGI AKAN


BERDAMPAK NEGATIF THD KES. MANUSIA,
KEHIDUPAN HEWAN & TUMBUHAN,
MATERIAL, VISIBILITAS, DAN ESTETIKA.
Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan
pencemaran udara, yaitu masuknya zat pencemar
(berbentuk gas-gas dan partikel/aerosol)
ke dalam udara.

ALAMI ANTROPOGENIK

1. asap kebakaran hutan, 1. kegiatan transportasi,


2. letusan gunung berapi, 2. industri,
3. debu meteorit, 3. pembuangan sampah
4. pancaran garam dari (dekomposisi atau
laut pembakaran)
5. dekomposisi biotik, 4. pertanian, dll
6. debu,
7. spora, dll.
PENCEMAR UDARA

PARTIKULAT:
PADAT : Debu (Dust), Asap (Smoke),
Abu Terbang (Fly ash), Uap Asap
(Fumes)
CAIR : Halimun (Mist), Percikan (Spray)

GAS:
ORGANIK : Hidrokarbon (hexane, benzene, etilen,
metana, butana), Formaldehid, Aseton,
Chlorinated Hydrocarbon
ANORGANIK: Oksida karbon (CO, CO2), Oksida sulfur
(SOx), oksida nitrogen (NOx), H2S, HF,
Ammonia
1. ANTROPOGENIK – TRANSPORTASI

ANTROPOGENIK
> SUMBER ALAMI

TRANSPORTASI DARAT/
KENDARAAN BERMOTOR
- CO
- NOx
- HC
- SO2
- Pb
- Partikulat
SISTEM INDUSTRI

BAHAN
BAKU PRODUK
SISTEM
ENERGI INDUSTRI
LIMBAH:
BAHAN  PADAT
PENDUKUNG  CAIR
 GAS
UTILITAS
2. ANTROPOGENIK – INDUSTRI

Emisi pencemaran udara oleh industri sangat tergantung


dari jenis industri dan prosesnya.

Berbagai industri dan pusat pembangkit tenaga listrik


menggunakan tenaga dan panas yang berasal dari
pembakaran arang dan bensin, hasil sampingan dari
pembakaran tersebut adalah SOx, asap, dan bahan
pencemar lainnya.

Penggunaan energi dari bahan bakar fosil telah diikuti


dengan peningkatan konsentrasi emisi gas-gas rumah
kaca, utamanya CO2 ke lingkungan global. Gas-gas
rumah kaca yang antropogenik tersebut diyakini sebagai
penyebab terjadinya pemanasan global.
2. ANTROPOGENIK – INDUSTRI

Masyarakat negara maju gunakan hampir 70% dari


seluruh bahan bakar fosil dunia.

AS adalah negara pengemisi CO2 terbesar di dunia yaitu


sekitar 1.387 juta metrik ton pada tahun 1994, dan
disusul oleh China sekitar 67% di bawahnya.

Yang menarik adalah Indonesia, sebagai pengemisi ke 16


terbesar di dunia dengan jumlah sekitar 67 juta metrik
ton.

Selama tahun 1989-1990 saja emisi CO2 Indonesia


meningkat sangat mencolok yaitu sebesar 76,7%,
sebagian besar karena peningkatan penggunaan gas
alam.
2. ANTROPOGENIK – INDUSTRI

Pada tahun 1994, komposisinya adalah 74% emisi CO2


Indonesia berasal dari bahan bakar minyak dan 14% dari
gas alam yang penggunaannya bertambah terus sejak
tahun 1970.

Emisi CO2 perkapita Indonesia pada tahun 1994 adalah


0,34 metrik ton karbon, masih jauh lebih rendah dari
rata-rata angka global, tetapi meningkat 10 kali lipat
sejak tahun 1950.

Walaupun masih rendah, namun perlu diwaspadai karena


besarnya jumlah penduduk.
3. ANTROPOGENIK – BAKAR SAMPAH

Proses pembakaran sampah walaupun skalanya


kecil sangat berperan dalam menambah jumlah
zat pencemar di udara, terutama debu dan
hidrokarbon.

Hal penting yang perlu diperhitungkan dalam


emisi pencemaran udara oleh sampah, adalah
emisi partikulat akibat proses pembakaran,
sedangkan emisi dari proses dekomposisi yang
perlu diperhatikan adalah emisi hidrokarbon (HC)
dalam bentuk gas methane.
3. ANTROPOGENIK – BAKAR SAMPAH

Proses pembakaran sampah walaupun skalanya kecil


sangat berperan dalam menambah jumlah zat
pencemar di udara, terutama debu dan hidrokarbon.

Hal penting yang perlu diperhitungkan dalam emisi


pencemaran udara oleh sampah, adalah emisi
partikulat akibat proses pembakaran, sedangkan
emisi dari proses dekomposisi yang perlu diperhatikan
adalah emisi hidrokarbon (HC) dalam bentuk gas
methane.
4. ANTROPOGENIK – DOMESTIK

Kegiatan rumah tangga mengemisikan pencemar


udara yaitu dari proses pembakaran untuk
keperluan pengolahan makanan.

Parameter udara yang diemisikan ke atmosfer juga


identik dengan parameter-parametr yang
diemisikan oleh kendaraan bermotor, kecuali
senyawa tambahan di dalam bahan bakar seperti
Pb.
JENIS PENCEMAR

Dilihat dari ciri fisik, bahan pencemar dapat berupa:


 Partikel (debu, aerosol, timah hitam)
 Gas (CO, NOx, SOx, H2S, Hidrokarbon)
 Energi (suhu dan kebisingan)

Berdasarkan dari kejadian, terbentuknya pencemar


terdiri dari:
 Pencemar primer (diemisikan langsung oleh
sumber)
 Pencemar sekunder (terbentuk karena reaksi di
udara antara berbagai zat.
JENIS PENCEMAR
Dilihat secara kimiawi, banyak sekali macam bahan pencemar
(puluhan ribu bahkan tidak terbatas), sebagai contoh dari asap
rokok telah diidentifikasikan lebih dari 200 macam bahan
pencemar.

Namun biasanya yang menjadi adalah pencemar utama (major


air pollutants) yaitu golongan:

 Oksida Karbon (CO, CO2),


 Oksida Belerang (SO2, SO3),
 Oksida Nitrogen (N2O, NO, NO3),
 Senyawa hasil reaksi foto kimia,
 Partikel (asap, debu, asbestos, metal, minyak, garam sulfat),
 penyawa anorganik (asbestos, HF, H2S, NH, H2SO4, HNO3),
 Hidrokarbon (CH4, C4H10),
 Unsur radioaktif (Tritium, Radon),
 Energi panas (suhu) dan kebisingan.
SUMBER, TOTAL EMISI, & EFEK KESEHATAN

ZAT PENCEMAR EMISI TAHUNAN EFEK KESEHATAN


% Total Urutan % Total Urutan

SO2  12,9% 3 14,6 4


Partikulat  9,7% 4 27,9 1
NO2  8,6% 5 18,6 2
HC  13,1% 2 17,7 3
CO  55,7% 1 1,2 5

% Total Urutan
Sumber
1.Pembangkit Tenaga 16,9% 2
2.Industri 15,3 3
3.Transportasi 54,5 1
4.Kebakaran hutan 7,3 4
5.Sampah 4,2 5
6.Lain-lain 1,8 6
A.DAMPAK PENCEMARAN UDARA DALAM
RUANGAN (INDOOR) TERHADAP KESEHATAN
Pencemaran udara dalam ruangan adalah problema yang
serius dalam berbagai lingkungan ruang non industri.

