STUDI KASUS PENGKAJIAN SURVEILANS RISIKO BENCANA DI
DAERAH BANJARNEGARA
ARI RACHMAT (16142014249015)
DEVIT ARIANTI (16142014258024) INTAN NOVIKA CANDRA S (16142014281047) ITA TRIATUN SOLIKHAH (16142014282048) MUHIMATUL INAYAH (16142014297063) TEXA FERDIAN SAPUTRA (16142014334100) Indonesia merupakan salah satu negara yang sering mengalami bencana hidrometeorologi, yaitu bencana yang disebabkan karena perubahan iklim dan cuaca. Nugroho (2016) menyampaikan bahwa telah terjadi 1.681 bencana yang menyebabkan korban jiwa sebanyak 259 orang, yang sebagian besar merupakan korban bencana tanah longsor. Terdapat 918 lokasi rentan longsor yang tersebar di berbagai wilayah, diantaranya Jawa Tengah 327 lokasi, Jawa Barat 276 lokasi, Sumatera Barat 100 lokasi, Sumatera Utara 53 lokasi, Yogyakarta 30 lokasi, Kalimantan Barat 23 lokasi, sisanya tersebar di NTT, Riau, Kalimantan Timur, Bali, dan Jawa Timur (BNPB, 2012). Banjarnegera merupakan salah satu kabupaten yang secara historis sering mengalami bencana tanah longsor. Data dan informasi kejadian bencana tanah longsor di Kabupaten Banjarnegara misalnya, dari Bulan Januari sampai September 2016, telah terjadi 12 kali kejadian bencana longsor dengan korban meninggal 7 orang, luka-luka 7 orang dan mengungsi 1.237 orang (BNPB, 2016). GAMBARAN GEOGRAFIS Banjarnegara adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah bagian barat dengan total luas wilayah sebesar 106.971,01 ha atau sekitar 3,29% dari luas wilayah Provinsi Jawa Tengah (3,25 juta ha). Kabupaten Banjarnegara terletak antara 7°12'– 7°31' Lintang Selatan dan 109°20'10''–109°45'50'' Bujur Timur. Berada pada jalur pegunungan di bagian tengah Provinsi Jawa Tengah sebelah barat yang membujur dari arah barat ke timur, dengan sebagian besar wilayah Kabupaten Banjarnegara (37,04%) berada pada ketinggian antara 100-500 m dpl. SOSIAL DAERAH
Jumlah Penduduk Kabupaten Banjarnegara dari
tahun ke tahun mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk sebesar 903.059 jiwa pada tahun 2006 menjadi sebesar 932.688 jiwa pada tahun 2010. Diperinci tiap kecamatan, jumlah penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Punggelan yaitu sebesar 70.278 jiwa pada tahun 2006 dan 72.468 jiwa pada tahun 2010. Sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Pandanarum yaitu sebesar 21.777 jiwa pada tahun 2006 dan 22.157 jiwa pada tahun 2010. RIWAYAT BENCANA
Banjarnegera merupakan salah satu
kabupaten yang secara historis sering mengalami bencana tanah longsor. Data dan informasi kejadian bencana tanah longsor di Kabupaten Banjarnegara selama tahun 2019 tercatat telah terjadi 22 kali kejadian bencana longsor dengan korban luka-luka 4 orang dan mengungsi 292 orang(Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI), di akses pada 21 November 2019). RESIKO BENCANA YANG MENGANCAM Next. . . Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa beberapa kecamatan yang masuk dalamkategori sangat rentan adalah: Kecamatan Wanayasa (64,41 ha), Pagedongan (43,78ha), Banjarnegara (38,84 ha), Bawang (18,65 ha), Kalibening (1,21 ha), Karangkobar (3,58 ha), Pandanarum (21,34 ha), Susukan (4,03 ha), dan Mandiraja (0,30 ha). Wilayah yang memiliki areal rentan longsor terluas adalah Kecamatan Wanayasa. Kecamatan ini rentan longsor karena memiliki area dengan kelas kemiringan lereng 65%-85% (agak tinggi) yang paling luas yaitu sebesar 399,88 ha. ANALISIS Menurut (Bappenas, 2006), Hal-hal yang berpotensi memunculkan bencana antara lain: 1. Bahaya / tingkat ancaman (Hazard) Bahaya merupakan potensi ancaman yang dapat menimbulkan kerugian, kehilangan dankerusakan (Rijanta, Hizbaron, Baiquni, & others, 2018). Besarnya ancaman ditentukanoleh kemungkinan lamanya berlangsung, tempat (lokasi) dan sifat kejadian tersebut terjadi(Noor, 2014). Next. . . 2. Kerentanan (Vulnerability) Kerentanan adalah kondisi ketidakmampuan suatu individu atau kelompokpenduduk maupun kondisi geografi dalam mengurangi dampak dari ancaman bahaya(Adiyoso, 2018; Noor, 2014; Rijanta dkk, 2018). Kerentanan bersifat dinamis, yaitu selalumengalami perubahan seiring dengan perubahan kondisi manusia dan lingkungannya(Rijanta dkk, 2018) (dalam (Hamida et al. 2019)). 3. Kapasitas (Capacity) Kapasitas adalah kemampuan penguasaan sumberdaya, cara dan kekuatan yangdimiliki oleh masyarakat dalam upaya pertahanan dan persiapan diri dalam mencegah,menanggulangi dan memulihkan diri dari akibat bencana dengan cepat (Adiyoso, 2018;Bakornas 2017). Menurut Noor (2014), kapasitas merupakan policy dan sistem kelembagaayang ada dari level pemerintah pusat hingga daerah yang melakukan tindakan untukmeminimalisir kerentanan terhadap bencana (dalam (Hamida et al. 2019)).