Anda di halaman 1dari 7

Tambahan bab III

Dilema etik
Medical Indication >< Patience Preference
Pasien diketahui diharuskan untuk melakukan tindakan
pengangkatan kedua kandung telurnya karena adanya infeksi. Jika tidak
dilakukan pengangkatan kandung telur dapat membahayakan nyawa
pasien kedepannya. Namun meski demikian, pasien merupakan wanita
yang baru menikah dan belum mempunyai anak. Dilakukannya
tindakan salfingektomi pada kedua kandung telur akan menyebabkan
pasien tidak dapat memiliki anak.
Penyelesaian Dilema Etik
• Beneficence. Dokter diharuskan untuk melakukan tindakan
pengangkatan kedua kandung telur pasien demi kebaikan pasien.
• Autonomy. Dokter perlu meminta persetujuan keluarga dan suami
pasien sebelum melakukan tindakan tersebut sebab pasien masih
dalam keadaan dibius total dan terbaring di ruang operasi.
Persetujuan harus diputuskan secepatnya oleh keluarga dan suami
pasien.
• Dokter juga harus memberi tahu pasien ketika sudah sadar nanti
mengenai kondisi pasien agar pasien dapat menerima kondisinya saat
ini.
BAB IV
KESIMPULAN
• Dokter pada kasus ini tetap melakukan tindakan pengangkatan kedua kandung
telur pasien karena tindakan tersebut dapat mencegah terjadinya hal-hal yang
lebih buruk lagi.
• Pada kasus ini keadaan abses tuba ovarium pasien masih belum pecah, namun
jika dibiarkan dan tidak dilakukan tindakan pengangkatan kedua kandung telur
pasien dapat menyebabkan pecahnya abses tersebut sehingga selanjutnya akan
terjadi syok sepsis yang dapat mebahayakan nyawa pasien.
• Pada kasus ini, dokter yang sedang menjalani operasi baru saja menemukan
bahwa ternyata kedua tuba ovarium pasien ikut mengalami kelainan sehingga
perlu pengangkatan keduanya, prosedur pengangkatan ini harus mendapatkan
ijin dari keluarga pasien dan suami pasien sebab kondisi pasien saat ini dalam
kondisi tidak sadar, yaitu dibawah narkose umum.
• Pada proses persetujuan atau pemberian informed consent harus
sesuai dengan pasal 45 UU No. 29 tahun 2004 tentang praktik
kedokteran, pada proses pemberian informed consent perlu
dijelaskan diagnosis, tatacara tindakan medis, tujuan tindakan medis,
risiko tindakan medis, risiko jika tidak dilakukan tindakan medis,
prognosis terhadap tindakan medis yang dilakukan.
• Apabila keluarga pasien menolak dilakukan tindakan medis ini
dokter perlu menghargai keputusan keluarga pasien. Sesuai dengan
pasal 16 UU no. 290 tahun 2008 jika terjadi penolakan tindakan medis
pihak yang bersangkutan harus menandatangani surat penolakan
tindakan. Meski demikian jika ada penolakan dari keluarga pasien
sebagai keputusannya, hal tersebut tidak memutus hubungan dokter
dengan pasien.

Anda mungkin juga menyukai