Contoh pencemaran udara dalam ruangan :


Sick Building Syndrome
 Asbestos
 Asap Rokok
 Senyawa Organik Volatil (VOC’s)
 Formaldehyde
 Pestisida
 Mikroorganisme
 Kenyamanan Dalam Gedung
KARAKTERISTIK PENCEMAR UDARA

PENCEMAR KARAKTERISTIK SUMBER DAMPAK


UDARA
Partikulat Partikel padatan Unit penggilingan, Mengurangi visibilitas,
tersuspensi di udara, pengeringan, Korosi logam,
pembakaran, Merusak bangungan,
Kendaraan bermotor Gangguan
pernafasan/kesehatan
NOx Berwarna kemerahan, Pembakaran, Menghambat
lebih berat dari udara Kendaraan bermotor pertumbuhan tanaman,
NO, NO2, Gangguan kesehatan,
Hujan asam,
Pemanasan global,
Korosi logam
SOx Tidak berwarna, Pembakaran terutama Hujan asam,
relatif stabil di pembakaran batubara Korosi logam,
atmosfer, berbau dan minyak bumi, Merusak tumbuhan dan
tajam, SO, SO2 Gunung berapi batuan
Mengganggu pernafasan
KARAKTERISTIK PENCEMAR UDARA
PENCEMAR KARAKTERISTIK SUMBER DAMPAK
UDARA
CFC Stabil, tidak beracun, Refrigeran dan Penipisan ozon
tidak mudah terbakar, propelan,
CFCl3, CF2Cl2 Produk2 spray
Oksida Tidak berbau, tidak Pembakaran, CO beracun, bereaksi
Karbon berwarna, tidak kendaraan bermotor dengan hemoglobin dg
terasa, CO dan CO2 afinitas 300X dibanding
dengan Oksigen,
CO2 menangkap panas
di atmosfer, pemanasan
global
Hidrokarbon Tanki penyimpanan, Kanker, gangguan
Pembakaran tak pernafasan, CH4 terlibat
sempurna, kendaraan dalam pemanasan global
bermotor, sawah,
penambangan
batubara, minyak &
gas bumi
Pengaruh Sick Building Syndrome
Sindrome Penyakit yang diakibatkan oleh kondisi gedung

Beberapa penyakit yang terdapat di dalam ruang :


 Iritasi mata, hidung, dan tenggorokan
 Kulit dan lapisan lendir yang kering
 Erythema
 Kelelahan mental, sakit kepala
 Infeksi saluran pernafasan, batuk
 Bersin-bersin
 Reaksi sensitivitas yang sangat tinggi
Sumber : WHO(Tahun 1984)
Asbestos
Asbes adalah campuran berbagai silikat dengan
komponen utama magnesium silikat. Penyakit yang
disebabkan oleh pengaruh debu asbes adalah
asbestosis.
Gejala-gejala:
- Sesak nafas
- Batuk dan banyak mengeluarkan lendir
- Pelebaran ujung-ujung jari
- Krepitasi halus di dasar paru-paru
- Resiko kanker paru-paru 5x >
ASAP ROKOK
Dampak bagi perokok aktif << perokok pasif →
Resiko terhadap kanker paru-paru & penyakit Cardio
Pulmonari.
Kanker paru-paru (perokok pasif) → proses biologis
senyawa2 kimia → asap sidestream.

Asap sidestream mengandung racun yang sama dan


agent “tumor” seperti pada mainstream

Beberapa diantaranya → kondisi yang lebih tinggi →


kondisi pembakaran (pembentukan sidestream)
Senyawa Organik Volatil (VOC)
 Beberapa senyawa organik volatil yang ditemukan di
dalam ruangan:
 Formaldehyde
 Benzene
 Naphtalene
 Styrene

 Beberapa gejala penyakit yang dijumpai di dalam


ruangan:
 Sakit kepala
 Iritasi mata dan selaput lendir
 Iritasi sistem pernafasan
 Drowsiness (mulut kering)
 Fatigue (kelelahan)
 Malaise umum
Formaldehyde
Formaldehyde banyak didapati pada perlengkapan dalam
gedung.
 Menyebabkan iritasi pada sistem pernafasan, iritasi
pada mata, iritasi pada kulit dan tenggorokan serta
sakit kepala.
 Sifat Formaldehyde → molekul reaktif & kovalen
dengan protein → iritasi / sensitifitas / alergi.

Dampak lainya pada efek kesehatan dan ketidak


nyamanan terhadap bau dan di dalam ruangan adalah
sebagai berikut:
- limone,
- a-pinene
- n-hexanol
- 1,3- xylenes
Pestisida
 Efek pestisida bagi kesehatan:
 Sakit kepala
 Mual
 Pusing
 Iritasi kulit dan mata
 Efek akut pada pemakaian pestisida
dgn konsentrasi tinggi ex ; pemakaian
termisida dlm pengawetan kayu.
Mikroorganisme
 Dampak bagi kesehatan :
Alergi pernafasan → infeksi pernafasan &
asma.

 Tergantung sensitifitas perorangan/individu


Tingkatan penyakit berbeda2 → tipe partikel

 Sumber mikroorganisme:
1. Sistem pemanas udara yg terkontaminasi
2. Kelembaban yang terkontaminasi
Kenyamanan Dalam Gedung
Parameter :
Bau
Kondisi panas
Kelembaban relatif
Kecepatan udara
Turbulensi
Temperatur dan radiasi
Pakaian
Parameter lain
B.DAMPAK PENCEMARAN UDARA LUAR RUANGAN
(OUTDOOR) TERHADAP KESEHATAN

 Pencemaran oleh Karbon Monoksida


(CO)
 Pencemaran oleh Nitrogen Oksida (NOX)
 Pencemaran oleh Belerang Oksida (SOX)
 Pencemaran oleh Hidrokarbon
 Pencemaran oleh Partikel
 Pencemaran Udara Lainnya
Dampak Pencemaran Udara Oleh
Karbon Monoksida (CO)

Ciri-ciri Karbon Monoksida (CO):


 Tidak berbau
 Tidak berasa
 Tidak berwarna
 Bersifat racun metabolis
 Lebih stabil berikatan dengan darah
daripada oksigen
B. Dampak CO bagi lingkungan dan kesehatan

1. Bagi manusia

Pada konsentrasi tinggi→ gangguan


kesehatan & menimbulkan kematian.
Gas CO→ paru2→ peredaran darah, akan
menghalangi masuknya O2 yang dibutuhkan
dalam tubuh.
Hemoglobin + O2 → O2Hb (Oksihemoglobin)
Hemoglobin + CO → COHb
(Karboksihemoglobin)
Pengaruh konsentrasi CO di udara dan pengaruhnya
pada tubuh bila kontak terjadi pada waktu yang
lama
Konsentrasi CO di Konsentrasi COHb Gangguan pada tubuh
udara (ppm) dalam darah (%)
3 0,98 Tidak ada

5 1,3 Belum begitu terasa

10 2,1 Sistem syaraf sentral

20 3,7 Panca indera

40 6,9 Fungsi jantung

60 10,1 Sakit kepala

80 13,3 Sulit bernafas

100 16,5 Pingsan-kematian


Dampak Pencemaran Nitrogen Oksida (NOx)
Dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Gas nitrogen monoksida (NO)


Konsentrasi Gas NO yg tinggi dpt menyebabkan gangguan pada
sistem syaraf yg mengakibatkan kejang2.
Gas NO sulit diamati → tidak berwarna & tidak berbau

2. Gas nitrogen dioksida (NO2)


Paru2 yang terkontaminasi oleh gas NO2 akan membengkak →
sulit bernafas yg dpt mengakibatkan kematian.
Gas NO2 mudah diamati → baunya menyengat & berwarna
coklat kemerahan

Sifat racun/ toksisitas gas NO2 4x lebih kuat daripada toksisitas


gas NO
Menyebabkan Peroxy Acetil Nitrates (PAN) → iritasi pada mata &
kabut foto kimia yg mengganggu lingkungan (bercampur dgn
senyawa kimia lain di udara)
Dampak pencemaran oleh Belerang Oksida (SOx)

 Sebagian besar pencemaran udara oleh gas


belerang oksida (SOX) berasal dari pembakaran
bahan bakar fosil, terutama batubara.
 Menyebabkan hujan asam
2SO2 + O2 → 2SO3
SO2 + H2O → H2SO3
SO3 + H2O → H2SO4
 Dampak hujan asam bagi lingkungan : terjadi
kerusakan pada tanaman akibat kenaikan pH
tanah menjadi asam → ketandusan lingkungan
 Dampak bagi manusia :
Dampak Pencemaran
Hidrokarbon (HC)

Senyawa HC Konsentrasi Pengaruh terhadap


(ppm) tubuh
100 Iritasi terhadap
mukosa
Benzena 3.000 Lemas
7.500 Paralysys
20.000 Kematian
Dampak Pencemaran oleh Partikel
 Penyakit Silikosis
 Disebabkan o/ pencemaran debu silika bebas (SiO2) →
paru-paru & mengendap
 Gejala penyakit silikosis → sesak nafas yg disertai
batuk-batuk yg tidsk disertai dahak.

 Penyakit Asbestosis
 Disebabkan oleh debu/serat asbes di udara → paru-paru
 Gejala sesak nafas & batuk-batuk yg disertai dgn dahak.

 Penyakit Bisinosis
 Disebabkan o/ pencemaran debu kapas/serat kapas di
udara → paru2
 Gejala penyakit pneumokoniosis
 Gejala kronis: bronkitis kronis & disertai emphysema
PENYAKIT ANTRAKOSIS
 Disebabkan o/ pencemaran debu batubara →
mengandng debu silikat → penyakit silikosis
 Gejala penyakit saluran pernafasan → Rasa
sesak nafas → Penyakit silikoantrakosis

PENYAKIT BERILIOSIS
 Disebabkan o/ pencemaran debu logam
berilium
 Gejala penyakit pernafasan (beriliosis) ex;
nasoparingitios, bronkitis & pneumonitis
Pencemaran Udara Lainnya

 Dampak Kebisingan
 Menggangu kenyamanan pendengaran
 > 50dB → kebisingan
 65-80 dB → kerusakan alat pendengaran, tuli, stress

 Dampak Pemakaian Insektisida


 Merangsang timbulnya kanker & gangguan
pernafasan
 Dampak Kerusakan Ozon dan Efek Rumah Kaca
 Kanker kulit
 Suhu bumi naik
DAMPAK TERHADAP LINGKUNGAN

Perubahan lingkungan global yang langsung maupun


tidak langsung akan mempengaruhi kesehatan adalah:

1. Pemanasan Global
2. Lubang atau Penipisan Lapisan Ozon
3. Efek Rumah Kaca
4. Hujan Asam
5. Naiknya permukaan air laut
EFEK RUMAH KACA

Sebagian panas sinar matahari yang diterima permukaan


bumi dipantulkan kembali sebagai radiasi sinar infra
merah ke angkasa  efek rumah kaca (fenomena rumah
kaca)

Panas yang timbul di dalam lapisan atmosfer bawah,


dekat dengan permukaan bumi, akan terperangkap.
Keseimbangan energi antara kedua proses tersebut akan
menentukan temperatur rata-rata di permukaan bumi.

Fenomena rumah kaca sudah berlangsung sejak lama di


lapisan troposfer.

Gas rumah kaca: CO2, CO, methana, N2O, CFC, dll.


PENIPISAN LUBANG OZON
HUJAN ASAM

Turunnya derajat keasaman air hujan karena terjadinya


reaksi antara polutan dengan air di udara membentuk suatu
komposisi baru di udara yang bersifat asam dan turun
bersama hujan.

Hujan Asam  pH < 5,5

Sumber penyebab hujan asam  SOx (bahan bakar fosil), dan


NOx.

Dampak:
1. H2SO4  berikatan dengan partikulat masuk ke sal.
Pernafasan  gangguan paru-paru kronis hingga kanker.
2. Kematian tumbuhan dan hewan. Area jadi gersang.
3. Korosif thd material dan memudarkan warna akibat adanya
asam nitrat yang menjadi oksidator.
KEBAUAN (ODOUR)

Bau adalah sesuatu yang disebabkan oleh zat/senyawa an organik


atau organik, umumnya bersifat volatil yang memberikan efek
rangsang terhadap penciuman.

Bau adalah parameter kualitas udara yang bersumber dari


pembusukan limbah (industri/domestik) yang mengandung unsur
sulfida dan nitrogen yg diuraikan oleh bakteri baik di air, tanah,
atau udara secara anareob  menghasilkan senyawa H2S, NH3,
Karbon disulfida (CS2), dll.

Dampak:
1. NH3  iritasi pada sal. Pernafasan, batuk, muntah, dll
2. H2S  iritan thd paru-paru, melumpuhkan sal. pernafasan,
hingga kematian karena tersumbatnya sal pernafasan.
PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

Upaya pengendalian pencemaran udara dapat


dilakukan melalui:
1. Penelitian dan Pemantauan
2. Peraturan Perundangan
3. Teknologi Pengendalian Pencemaran
PERATURAN PERUNDANGAN
Beberapa peraturan perundangan yang terkait dengan pengelolaan
pencemaran udara antara lain:

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun


1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

2. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik


Indonesia Nomor Kep-35/MENLH/10/1993 tentang Ambang
Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor.

3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik


Indonesia Nomor Kep-13/MENLH/3/1995 tentang Baku Mutu
Emisi Sumber Tidak Bergerak.

4. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik


Indonesia Nomor Kep-50/MENLH/11/1996 tentang Baku
Tingkat Kebisingan.
- isu lingkungan tentang pengelolaan
sumberdaya air -
1. Ketersediaan air baku untuk penyediaan air
bersih terbatas
2. Sumberdaya air terkait dengan wilayah
penyangga Lemahnya koordinasi antar wilayah
dan antar sektor
3. Pengelolaan limbah belum maksimal
pelaksanaannya
4. Kesadaran lingkungan para pihak masih rendah
5. Keterbatasan sumberdaya dan dana untuk
penanganan lingkungan
- paradigma pengelolaan
sumberdaya air -
 Air adalah benda sosial (yang mengandung nilai
ekonomi).

 Sumberdaya air bukan warisan leluhur tetapi


merupakan titipan generasi mendatang.

 Azas pengelolaan adalah: keadilan, kemanfaatan,


kelestarian, keterpaduan dan keseimbangan.

 Prinsip pengelolaan: ‘one river, one integrated


management plan’.
- landasan hukum dan program
pengelolaan lingkungan -

 Undang-undang No 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan


Lingkungan Hidup
 Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang
Pengendalian Pencemaran Air.
 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51
Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi
Kegiatan Industri.
 Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan
(PROPER),
 Program Kali Bersih (PROKASIH),
 Adipura,
 Produksi Bersih,
 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL),
 Pantai Lestari, dan lain-lain
- air -
Air, meliputi semua air yang terdapat di
dalam dan atau berasal dari sumber air
yang terdapat di atas permukaan tanah.
Air yang terdapat di bawah permukaan
tanah dan air laut tidak termasuk ke
dalam pengertian ini.
- pencemaran air -
Pencemaran air, yaitu masuk atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi,
atau komponen lain ke dalam air oleh
kegiatan manusia sehingga kualitas air
menurun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan tidak lagi berfungsi sesuai
dengan peruntukannya
- baku mutu air -
Baku mutu air, yaitu batas atau kadar makhluk
hidup, zat, energi, atau komponen lain yang
ada atau harus ada dan atau unsur pencemar
yang dapat ditenggang dalam sumber air
tertentu, sesuai dengan
peruntukkannya.termasuk ke dalam
pengertian ini.
- baku mutu limbah cair -
Baku mutu limbah cair, yaitu batas
kadar dan jumlah unsur pencemar
yang dapat ditenggang
keberadaannya di dalam limbah cair
dari suatu jenis kegiatan tertentu
yang dibuang.
- beban pencemaran -
Beban pencemaran, yaitu jumlah
suatu parameter pencemaran yang
terkandung dalam sejumlah air atau
limbah ke dalam pengertian ini.
- daya tampung -
Daya tampung beban pencemaran, yaitu
kemampuan air dalam sumber air untuk
menerima beban pencemaran limbah
tanpa mengakibatkan penurunan kualitas
air sehingga melewati baku mutu air yang
ditetapkan sesuai dengan peruntukkannya
LAND APPLICATION
Pemanfaatan air limbah pada tanah dapat dilakukan dengan
syarat memenuhi syarat kelayakan lingkungan, untuk
menghindari akumulasi bahan pencemar dalam tanah serta
kemampuan tanah dalam menetralisir air limbah yang
terbatas tergantung karakteristiknya.

Metode pemanfaatan:
1. Flatbed sistem (sistem parit datar), pada kolam datar
bersambung atau pada lahan yang relatif tdk
sama/terasering.
2. Furrow sistem (sistem parit tertutup)
a) Zig zag Furrow (kemiringan > 30O) utk menghambat
aliran.
b) Straight Furrow (kemiringan < 30o)
3. Longbed sistem (saluran panjang berbaris untuk lahan
dgn ketinggian sama/rata dan permeabilitas rendah)
- pengendalian -
Pengendalian, yaitu upaya pencegahan dan atau
penanggulangan dan atau pemulihan, yang meliputi:

 Inventarisasi kualitas dan kuantítas air dalam


sumber air, menurut sistem wilayah tata perairan.
 Penetapan golongan air menurut peruntukkannya,
baku mutu air, dan baku beban pencemaran untuk
golongan air tersebut, serta baku mutu limbah cair
untuk setiap jenis kegiatan.
 Penetapan mutu limbah limbah cair yang boleh
dibuang ke dalam air pada sumber air oleh setiap
kegiatan dan pemberian ijin pembuangannya.
 Pemantauan perubahan kualitas air pada sumber air
dan evaluasi hasilnya.
 Pengawasan terhadap penataan peraturan
pengendalian pencemaran air, termasuk penataan
mutu limbah cair serta penegakan hukumnya
interpretasi
- status data air -
 Seluruh data yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif
dari air, mengindikasikan mutu air pada seluruh tahapan
kegiatan dan/atau status mutu air sebelum dan sesudah
adanya kegiatan

 Mutu air adalah kondisi kualitas air yang diukur dan atau
diuji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan
metoda tertentu berdasarkan peraturan perundangan
yang berlaku

 Status mutu air adalah tingkat kondisi mutu air yang


menunjukkan kondisi cemar atau kondisi baik pada suatu
sumber air dalam waktu tertentu dengan membandingkan
dengan baku mutu yang ditetapkan
INDIKASI KUALITAS AIR
PARAMETER INDIKASI/FUNGSI KETERANGAN
Nitrogen- Tingginya amoniak  Sungai bersih: 0 – 2 mg/l
amoniak mengindikasikan  Ikan tidak bisa hidup pada > 5 mg/l
pencemaran dari limbah  Efluent yang ternitrifikasi baik: 4 mg/l
domestik  Efluent tak ternitfifikasi: 20 mg/l

Biochemical Standar normal untuk  Stream/badan air < 20 mg/l


Oxygen mengetahui kualitas air  Eflluent < 75 mg/l
Demand berdasarkan kebutuhan
oksigen dalam
menguraikan limbah
secara biokimiawi
Chemival Standar normal untuk  Stream/badan air < 30 mg/l
Oxygen mengetahui kualitas air  Eflluent < 100 mg/l
Demand berdasarkan kebutuhan
oksigen dalam
menguraikan limbah
secara kimiawi
Dissolved Menggambarkan kondisi  Perairan baik > 6 mg/l (kejenuhan > 90%)
Oxygen oksigen perairan dan  Normal > 4 mg/l (kejenuhan 50 – 90%)
kemampuan purifikasinya  Tercemar < 2 mg/l (kejenuhan < 50%)
INDIKASI KUALITAS AIR
PARAMETER INDIKASI/FUNGSI KETERANGAN
Nitrogen Total Menggambarkan total  Effluent normal: 60 mg/l terdiri 15-20%
nitrogen dalam air nitrogen organik
Phosphor Menggambarkan  > 0,1 mg/l mulai menyebabkan masalah
tingkat nutrisi yang
meyebabkan eutrofikasi
Derajat Menggambarkan  6,5 <pH< 9 memberikan support kehidupan
Keasaman/Keb tingkat biota pada air
asaan keasaman/kebasaan air
Partikel/Zat Menggambarkan  Effluent < 100 mg/l
Tersuspensi tingkat erosi dan juga
tingkat kekeruhan air
Bakteriologis Mengindikasikan  Air minum : 0
kehadiran bakteri  Air bersih perpipaan <10
pathogen  Air sungai > 1000
Logam Berat Menggambarkan  Konsentrasi sangat rendah sebagai syarat
konsentrasi logam pada kondisi tercemar
air
KEBISINGAN & GETARAN
Bising (Noise) dan Getaran (Vibration) sering
dijelaskan perbedaannya dengan menyebut bahwa
bising adalah sesuatu fenomena yang dapat
didengar (Hearing) sedangkan getaran adalah
fenomena yang dapat dirasakan (Feeling).

Pada umumnya tidak semua suara menimbulkan


getaran yang dapat dirasakan. Namun dapat
dikatakan bahwa semua getaran pasti dapat
didengar.
PENGERTIAN

Kebisingan dapat diartikan sebagai bentuk suara


yang tidak dikehendaki atau bentuk suara yang
tidak sesuai dengan tempat dan waktunya.
Pengertian bising dalam Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor KEP. 48/MENLH/11/1996
tentang Baku Tingkat Kebisingan didefinisikan
sebagai Bunyi yang tidak diinginkan dari usaha
atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu
yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
manusia dan kenyamanan lingkungan.
DUA HAL YANG MENENTUKAN KUALITAS BISING
SUATU BUNYI:

1. Frekuensi, yang dinyatakan dalam jumlah getaran per


detik atau disebut Hertz (Hz), yaitu jumlah dari
gelombang-gelombang yang sampai di telinga setiap
detiknya.

2. Intensitas atau arus energi per satuan luas, biasanya


dinyatakan dalam suatu logaritmis yang disebut
decibel. (dB(A)).

Skala A artinya pembobotan dengan skala


A=Weighted Sound Level, karena telinga manusia
kurang memberikan reaksi pada frekuensi rendah
dan tinggi dibandingkan frekuensi seperti pada saat
berbicara.
SKALA INTENSITAS KEBISINGAN
DESIBEL BATAS DENGAR TERTINGGI
120 Halilintar
Menulikan 110 Meriam
Mesin uap
100 Jalan hiruk pikuk
Sangat Hiruk 90 Perusahaan sangat gaduh
Pluit polisi
80 Kantor gaduh
70 Jalan pada umumnya
Kuat
Radio
Perusahaan
60 Rumah gaduh
50 Kantor umumnya
Sedang
Percakapan kuat
Radio perlahan
40 Rumah Tenang
30 Kantor Perorangan
Tenang
Auditorium
Percakapan
Sangat Tenang 20 Suara daun-daun
10 Berbisik
0 Batas dengar terendah
JENIS KEBISINGAN

1. BISING YANG KONTINYU (STEADY NOISE).


Jenis bising ini mempunyai tingkat tekanan
suara yang relative sama selama terjadinya
bising. Contoh penyebab bising ini adalah
air terjun, mesin pembangkit tenaga listrik,
mesin industri, dan lain-lain.

2. BISING YANG TIDAK TERUS-MENERUS.


Jenis bising ini mempunyai tingkat tekanan
suara yang berbeda-beda selama bising
berlangsung. Contoh penyebab bising ini
adalah lalu lintas kendaraan bermotor (dari
jarak dekat), suara senjata, pesawat terbang
sedang lewat, dan sebagainya.
DAMPAK TERHADAP MANUSIA

Gangguan kebisingan dapat berakibat buruk bagi


manusia, baik secara psikis maupun fisik. Gangguan
fisik adalah jika kebisingan itu mengakibatkan kerusakan
organ pendengaran manusia, sedangkan gangguan psikis
adalah reaksi manusia pada kebisingan yang cenderung
menjurus stress.

Tinggi rendahnya tingkat kebisingan akan mempengaruhi


tinggi rendahnya dampak pada manusia. Tingkat
kebisingan di atas 85 dB(A), tidak hanya mengganggu
aspek psikologis, tetapi juga akan merusak aspek
fisiologik ke pendengaran sesudah periode ulangan
pemaparan selama 8 jam atau lebih.
SUMBER BISING

MEDIA PENCEGAH

ALAT PENDENGARAN
DAMPAK NEGATIF KEBISINGAN
1. Gangguan psikologik, yang berupa:
- Sukar berkonsentrasi & Sukar tidur
- Mudah marah
- Kepala pusing & Cepat lelah
- Menurunkan daya kerja
- Menimbulkan stress

2. Gangguan pendengaran, yaitu hilangnya pendengaran


seseorang, jika dibiarkan berlanjut dapat menderita
ketulian yang bersifat:
- Sementara,
- Permanen

3. Gangguan tubuh lainnya, yang dapat berupa:


- Ketegangan otot
- Kontraksi pembuluh darah
- Meningkatnya tekanan darah
- Meningkatnya denyut jantung
- Meningkatnya produksi adrenalin
International Standard Organization (ISO)
mengeluarkan acuan tentang derajat gangguan
1. Gangguan pendengaran tingkat ringan, jika seseorang tidak
dapat mendengar bunyi nada pada tingkat kebisingan 25-40
dB(A) (hearing loss 25-40 dB(A)).

2. Gangguan pendengaran tingkat sedang, jika seseorang


tidak dapat mendengar bunyi nada pada tingkat
kebisingan 40-55 dB(A) (hearing loss 40-55 dB(A)).

3. Gangguan pendengaran tingkat berat, jika seseorang tidak


dapat mendengar bunyi nada pada tingkat kebisingan > 55
dB(A) (hearing loss >55 dB(A))).

4 Jadi pada hearing loss pada tingkat kebisingan 0-25 dB(A)


masih dalam keadaan normal atau tidak ada gangguan
pendengaran.
PENGARUH KEBISINGAN DISEBABKAN
BEBERAPA FAKTOR
1. Intensitas Kebisingan
Makin tinggi intensitasnya, makin besar risiko untuk
terjadinya gangguan pendengaran.

2. Frekuensi Kebisingan
Makin tinggi frekuensi kebisingan, makin besar
kontribusinya untuk terjadinya gangguan pendengaran.

3. Jenis Kebisingan
Kebisingan yang kontinyu lebih besar kemungkinannya untuk
menyebabkan terjadinya gangguan pendengaran daripada
kebisingan yang terputus-putus.

4. Lama Pemaparan
Makin lama pemaparannya, makin besar risiko untuk
terjadinya gangguan pendengaran.
5. Lama Tinggal
Makin lama seseorang tinggal di sekitar kebisingan,
makin besar risiko untuk terjadinya gangguan
pendengaran.

6. Umur
Pada umumnya, sensitivitas pendengaran berkurang
dengan bertambahnya umur.

7. Kerentanan Individu
Tidak semua individu yang terpapar dengan
kebisingan pada kondisi yang sama akan mengalami
perubahan nilai ambang pendengaran yang sama
pula. Hal ini disebabkan karena respon tiap-tiap
individu pada kebisingan berlainan, tergantung dari
kerentanan tiap-tiap individu.
BAKU MUTU TINGKAT KEBISINGAN

PERUNTUKAN KAWASAN/ TINGKAT KEBISINGAN


LINGKUNGAN KEGIATAN dB (A)
A. Peruntukan Kawasan
1. Perumahan dan Permukiman 55
2. Perdagangan dan Jasa 70
3. Perkantoran dan Perdagangan 65
4. Ruang Terbuka Hijau 50
5. Industri 70
6. Pemerintahan dan Fasum 60
7. Rekreasi 70
 Bandar Udara*
 Stasiun Kereta Api*
 Pelabuhan Laut 70
 Cagar Budaya 60
B. Lingkungan Kegiatan
1. Rumah Sakit dan Sejenisnya 55
2. Sekolah atau sejenisnya 55
3. Tempat Ibadah atau Sejenisnya 55
KepMen LH No. 48/MNLH/11/1996
NILAI AMBANG BATAS

Untuk mencegah kemungkinan gangguan pada manusia


terutama ketulian akibat bising (noise induced hearing
loss), maka telah ditetapkan batas pemaparan yang aman
terhadap bising untuk jangka waktu tertentu, dan dikenal
dengan sebutan Nilai Ambang Batas (threshold limit value).

Nilai ambang batas dimaksudkan sebagai batas konsentrasi


dimana seseorang dapat terpapar dalam lingkungan
kerjanya selama 8 jam sehari, 40 jam seminggu berulang-
ulang kali tanpa mengakibatkan gangguan kesehatan yang
tidak diinginkan.
NILAI AMBANG BATAS

Derajat Lama Pemaparan yang


Kebisingan Diperbolehkan (jam)
85 8
90 4
95 4
100 1
105 0,5
110 0,25
115 0,125
PENGENDALIAN KEBISINGAN
PENGURANGAN KEBISINGAN PADA SUMBERNYA:
a. Mengurangi vibrasi sumber kebisingan, berarti mengurang
tingkat kebisingan yang dikeluarkan sumbernya.
b. Menutupi sumber suara.
c. Melemahkan kebisingan dengan bahan penyerap suara
atau peredam suara.

PENEMPATAN PENGHALANG:
d. Menghalangi merambatnya suara (penghalang).
e. Memperpanjang jarak antara sumber bising & manusia.
f. Melindungi ruang tempat manusia atau makhluk lain
berada dari suara.

PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI


g. Melindungi telinga dari suara (tutup telinga/ear muffs/ ear
plugs).
CONTOH LAIN PENGENDALIAN
KEBISINGAN

1. Menggunakan alat-alat yang lebih rendah kebisingan


yang dikeluarkannya.
2. Menggunakan cara pengelolaan yang kurang bising.
3. Pemilihan bahan-bahan yang mengurangi kebisingan.
4. Penanaman pagar dan tanaman peredam suara
(tanaman hanya mampu mereduksi kebisingan hingga
2,23 dB(A) dan nilai ini masih jauh lebih rendah
dibandingkan tembok yang mampu mereduksi
6,59 dB(A).
5. Maintenance dan Housekeeping yang baik terhadap
peralatan.
6. Dan lain sebagainya.
CONTOH LAIN PENGENDALIAN KEBISINGAN
AKIBAT KEGIATAN LALU LINTAS

1. Penggunaan peredam suara mesin mobil (knalpot)


2. Mengurangi kepadatan lalu lintas
3. Membuat landscaping yang dapat meredam suara,
misalnya dengan menanami pohon, semak dan
perdu di kiri-kanan jalan.
4. Membuat badan jalan yang meredam dan
permukaan jalan yang halus.
5. Dan sebagainya.
PERHITUNGAN TINGKAT KEBISINGAN

RUMUS:

L24 = 10 Log 1/24 (16.10 0,1 . LS + 8.10 0,1 . (Lm + 10))

Dimana:
L24 = nilai Leq selama 24 jam
Ls = nilai Leq sepanjang siang hari (16 jam) dari jam
06.00 s/d 22.00.
Lm = nilai Leq sepanjang malam hari (8 jam) dari jam
22.00 s/d 06.00
GETARAN
Getaran adalah suatu gerakan dari hasil kegiatan yang dapat
dirasakan (feeling).

1. Akibat Tingkat Getaran tertentu yang dihasilkan dari suatu


kegiatan dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia,
makhluk hidup lainnya dan lingkungan.
2. Getaran adalah gerakan bolak-balik suiatu massa melalui
keadaan seimbang terhadap suatu titik acuan.
3. Getaran Mekanik adalah getaran yang disebabkan oleh
sarana/peralatan kegiatan manusia.
4. Getaran Kejut adalah getaran yang berlangsung secara tiba-
tiba dan sesaat.
5. Baku Tingkat Getaran Mekanik dan Getaran Kejut adalah
batas maksimal Tingkat Getaran Mekanik yang diperbolehkan
dari suatu usaha atau kegiatan pada media padat sehingga
tidak menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan
kesehatan serta keutuhan bangunan.
DAMPAK GETARAN DAPAT
DIKELOMPOKKAN MENJADI:

1. Terganggunya kenyamanan dan kesehatan


manusia.

2. Dapat menyebabkan kerusakan pada bangunan


dan komponen bangunan.

3. Dampak Getaran Kejut.


DAMPAK
PADA SOSIAL EKONOMI
DAMPAK PADA SOSIAL EKONOMI

 Perubahan kualitas kondisi lingkungan


sosial ekonomi akibat adanya suatu
kegiatan/proyek tertentu
PRINSIP DASAR DALAM PENANGANAN
DAMPAK SOSIAL EKONOMI

 Di dalam setiap pembangunan seharusnya


dapat meningkatkan kesejahteraan dan
kualitas hidup masyarakat setempat
 Dalam setiap pembangunan pada hakekatnya
harus dapat melibatkan peranserta masyarakat
setempat
 Dengan adanya pembangunan seharusnya
dapat membantu meningkatkan ketrampilan
dan pendidikan masyarakat setempat dengan
memberikan pelatihan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki penduduk setempat
4 Tahapan proses AMDAL
1. Identifikasi Dampak Sosek
2. Pengumpulan & Analisis data Sosek
3. Prakiraan dampak Sosek
4. Evaluasi dampak Sosek
DAMPAK PADA SOSIAL EKONOMI
1. PERUBAHAN SOSIAL 2. PERUBAHAN EKONOMI

a. Ketegangan sosial a. Timbulnya sektor


akibat perubahan informal di sekitar
proyek (pedagang
pemilikan/penguas kaki 5, warung, toko,
aan tanah dll)
b. Penduduk b. Perubahan
bertambah padat pendapatan
c. Mobilitas penduduk penduduk
semakin meningkat c. Perubahan lapangan
kerja/mata
d. Perubahan perilaku pencaharian
penduduk
d. Terbukanya
kesempatan
bekerja/berusaha
DAMPAK SOSEK YG MUNGKIN TIMBUL
PRA KONSTRUKSI KONSTRUKSI PASCA KONSTRUKSI
1. Ketegangan Sosial 1. Timbul sektor informal 1. Perubahan perilaku
2. Adanya kesempatan
kerja 2. Pertambahan pendu-
3. Perubahan Mata Penca- duk
harian
4. Perubahan tingkat pen- 3. Peningkatan akti-
dapatan fitas ekonomi
6. Terganggunya Kamtibnas
7. dll 4. Peningkatan kese-
jahteraan penduduk
5. dll
IDENTIFIKASI DAMPAK SOSEK
A. Pelingkupan dampak penting
 Melihat komponen lingkungan sosek yg perlu
ditelaah
 Menentukan komponen lingkungan sosek apa
saja yg secara potensial akan mengalami
perubahan (dampak potensial SOSEK)
 Menyeleksi dan menetapkan dampak potensial
yg relevan untuk ditelaah secara mendalam
(dampak hipotetik SOSEK)
 Menentukan isu pokok Sosek
PELINGKUPAN

Struktur Sosial :
 Batas proyek 1. Struktur perekonomian
 Batas ekologis 2. Struktur kekerabatan
3. Struktur pemilikan sda
 Batas sosial 4. Interaksi sosial
 Batas administrasi
KOMPONEN TERKENA DAMPAK
(Tahap Pra-Konstruksi, Konstruksi & Operasi)

1. Pendapatan
2. Ketenagakerjaan
3. Kependudukan
4. Persepsi masyarakat
5. Kamtibnas
6. Perilaku masyarakat
7. Dll.
Indikator Sosek
1. Tingkat Pendapatan
2. Kesempatan Kerja
3. Karakteristik Penduduk
4. Persepsi masyarakat thdp proyek
5. Tingkat kriminalitas
6. Dll.
PARAMETER KOMPONEN SOSEK
1. TINGKAT PENDAPATAN
a Pendapatan Utama
b. Pendapatan tambahan
c. Tingkat upah
2. KESEMPATAN KERJA
a Tingkat Pengangguran
b. Jumlah angkatan kerja
c. Tingkat partisipasi angkatan kerja
3. KARAKTERISTIK PENDUDUK
a Jumlah Penduduk
b Komposisi penduduk
c Kepadatan penduduk
4. PERSEPSI MASYARAKAT THD PROYEK
a Sikap dan tanggapan masyarakat
5. TINGKAT KRIMINALITAS
a Jumlah kejahatan, perampokan/pencurian, dll
CONTOH:
INFORMASI YG DIPERLUKAN
 Jenis produksi utama di lokasi kegiatan
 SDA utama yg digunakan penduduk setempat dlm kehidupan sehari-
hari
 Saluran distribusi produksi utama
 Tk. Pengangguran
 Sumber pendapatan penduduk(utama dan sampingan)
 Pola Pemilikan dan nilai lahan
 Jaringan transportasi : - Sarana dan prasarana
 - Volume pengangkutan
 - Kemudahan mencapai berbagai jenis
sarana
 Externalitas Cost yaitu biaya-biaya yg akan ditanggung oleh
masyarakat akibat dampak negatif yg ditimbulkan oleh proyek
 dll
BAGAN ALIR PELINGKUPAN SOSEK

Tahapan Kegiatan
1. Pra Kons Dampak Potensial
2. Konstruksi
Rencana Kegiatan Proyek

3. Operasi 1. Peningkatan Dampak


Kesenpatan Kerja penting Isu Pokok
2. Terbukanya hipotetik Pemusa
Identifikasi peluang Evaluasi 1. Tebukanya
Dampak tan
berusaha dampak 1.Pening kesempatan
dampak
3. Peningkatann katan kerja
penting
gangguan kesempatan 2. Ganti rugi
Kamtibnas kerja yg kurang
Rona Lingkungan 4. Peningkatan 2. Pening memadai
Sosek konflik sosial katan konflik
5. dll sosial
Metode Diskusi Pemusatan
Matrik pakar antar sub tim
CONTOH Pendekatan Sosial:
 Mulai dibangun tahun 1987
 Gantirugi tanah tidak sesuai
--> per m2 = Rp. 723,-
 Harga tanah yang disediakan
--> per m2 = Rp. 3.000,-
 Penderitaan yang berkepanjangan
pada 622 KK
 Kehidupan yang jauh dari layak
 Trauma masa lalu karena diteror
serta disiksa fisik pada saat
pembebasan tanah
Contoh Pendekatan Ekonomi
 Valuasi Ekonomi yaitu mengevaluasi dampak pd komponen yg
mempunyai nilai moneter, shg diperoleh gambaran mengenai
biaya eksternal yg akan ditanggung atau dinikmati masyarakat
atau pemrakarsa
 Cost & benefit (B/C > 1), adalah membandingkan antara hasil
dampak positif (benefit) dengan biaya penanggulangan dampak
negatif (Cost)
 Benefit > cost , agar proyek dapat berlangsung
DAMPAK
PADA KESEHATAN
MASYARAKAT
KESEHATAN MASYARAKAT
Kep Kepala Bapedal No. 124/12/
1997

Kondisi ketahanan fisik , psikis, mental


serta rohani komunitas di lokasi tertentu
yg merupakan hasil interaksi antara
perilaku /kebiasaan, sarana pelayanan
kesehatan, kesling, status gizi, kondisi
lingkungan sosial, alamiah serta binaan
setempat
ARAHAN POKOK PANDUAN DAMPAK
KESMAS (Kepka Bapedal 124/1997)
1. Uraian rencana usaha yg berhubungan erat dengan
aspek kesmas
2. Media lingkungan yg menjadi wahana transportasi
bahan pencemar dan kondisi lingkungan yng
menunjang terbentuknya habitat vektor penyakit
3. Parameter lingkungan dan kesehatan serta metoda
prakiraan dan evaluasi dampaknya pd kesmas
4. Metoda pengumpulan dan analisis data butir-butir
diatas
5. Prakiraan dampak
6. Evaluasi dampak kesmas
PENDEKATAN METODOLOGIS DAMPAK
KESMAS (Kepka Bapedal 124/1997)

1. Perkiraan perluasan habitat vektor penyakit


2. Analisis resiko kulaitatif dan kuantitatif
3. Analisis jalur pemajanan di masa depan
4. Analisis resiko epidemiologis (absolute risk,
attribute risk dan relative risk)
5. Analisis biaya dampak kesehatan
6. Analisis perubahan perilaku masyarakat terhadap
dampak kesehatan
RONA LINGKUNGAN KESMAS (Kepka
Bapedal 124/1997)
Terhadap kegiatan yang akan direncanakan:
1. Karakteristik demografis
2. Karakteristik epidemiologis
3. Prevalensi penyakit menular
4. Karakteristik fisik
5. Penggunaan lahan
6. Penggunaan dan pemanfaatan SDA
7. Tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan
8. Status kesehatan
9. Perilaku spesifik dalam hubungan dgn resiko
10. Data studi terdahulu
11. Kondisi kehidupan penduduk
12. Akses dan jangkauan pelayanan kesehatan
ARAHAN KESMAS (Kepka Bapedal
124/1997)

Arahan untuk mencapai tujuan pengelolaan kesmas:


1. Kebutuhan infrastruktur kesmas
2. Penyediaan daerah penyangga sarana rekreasi dan olah raga
3. Pengelolaan sampah yang dihasilkan
4. Pengelolaan dampak kumulatif
5. Pengelolaan tata-ruang kota terhadap kesehatan mental dan
kualitas lingkungan pemukiman
6. Menciptakan kondisi lingkungan baru mencegah perindukan vektor
7. Kewaspadaan penggunaan lahan dimasa mendatang
8. Pengendalian kecelakaan dan pemajanan emisi transportasi
9. Pemilihan lokasi pembangunan yang akan menghindari atau
mengurangi efek gangguan vektor yang ada dan mencegah
perindukan vektor
RUANG LINGKUP KESMAS
 EPIDEMIOLOGI
 ADMINISTRASI KESEHATAN
 KESEHATAN LINGKUNGAN
 GIZI
 KESEHATAN KERJA
 KESEHATAN KELAUTAN/UDARA
EPIDEMIOLOGI
1. Ilmu yg mempelajari terjadinya
penyakit, penyebaran serta faktor risiko
2. Konsep terjadinya penyakit yaitu
 Konsep Triad Gordon
 The Mandala of Health
 The Totalistic Concept of Environment
3. Sasaran/target komunitas , masyarakat
POLA PENYAKIT
 POLA PENYAKIT MENULAR
contoh : diare, demam berdarah , flu
burung
 POLA PENYAKIT DEGENERATIF
contoh : hipertensi, diabetus melitus,
jantung, obesitas
KONSEP TERJADI
PENYAKIT
 TRIAD GORDON

AGENT HOST

PENYAKIT

ENVIRONMENT
THE MANDALA OF HEALTH

 SEHAT JASMANI DAN ROHANI


 KELUARGA
 MASYARAKAT
 BIOSPHERE
 AGENT : FISIK, KIMIA, BIOLOGIS,
PSIKIS, MULTIPEL
ADMINISTRASI KES

 SARANA/RASARANA
 PUSKESMAS ,
 RUMAHSAKIT,
 KLINIK
 PERSONAL
 DOKTER,
 DOKTER SP,
 BIDAN,
 PERAWAT,
 DUKUN
MASALAH KESLING
 GLOBAL : PESTISIDA, CHLORINE, PCB,
GLOBAL WARMING
 REGIONAL: ACID RAIN, FIRE FOREST
 NASIONAL : SAMPAH , LIMBAH, AIR ,
VEKTOR, KESEHATAN KERJA DLL
 LOKAL : TANAH LONGSOR, BANJIR
GIZI
 MASALAH GIZI
 GIZI NORMAL,
 GIZI KURANG/MALNUTRISI ,
 GIZI LEBIH /OBESITAS
 KEKURANGAN NUTRISI IBU HAMIL
 BUSUNG LAPAR
THE TOTALISTIC CONCEPT OF
ENVIRONMENT

A. Binaan

C. Alam B. Sosial
KAJIAN AMDAL KESMAS
 LOKASI /WILAYAH
- BATAS KONTRAK
- BATAS ADMINSRATIF/DEMOGRAFIS
- BATAS EKOLOGIS
- BATAS SOSIAL EKONOMI
- BATAS SOSIAL BUDAYA
FAKTOR-FAKTOR YG DIKAJI
 EPIDEMIOLOGIS :
 POLA PENYAKIT – PENYAKIT YANG
SPESIFIK
 JENIS PENYAKIT /10 PENYAKIT
TERBANYAK
 ANGKA PENYAKIT :
INSIDEN/PREVALENSI
ANGKA PENYAKIT
 INSIDEN = # KASUS BARU
 PREVALENSI = # KASUS LAMA DAN
BARU
 ANGKA HARAPAN HIDUP/LIFE
EXPECTANCY
# BAYI MATI (t.p)
 AKB = ----------------------------------
# bayi lahir hidup (t.p)
ANGKA PENYAKIT
# ibu mati krn sebab maternal
(t,p)
 AKM = -----------------------------------
--------
# bayi yang lahir hidup (t.p)
- Angka kematian kasar, Angka kelahiran
kasar, angka kematian penyakit yg
spesifik
SUMBER DATA EPID
 PUSKESMAS
 DATA KES DINAS PROPINSI
/KABUPATEN
 BADAN PUSAT STATISTIK
 Survei Kesehatan Rumah Tangga
 Literatur/referensi
 penelitian
SUMBER DATA KESLING

 DEPKES /LITBANG
 DINAS KES PROPINSI/KABUPATEN
 KLH
 BADAN PUSAT STATISTIK
 LITERATUR/REFERENSI
 penelitian
DATA ADMINISTRASI KES
 PUSKESMAS
 DINAS KES PROPINSI/KABUPATEN
 KECAMATAN/KABUPATEN/PROPINSI
SUMBER DATA LOKASI
 SOSIO DEMOGRAFI : KELURAHAN,
KECAMATAN, KABUPATEN
 SOSIO EKONOMI : KELURAHAN,
KECAMATAN, KABUPATEN, PERBANKAN
DLL
 SOSIO BUDAYA : REFRENSI , SURVEI,
FGD
 PERILAKU : REFERENSI, SURVEI, FGD
POTENSI DAMPAK
 ANDAL
 METODE PRAKIRAAN DAMPAK
 METODE EVALUASI DAMPAK
 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
 EVALUASI DAMPAK PENTING
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai