Anda di halaman 1dari 62

Kerangka Acuan (KA)

PT Langgeng Bakti Persada

Kecamatan Jekan Raya dan Bukit Batu


Kota Palangkaraya
Provinsi Kalimantan Tengah

Ridwan Rachmadi
Darmaini Hardiyanti
Lestyana Dwi R.
Oleh :

Ratna Komala D.
Ricky Wahyudi
Rashiniva Handoko P.

Almira Nurdevina P.
Andryan Lincoln
Rohmatul Kartini E.
Bab 1-Pendahuluan

Latar Belakang

Dukungan pemerintah thd


investor yang ingin turut PT LBP mengajukan Dokumen AMDAL terdiri
Usaha hutan berkontribusi
dlm pembangunan utk permohonan areal seluas dari KA, ANDAL, dan RPL-
thd ekonomi nasional
pemanfaatan SD Hutan 28. 460 Ha RKL
berwawasan lingkungan

PT LBP adalah invetor Menurut UU, dengan Dokumen KA Berisi


yang ingin memajukan areal tersebut diperlukan lingkup parameter
industry kehutanan di penilaian lingkungan lingkungan yg akan
Indonesia berupa AMDAL terdampak pembangunan
Bab 1-Pendahuluan
Pelaksanaan Studi

Manfaat
Bagi Pemerintah Bagi Masyarakat Tujuan
- Dimanfaatkannya Bagi Perusahaan :
- Adanya lapangan Produksi Industri
Sumberdaya hutan pekerjaan baru - Diperolehnya
untuk tujuan kekeuntungan
kayu perkakas
- Pemanfaaatan
produktif ekonomi dengan
pengembangan
- Pemasukan adanya usaha di
areal tanaman
pemerintah melalui bidang HTI
- Upaya Upaya rehabilitasi
iuran-iuran dan hutan tidak
pengelaolaan
pajak produktif menjadi
sosial / CSR
- Pemanfaaatan hutan produktif
beberapa fasilitas
perusahaan
Bab 1-Pendahuluan
Pelaksanaan Studi

Pemrakarsa
Pelaksana Studi AMDAL

Nama Perusahaan : PT. Langgeng Bakti Persada


Alamat : Wisma Bakri II Lt. 16, Jalan Rasuna Said, Kav
B-2, Jakarta Selatan
Direktur : Charmun Carmita
Tim Ahli
Tim Penyusun
1 orang ahli satwa liar dan biota
1 orang Ketua Tim (Sarjana perairan
Kehutanan)
1 orang ahli kualitas air dan udara
2 orang Anggota Tim
1 orang ahli kesehatan masyarakat
Bab 2-Pelingkupan
Deskripsi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang akan dikaji

Status Studi AMDAL


Dilaksanakan setelah penyusunan studi kelayakan teknis dan ekonomis

Kesesuaian lokasi Rencana Usaha dengan Rencana Tata Ruang sesuai


Perundang-undangan
Lokasi areal rencana usaha dilihat berdasarkan sistem administratif, peta kawasan hutan dan
perairan, serta peta indikatif penundaan pemberian izin baru pemanfaatan hutan, penggunaan
kawasan dan perubahan peruntukan kawasan hutan dan areal penggunaan lain
Bab 2-Pelingkupan
Deskripsi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang berpotensi menyebabkan
dampak lingkungan

Rencana pemanfaatan hasil hutan kayu oleh PT. LBP diharapkan dapat menjawab 3 prinsip
kelestarian dalam pengelolaan di areal yg dikelolanya :

Prinsip kelestarian fungsi Prinsip kelestarian fungsi


Prinsip kelestarian fungsi
produksi dengan ekologi dengan
sosial dengan pengelolaan :
mewujudkan : mempertahankan :
• Kelestarian SD Hutan • Stabilitas ekosistem • Tenurial
dengan pengelolaan • Habitat spesies • Ekonomi komunitas
kawasan endemic/dilindungi/langka • Intergitas social
• Penggunaan sistem • Kesehatan masyarakat
silvikultur yang sesuai • Tenaga kerja
• Penerapan keseimbangan
biaya dengan pendapatan
Bab 2-Pelingkupan
Tahap Pra Konstruksi
• Perizinan UPHHK-HTI diperoleh berdasarkan
Pengurusan Izin surat Menteri Kehutanan

• Melalui media massa


Sosialisasi Rencana • Melalui pertemuan langsung dengan
Kegiatan masyarakat dan pemegang hak ulayat

• Identifiasi pemanfaatan lahan dan tanaman


yang terdapat dalam rencana lokasi HTI
• Pendataan bukti-bukti penguasaan dan
pemanfaatan lahan dan tanaman
Penanganan • Perundingan dan penentuan kesepakatan
penyelesaian lahan dan tanaman
Masalah Lahan • Pelaksanaan penyelesaian laahn sesuai hasil
kesepakatan bersama antara masyarakat dan
perusahaaan
Bab 2-Pelingkupan
Tahap Konstruksi

Penataan Batas
Areal Kerja

Batas luar areal kerja PT.


Areal hutan yang Areal hutan yang
LBP dengan suaka alam,
berbatasan dengan berbatsan dengan lahan
cagar alam, hutan
permukiman penduduk hak pengelolaan lain
lindung, dll
Rencana Penataan Ruang Areal Studi
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.21/Menhut-II/2006 tentang Perubahan Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor 70/Kpts-II/1995 tentang Pengaturan Tata Ruang Hutan Tanaman Industri. Areal Kerja Hutan Tanaman
1. Areal Tanaman Pokok
2. Areal Tanaman Unggulan
3. Arela Tanaman Kehidupan
4. Sarana dan Prasarana

No Pemanfaatan Lahan Jenis Tanaman Luas (ha) Persen Luas Daur Keterangan
A. Areal Untuk Produksi
1 Tanaman Pokok 19.922 70%
Karet 9.429 33,13% 25
2 Tanaman Unggulan Sengon 10.493 36.87% 6
Ramin,Pulai 2.846 10% 25
3 Tanaman Kehidupan Karet 1.423 5% 25 Ditanam ± 6 Tahun
Jumlah A 24.191 85%
B. Kawasan Lindung
1 Sempadan Sungai 85 0,30%
2 KPPN 1.390 4,88%
3 DPSL 1.371 4,82%
Jumlah B 2.846 10%
C. Areal Tidak Efektif Untuk Produksi
1 Sarana dan Prasarana 1.423 5%
Jumlah C 1.424 105%
Total 28.460 100%
Penetapan Sistem Silvikultur dan Daur Tanaman

Sistem silvikultur adalah rangkaian kegiatan pengaturan pengeolaan hutan yang


direncanakan berdasarkan asas manfaat, asas kelestarian dan asas perusahaan.
Teknik penerapan sistem silvikultur akan dikombinasikan dengan
mempertimbangkan faktor sosial. Pada areal yang tingkat perambahannya relatif
besar akan dialokasikan untu tanaman kehidupan, dengan penerapan tanaman
tumpang sari maupun argoforestry. Jenis tanaman untuk argoforesty dan tanaman
tumpang sari disesuaikan dengan minat masyarakat.
No Tahapan Kegiatan Waktu Pelaksanaan
1 Perencanaan Ep-1 s/d Ep-2
a. Penetapan Areal Ep-2
b. Pembagian Lahan Menurut Unit Lahan Ep-1
c. Penilaian Kesesuain Lahan Ep-1
Tahapan d. Pembukaan Wilayah
e. Pembentukan Organisasi dan Pengadaan Tenaga
Ep-2
Ep-1
Sistem 2 Persiapan
a. Pengadaan Bersih Ep-1
Silvikult b. Pengadaan Bibit Ep-1
3 Penanaman
ur a. Persiapan Lahan Untuk Penanaman Ep
UPHHK- b. Pengangkutan Bibit
c. Penanaman
Ep
Ep
HTI PT. 4 Pemeliharaan
a. Pemupukan
LANGGE -Pupuk Dasar Ep

NG -Pupuk Lanjutan
b. Penyulaman
Ep + pm
Ep+1 s/d Ep+2
BAKTI c. Penyiangan/Pengendalian Gulma
d. Singling/Pewiwilan
Ep+1 s/d Ep+2
Ep +1/4 s/d Ep+1/2
PERSAD e. Pemangkasan Cabang
5 Perlindungan Hutan
Ep + pm

A a. Pengendalian Hama Penyakit Ep+ terus menerus


b. Pengendalian Kebakaram Ep+ terus menerus
c. Pengamanan Hutan Ep+ terus menerus
6 Pembinaan Masyarakat Sekitar Hutan Ep+ terus menerus
7 Penelitian dan Diklat Ep+ terus menerus
8 Evaluasi dan Monitoring Ep+ terus menerus
9 Pemanfaatan Hasil Ep + daur
Rencana Pembagian Blok/Peta
Kompartemenisasi adalah kegiatan pembagian areal kerja menjadi blok dan
petak pemanfaatan hutan yang disesuaikan dengan rencana kegiatan
penyiapan lahan, penanaman dan lain sebagainya terutama yang
dihubungkan dengan pengaturan hasil.

Tanaman Pokok Tanaman Unggulan Tanaman


Kehidupan
No Karet Sengon
Blok Luas Blok Luas
Blok Luas Blok Luas
1 K1 398 S1 1660 TUI1 113 TK1 57
2 K2 398 S2 1660 TUI2 113 TK2 57
3 K3 398 S3 1660 TUI3 113 TK3 57
4 K4 398 S4 1660 TUI4 113 TK4 57
5 K5 398 S5 1660 TUI5 114 TK5 57
6 K6 398 S6 1661 TUI6 114 TK6 57
Rencana Pembagian
Blok/Peta
Tanaman Pokok Tanaman Unggulan Tanaman Kehidupan
No Karet Sengon
Blok Luas Blok Luas
Blok Luas Blok Luas
7 K7 398 TUI7 114 TK7 57
8 K8 398 TUI8 114 TK8 57
9 K9 398 TUI9 114 TK9 57
10 K10 398 TUI10 114 TK10 57
11 K11 398 TUI11 114 TK11 57
12 K12 398 TUI12 114 TK12 57
13 K13 398 TUI13 114 TK13 57
14 K14 398 TUI14 114 TK14 57
15 K15 399 TUI15 114 TK15 57
16 K16 399 TUI16 114 TK16 57
17 K17 399 TUI17 114 TK17 57
18 K18 399 TUI18 114 TK18 57
19 K19 399 TUI19 114 TK19 57
20 K20 399 TUI20 114 TK20 57
21 K21 399 TUI21 114 TK21 57
22 K22 399 TUI22 114 TK22 57
23 K23 399 TUI23 114 TK23 57
24 K24 399 TUI24 114 TK24 57
25 K25 399 TUI25 114 TK25 57
Rencana Penataan Areal Kerja
Penataan areal kerja adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatur blok
kerja tahunan dan petak kerja guna perencanaan, pelaksanaan, pemantauan
dan pengawasan kegiatan unit pengelolaan hutan. Dilakukan juga inventarisasi
dan penataan batas antara lain lahan garapan masyarakat, areal tabu atau
keramat, mata air yang menjadi batas pelaksanaan kegiatan berikutnya.
Rencana Penataan Areal Tanaman Unggulan UPHHK-HTI
PT.LANGGENG BAKTI PERSADA

Penataan Areal Kerja


No Tahun Kegiatan
Blok Luas (ha)
1 2015 TU1 113
2 2016 TU2 113
3 2017 TU3 113
4 2018 TU4 113
5 2019 TU5 114
6 2020 TU6 114
7 2021 TU7 114
8 2022 TU8 114
9 2023 TU9 114
Areal Tanaman Pokok Areal Tanaman Kehidupan
Jumlah
No Tahun Kegiatan
Blok Luas (ha) Blok Luas (ha) (ha)
1 2015 K1-4 +S1 3,252 TK1 + TK2 + TK3 +TK4 228 2.286
2 2016 K5-8 + S2 3,252 TK5 + TK6 + TK7 + TK8 228 2.286
3 2017 K9-12 + S3 3,252 TK9+ TK10 + TK11 + TK12 228 2.286
4 2018 K13-16+ S4 3,254 TK13 +TK 14 + TK15 + TK16 228 2.286
5 2019 K17- 20 + S5 3,256 TK17 + TK18 + TK19 + TK20 228 2.286
6 2020 K21- 25 + S6 3,656 TK21 + TK22 + TK23 + TK24 + TK25 283 2.324
7 2021 S1 1,660 - - 2.058
Rencana 8 2022 S2 1,660 - - 2.058
9 2023 S3 1,660 - - 2.058
Penataan 10 2024 S4 1,660 - - 2.058
Areal 11 2025 S5 1,660 - - 2.058
12
Tanaman 13
2026
2027
S6
S1
1,661
1,660
-
-
-
-
2.059
2.058
Pokok dan 14 2028 S2 1,660 - - 2.058
Tanaman 15 2029 S3 1,660 - - 2.059
16 2030 S4 1,660 - - 2.059
Kehidupan 17 2031 S5 1,660 - - 2.059
UPHHK-HTI 18 2032 S6 1,661 - - 2.060
PT.LANGGE 19
20
2033 S1 1,660 - - 2.059
2034 S2 1,660 - - 2.059
NG BAKTI 21 2035 S3 1,660 - - 2.059
PERSADA 22 2036 S4 1,660 - - 2.059
23 2037 S5 1,660 - - 2.059
24 2038 S6 1,661 - - 2.060
25 2039 S1 1,660 - - 2.059
26 2040 K1 + S2 2,058 TK1 57 2.115
27 2041 K2 + S3 2,058 TK2 57 2.115
28 2042 K3 + S4 2,058 TK3 57 2.115
29 2043 K4+ S5 2,058 TK4 57 2.115
30 2044 Dst
Risalah atau Inventarisasi Hutan
1. Risalah Tanaman Pokok dan Tanaman Kehidupan
Kegiatan inventariasi tegakan merupkan suatu
tindakan untuk mengumpulkan informasi tentang
kekayaan hutan tanaman yang meliputi potensi
tegakan, kondisi tanaman, dan keadaan areal.
Dalam satu daur, inventarisasi tegakan pokok sengon
dilakukan sebanyak 3 kali, sedangkan tanaman pokok
karet dan tanaman kehidupan dilakukan dua kali.,
Risalah Pada Areal Tanaman Risalah Pada Areal
Pokok Sengon Tanaman Pokok Karet
No Tahun Kegiatan Jumlah

TO T3 T6 TO T25
1 2015 1.660 1.592 3.252
2 2016 1.660 1.592 3.252
3 2017 1.660 41,50 1.592 3.294
4 2018 1.660 41,50 1.594 3.296
5 2019 1.660 41,50 1.596 3.298
6 2020 1.661 41,50 41,50 1.995 3.739
7 2021 1.660 41,50 41,50 1.743
8 2022 1.660 41,53 41,50 1.743

Rencana 9
10
2023
2024
1.660
1.660
41,50
41,50
41,50
41,50
1.743
1.743

Inventaris 11
12
2025
2026
1.660
1.661
41,50
41,50
41,53
41,50
1.743
1.744

asi 13
14
2027
2028
1.660
1.660
41,50
41,53
41,50
41,50
1.743
1.743

Tegakan 15
16
2029
2030
1.660
1.660
41,50
41,50
41,50
41,50
1.743
1.743
17 2031 1.660 41,50 41,53 1.743
18 2032 1.661 41,50 41,50 1.744
19 2033 1.660 41,50 41,50 1.743
20 2034 1.660 41,53 41,50 1.743
21 2035 1.660 41,50 41,50 1.743
22 2036 1.660 41,50 41,50 1.743
23 2037 1.660 41,50 41,53 1.743
24 2038 1.661 41,50 41,50 1.744
25 2039 1.660 41,50 41,50 39.80 1.783
26 2040 1.660 41,53 41,50 398 39.80 2.181
27 2041 1.660 41,53 41,50 398 39.80 2.181
28 2042 dst
Rencana Pada Areal Tanaman Kegiatan
No Tahun Kegiatan
TO T25 Jumlah
1 2015 228 228
2 2016 228 228
3 2017 228 228
4 2018 228 228
5 2019 228 228
6 2020 283 283
7 2021 - -
8 2022 - -
9 2023 - -
Rencana 10
11
2024
2025
-
-
-
-
Inventaris 12
13
2026
2027
-
-
-
-

asi 14
15
2028
2029
-
-
-
-

Tanaman 16
17
2030
2031
-
-
-
-

Kehidupan 18
19
20
2032
2033
2034
-
-
-
-
-
-
21 2035 - -
22 2036 - -
23 2037 - -
24 2038 - -
25 2039 - 5,70
26 2040 57 5,70 62,70
27 2041 57 5,70 62,70
28 2042 57 5,70 62,70
29 2043 57 5,70 62,70
30 2044 dst
2. Inventarisasi Tanaman UnggulanNo Tahun Kegiatan
Inventarisasi Tanaman Unggulan
Blok Luas
1 2015
Inventarisasi yang dilakukan 2 2016

pada areal tanaman unggulan

Rencana Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan


25 2039 TU1 113
adalah inventarisasi tegakan 26 2040 TU2 113
27 2041 TU3 113
sebelum penebangan (ITSP). 28 2042 TU4 113
29 2043 TU5 114
30 2044 TU6 114
Kegiatan ini dilakukan untuk 31 2045 TU7 114
memperoleh gambaran 32
33
2046
2047
TU8
TU9
114
114
mengenai potensi produksi 34
35
2048
2049
TU10
TU11
114
114
tegakan pada titik blok kerja 36
37
2050
2051
TU12
TU13
114
114
tahunan, kegiatan ini 38 2052 TU14 114
39 2053 TU15 114
dilakasanakan satu tahun (Et-1) 40 2054 TU16 114
41 2055 TU17 114
sebelum dilakukan kegiatan 42 2056 TU18 114
43 2057 TU19 114
penebangan. 44 2058 TU20 114
45 2059 TU21 114
46 2060 TU22 114
47 2061 TU23 114
48 2062 TU24 114
49 2063 TU25 114
50 2064 TU1 113
51 dst
Mobilisasi Alat Berat
Mobilisasi alat dan material adalah pengangkutan
peralatan yang dibutuhkan untuk pembangunan hutan
tanaman dari suatu tempat menuju ke lokasi proyek.
Jumlah
Waktu
No Jenis Peralatan Keterangan
Beli Sewa Total Pengadaan
1 Excavator Loader 2 - 2 2015-2020 Muat Kayu
2 Backhoe 2 - 2 2015 Drainase Jalan
3 Buldozer Tractor 2 10 12 2015 Land Clearing
4 Motor Grader 2 - 2 2015 bangun Jalan
5 Compactor 2 - 2 2015 bangun Jalan
6 Truck 0 15 15 2015-2020 Angkutan Panen
7 Mobil Angkutan 2 8 10 2015
8 Chain Saw 0 60 60 2015-2020 Imas. Panen
9 Radio Komunikasi 3 - 3 2015
Tabel 2.10. Daftar dan Waktu Pengadaan Alat Pembanguna Hutan
Tanaman Selama 20 Tahun Kegiatan

Rata-rata ukuran rentang badan


alat 2m x 4m, dengan berat:
a. Exavator : 16-30 ton
b. Loader : 11-30 ton
c. Tractor : 17-40 ton
d. Motor grader: 12-25 ton
e. Compactor : 40 ton

Keterangan:
- Excavator loader : 1250 m3/unit/hari (250.000 m3/unit/tahun)
- Buldozer traktor : 2km/unit/hari ( 400km/unit/tahun)
- Truck angkutan kayu: 200 m3/unit/hari ( 40.000 m3/unit/tahun)
- Chain saw :75 m3/unit/hari ( 15.000 m3/unit/tahun)
e. Penerimaan Karyawan
1) Struktur Organisasi
merupaka alat untuk mencapai tujuan pengelolaan hutan secara lestari.

Struktur organisasi disesuaikan dengan rencana penataan dan pembagian


wilayah kerja dan unit kelestarian serta kepentingan koordinasi dan
efisiensi perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring

Kriteria struktur
organisasi yang baik

1. Lengkap
2. Efisien
3. Dinamis
4. Fungsional
5. Mampu bekerja Agar pembangunan hutan tanaman
dalam tim berlangsung sesuai rencana dari segi
6. Mampu bekerja kuantitatif dan kualitatif, efisien, dan
sama berkelanjutan.
7. Bekerja dengan
tugas dan
wewenang yg jelas
2) Kebutuhan Karyawan(Tenaga Kerja) Bertambah seiringan dengan meningkatnya luasan
pembangunan
Tenaga kerja terbagi
menjadi 2:
Jumlah dan spesifikasi tenaga kerja
didasarkan atas indeks prestasi kegiatan
dan berdasarkan jenjang dan lingkup tugas
a) Tenaga kerja tetap:
tenaga yang terkait
dengan struktur Berdasarkan rencana kegiatan maka
organisasi; status dibutuhkan tenaga profesional di bidang
karyawan tetap. teknis kehutanan, administrasi, sosial dan
pertanian
b) Tenaga kerja tidak tetap:
tenaga lapang yang Pengadaan tenaga kerja akan dipenuhi dan
tidak perlu memiliki diprioritaskan berasal dari masyarakat
keahlian khusus (cukup setempat (bermukim di sekitar areal PT.),
diberi arahan teknis). sedangkan posisi dan bidang yang tidak
terpenuhi akan didatangkan dari kabupaten /
luar daerah

Untuk meningkatkan kemampuan dan keahlian Direalisasikan


biasanya perusahaan akan mengirim karyawannya bertahap sesuai
untuk mengikuti pendidikan sesuai ketentuan kebutuhan
f. Pembukaan Wilayah Hutan
Tujuan: 1. Jalan
1. Pembuatan jalan utama
Penyiapan sarana-prasarana angkutan 2. Jalan
2. Pembuatan base cabang
camp 3. Jalan
3. Persiapan areal ranting
Prinsip: persemaian dan
tanam
Terjangkaunya semua 4. Pengangkutan bibit
kegiatan pengelolaan(jangka 5. Penanaman Tujuan:
panjang) dengan baik dan 6. Pemeliharaan Sebagai
efisien 7. Pemungutan hasil batas
hutan petak/komp
8. Perlindungan hutan artemen
9. Transportasi dan jalur
Teknis: 10. Sarana kerja dan kuning
1. Pemetaan dan 11. Komunikasi antar (sekat
pengukuran topografi pusat kegiatan bakar)
(peta topografi)
2. Pembuatan design
1) Pembangunan Jaringan Kebutuhan jalan angkutan
Jalan

Teknis:
1. Membuka
lahan
2. Meratakan Jalan ranting
3. Memadatkan Jalan utama: dan
Jalan
4. Pengerasan sub ranting:
cabang:
(tanah leterit Dengan
dengan pengerasan Jalan tanpa
Kerapatan ±
campuran pasir (kerapatan 2- pengerasan
18m/ha
dan batu 7m/ha (kerapatan
±25m/ha
Dilengkapi:
1. Saluran
drainase (kiri-
kanan)
2. Gorong-gorong
3. Jembatan
4. Marka jalan
2) Pembangunan TPK / TPn

dibangun Areal mudah dijangkau


TPK
dari seluruh blok RKT,
Sebagai tempat penyimpanan kayu
hanya dibutuhkan 1unit
dengan luas 2 ha
Prinsip:

Menjaga pengangkutan yang


harus estafet (kendala kondisi
jalan, musim dll
Sesaat sebelum
dibuat pemanenan kayu pada
TPn lahan produksi di
pinggir jalan(lahan
tegakan hutan
- Tidak diperlukan lahan tanaman
khusus
- Lahan bekasnya ditanami
kembali setelah
pengankutan selesai
3) Pembangunan Base Camp

Sarana penghubung antara kegiatan perencanaan dikantor pusat dengan operasional


lapangan dan pusat kendali semua aktivitas kegiatan lapangan.

Lokasi yang - Kantor admin 1. Areal topografi


strategis - Peralatan datar yang
Sarana dan komunikasi cukup luas dan
Contoh: prasarana memadai
dan listrik
- Sekitar memadai 2. Aksesibilitas
- Prasarana
jalan (disesuaikan tinggi
sanitasi
utama dengan vol. - Peruahan 3. Dekat dengan
- Dekat pekeerja sarana –
karyawan
sungai - Geust house prasarana (air)
- Alat 4. Kondisi tanah
transportasi stabil
5. Berkelanjutan
Pengadaan bibit Rencana pengadaan bibit tanaman pokok dan dan
tanaman kehidupan
Pengadaan bibit hanya dilakukan untuk tanaman
pokok, unggulan, dan kehidupan
1. Tanaman pokok sengon
Ditanam dengan jarak 3 x 3 sehingga dibutuhkan
1.300 tanaman/hektar disertai sulaman 20%
2. Tanaman pokok karet
Ditanam dengan jarak 5 x 5 sehingga dibutuhkan
480 tanaman/hektar disertai sulaman 20%
3. Tanaman unggulan
Ditanam dengan jarak 5 x 5 sehingga dibutuhkan
480 tanaman/hektar disertai sulaman 20%
4. Tanaman kehidupan
Ditanam dengan jarak 5 x 5 sehingga dibutuhkan
480 tanaman/hektar disertai sulaman 20%
Penyiapan lahan

Mempersiapkan kondisi areal siap tanambsesudah dilakukan penataan areal


batasan rencana penanaman.langkah yang dilakukan :
1. Pembersihan lahan
Penebangan/pembebasan semua bentuk vegetasi yang ada di areal rencana
tanaman sebagai akses bagi kegiatan penanaman dan pemeliharaan serta
ruang imbuh bagi tanaman yang dikembangkan
2. Pengolahan tanah
Pembersihan jalur tanaman yang berfungsi untuk memudahkan pembuatan
lubang tanam dan mempermudah pemupukan
3. Pembuatan lubang tanam
Dibuat pada jalur atau larikan sesuai dengan jarak yang ditentukan
Penanaman Pemeliharaan Tanaman
Penanaman dilakukan secara manual dan
sepanjang tahun. Media yang digunakan gambut
Penyiangan
dicampur top soil
Areal efektif untuk tanaman pada areal yang
dimohon untuk IUPHHK-HTI PT.LBP direncanakan
seluas 24.191 ha, meliputi Pengendalian
Hama dan Penyulaman
1. Tanaman pokok 19.992 Ha jenis karet dan Penyakit
sengon Pemeliharaan
Tanaman
2. Tanaman unggulan 2.864 ha jenis
ramin/pulai
3. Tanaman kehidupan 1.423 ha jenis karet

Penjarangan Pemupukan
Rencana penanaman 10 tahun pertama
E. Pemanenan

Tindakan silvikultur yang bertujuan untuk membentuk tegakan tanaman dengan luas dan kelas umur yang
teratur agar dapat kesehatan pemanenan pertahun.
Kegiatan terkait pengaturan hasil tanam :
1. Inventarisasi tegakan
Gambaran tentang keadaan hutan pada waktu itu, akumulasi dan inventarisasi tegakan secara berturut-turut
2. Penentuan etat
Besarnya volume tebangan tahunan sesuai dengan kemampuan pertumbuhan pohon dari hutan yang
bersangkutan sehingga terjamin kelestarian produksinya
3. Rencana penebangan dan pemanfaatan hasil hutan
Tanaman pokok akasia, Jabon, sengon tujuan kayu pertukangan dengan daur 6 tahun, tanaman unggulan ramin dan pulai dengan daur 25
tahun
a. Pemanenan
Penebangan tanaman diikuti penanaman kembali dengan kualitas bibit baik dengan harapan rotasi ke-2 lebih tinggi produksinya
b. Pemanfaatan hasil
Sistem tebang habis pada tanaman pokok tanpa memperhatikan bentuk dan kualitas pohon
F. Pengangkutan Kayu G. Perlindungan Hutan

Kegiatan pengangkutan Perlindungan dan pengamanan hutan


hasil produksi melalui jalur dimaksudkan untuk menjaga keutuhan dan
darat, kayu-kayu hasil keamanan Kawasan dari aktivitas gangguan
pemanenan ini akan hutan yang disebabkan oleh tekanan
dibawa dari Tpn ke TPK gangguan penduduk, perubahan iklim global
kemudian dibawa ke maupun kombinasi antara keduanya.
logyard untuk diangkut ke
lokasi industri. Secara umum rencana kegiatan pokok
pengamanan hutan yang akan dilakukan di
Rata-rata per tahun akan areal PT.LBP adalah :
diangkut hasil panen - Patroli Bersama dengan instansi terkait
berupa kayu bulat sebesar - Patroli rutin yang dilaksanakan sendiri
323.700 m3 atau jika - Pembentukan tenaga pengamanan hutan
dikonversi menjadi ton yang terdiri dari satpam kehutanan,
menjadi 194.220 ton. pemasangan papan larangan, dll.
- Penyuluhan kepada masyarakat sekitar
hutan
1. Pencegahan dan penanggulangan perambah dan
2. Pencegahan dan pengendalian perburuan
penebangan liar
Upaya pencegahan dan penanggulangan perambahan
dan penebangan liar dilakukan melalui : Upaya pencegahan dan pengendalian
- Mengembangan pola tumpangsari tanaman pangan perburuan liar dilakukan melalui kegiatan-
pada areal yang ditetapkan untuk pengusaha kegiatan sebagai berikut :
tanaman kehidupan dan tumpang sari dikelola secara - Upaya pencegahan dan pengendalian
partisosiatif dengan kelompok masyarakat local dan perburuan liar secara garis besar telah
koperasi. mencangkup pada sebagian besar upaya
- Mengembangkan pola kerja Borongan (paket)pada pengendalian perambahan/penebangan
kegiatan pembibitan,penanaman dan pemeliharaan. liar, khususnya pendekatan sosial ekonomi
- Patroli pengamanan Kawasan hutan secara rutin dan dan keseimbangan dalam pengelolaan
berkala dengan mengoptimalkan peranan kelompok kehidupan.
tani hutan pada areal yang rawan hutan dan - Patroli perlindungan dan pengamanan
perambah masyarakat secara mobilisasi dan personil Kawasan lindung yang terdapat di areal
yang memadai. IUPHHK-HTI
- Pemasangan papan/larangan dan himbauan untuk - Pembinaan sosial ekonomi masyarakat
tidak melakukan perambahan,pembakaran dan dan penyuluhan konservasi habibat
penebangan liar dikawasan yang dilindungi, serta satwaliar Bersama dengan upaya
- Pengembangan kerja sama pola kemitraan dan sosialisasi peraturan perundang undangan
koordinasi yang erat dengan intansi terkait serta dibidang konservasi plasma nutfah
potensi kelembagaan lokal. melalui karang taruna.
3. Pencegahan dan pengendalian bahaya Operasional Basecamp
kebakaran lahan dan hutan

Upaya pencegahan pengendalian bahaya Pembangunan fasilitas libah domestik ditunjukan


kebakaran lahan dan hutan mencangkup untuk pengelolaan limbah padat dan cair dari
kegiatan kegiatan berikut : kegiatan rumah tangga dan camp.
- Pengembangan sistem peringatan dini 1. Penaganan limbah padat
(erly warning system) melalui 2. Penaganan limbah cair
optimalisasi keberadaan Menara api • Kegiatan bengkel dan penggunaan genset
serta efektifitas patrol pada Kawasan • Penanganan minyak pelumas bekas
rawan kebakaran 3. Penanganan limbah b3
- Penyediaan fasilitas dan peralatan kerja 4. Pengemasan dan penaganan limbah b3
yang memadai (dalam jumlah kualitas
dan penyebarannya)
Kelola sosial dan pengembangan pola
kemitraan

Masyarakat desa disekitar hutan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari suaatu
ekosistem hutan. Sebagai ciri khasnya adalah adanya ketergantungan masyarakat terhadap
keberadaan hutan, dimana segala aktivitasnya berkaitan dengan sumber daya hutan seperti
berburu, mencari kayu dan lain lain.
Berdasarkan potensi dan permasalahan di area tersebut, upaya pembinaan desa hutan
dikembangkan melalui dua program, yakni program pembinaan jangka pendek dan jangka
Panjang.

Program peminaan jangka Panjang meliputi pola kemitraan yang bertujuan untuk :
• Peningkatan kesempatan kerja dan pendapat masyarakat
• Pengembangan dan pemberdayaan Lembaga koprasi untuk mendorong tumbuhnya ekonomi
pedesaan yang berwawasan lingkungan.
• Menciptakan kesadaran dan perilaku positif
Rencana kelola
Rencana kemitraan

Setiap pemegang izin pemanfaatan Program jangka Panjang kemitraan berbasis


hutan baik pada hutan alam maupun pengembangan ekonomi local adalah pengembangan
hutan tanam wajib melaksanakan hutan tanaman sebagai sumber penyediaan bahan
pemberdayaan masyarakata desa sekitar baku diluar jawasan hutan (hutan tanaman rakyat).
atau di dalam areal kerja perusahaan
hutan, baik langsung maupun tidak Lahan masyarakat diluar Kawasan hutan tersedia
langsung. cukup luas dan pemanfaatannya belum optimal,
Dalam pasal 47 PP No. 34 tahun 2002 masyarakat pemilik lahan perlu diberikan edukasi
disebutkan bahwa izin usaha agar pemanfaatan hasil hutan lebih maksimal dan
pemanfaatan hasil hutan kayu atau bernilai jual tinggi .
bukan kayu wajib melakukan kerja sama
dengan koperasi masyarakat setempat. Oleh karena itu, perusahaan akan membangun
kemitraan dengan masyarakat dalam bentuk
Program akan dimulai paling lambat bimbingan teknis, bantuan modal dan jaminan
satu tahun setelah SK IUPHHK-HTI dalam kesempatan kerja, juga jaminan pemasaran produksi
bentuk antara lain : kayunya. Masyarakat juga diarahkan untuk bergabung
• Program pertanian menetap kedalam koprasi Tani hutan yang kemudian akan
• Program pembangunan sarana dan menjadi mitra perusahaan.
prasarana
• Program Pendidikan dan penyuluhan
• Program peningkatan kesejahteraan
Tahap pasca operasi Penutupan Perusahaan

Tahap pasca operasi dalam pengertian ini adalah tahap Penutupan perusahaan akan berakibat terjadinya
dimana perusahaan sudah tidak beroprasi kembali, tidak pemutusan kerja (PHK). Dalam UURI No. 13 Tahun 2003
beroprasinya perusahaan ini dapat disebabkan oleh Tentang ketenaga kerjaan, pengertian pemutusan
beberapa hal misalnya karena ada bencana alam, hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja
perusahaannya pailit atau karena izin operasi yang sudah karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan
habis. Sebagaimana termasuk dalam PPRI No. 3 tahun berakhirnya hak antara pekerja dan perusahaan.
2004 tentang perubahan atas peraturan pemerintah Pada kasus UPHHK-HTI ini pemutusan hubungan kerja
Nomor 6 tahun 2007 tentang tata hutan dan penyusunan antara perusahaan dengan tenaga kerja dilakukan
rencana pengeolaan pasal 53 ayat (1) bahwa jangka karena pencabutan izin pemanfaatan hutan. Hapusnya
waktu pengusahaan UPHHK-HTI adalah sebagai berikut : UPHHK-HTI terjadi karena :
• UPHHK pada HTI dalam hutan tanam pada hutan 1. Jangka waktu izin telah berakhir
produksi dapat diberikan untuk jangka waktu 60 2. Izin dicabut oleh pemberi izin sebagai sanksi yang
tahun dan dapat diperpanjang satu kali untuk waktu dikenakan kepada pemegang izin
selama 35 tahun. 3. Izin diserahkan kembali oleh pemegang izin dengan
• UPHKK pada HTI dalam waktu tanam tanaman pernyataan tertulis kepada pemberi izin dengan
dievaluasi setiap lima tahun oleh mentri sebagai dasar pernyataan tertulis kepada pemberi izin sebelum
kelangsungan izin. jangka waktu izin habis
• UPHHK pada HTI dalam hutan tanaman hanya
diberikan sekali dan tidak dapat diperpanjang
Demobilisasi Peralatan Berat Pengembalian Asset
Tidak Bergerak
Apabila IUPHHK-HTI PT. LBP sudah habis
Berdasarkan PPRI No. 6 Tahun 2007 jo PPRI
dan tidak diperpanjang kembali maka
No. 3 Tahun 2008 tentang tata Hutan dan
alat alat berat dan kendaraan
penyusunan rencana pengolahan hutan
pengusahaan yang dimiliki perusahaan
serta pemanfaatan hutan pasal 82
harus dikeluarkan dari areal kerjanya.
menjelaskan bahwa :
Hal ini bertujuan untuk menghindari
• Hapusnya izin tidak membebaskan
pemanfaatan alat alat tersebut untuk
kewajiban pemegang izin untuk
kegiatan illegal.
melunasi seluruh kewajiban finansial
serta memenuhi seluruh kewajiban
lainnya.
• Pada saat hapusnya izin, untuk UPHHK
dalam hutan tanaman, terhadap barang
tidak bergerak menjadi milik negara,
sedangkan tanaman yang telah ditanam
dalam areal kerja menjadi asset
pemegang izin.
• Dengan hapusnya izin, pemerintah,
pemerintah provinsi , atau pemerintah
kabupaten/kota tidak bertanggung
jawab atas kewajiban pemegang izin
terhadap pihak ketiga.
Komponen lingkungan terkena dampak

•• Komponen Geo-Fisik-kimia
b. Topografi dan kelas lereng
a. Iklim Sebaran kelas lereng areal yang diusulkan
Hujan rata-rata terjadi selama untuk pembangunan Hutan Tanaman Industri
PT. LBP
17 hari/bulan, sedangkan pada
No. Kelas lereng Jumlah
bulan juni terjadi selama 25
Ha %
hari/bulan. Sehingga suhu pada
wilayah tersebut berkisar antara 1. Datar A (0-8%) 28.460 100.00

serta nilai kelembaban mencapai 2. Landai B (8-15%) 0 0.00


84%. 3. Agak curam C (15- 0 0.00
25%)

4. Curam D (25-40%) 0 0.00


5. Sangat curam E 0 0.00
(>40%)

Jumlah 28.460 100.00


c. Geologi e. Hidrologi
Formasi geologi pada areal yang
diusulkan untuk HTI PT. LBP

No Kod Formasi Luas


. e Geologi Ha %

1. TQd Formasi 28.460 100.00


dahor

Jumlah 28.460 100.00

d. Tanah
Jenis Tanah yang pada areal rencana
HTI kawasan PT. LBP adalah
Tropohemmists, placaquods,
tropohemmists seluas 22.262 Ha (78.22
%) dan jenis Placaquods,
tropopsamments. Dystropepts seluas
6.198 Ha (21.78%).
• Komponen biologi
Vegetasi yang umum terdapat di areal pencandangan HTI LBP antara lain,
amin, pulai, meranti, gerunggang, keruling, bangkirai, jabon, dan benuang.
Sedangkan satwa liar yang ada seperti babi hutan, musang, rusa, elang
bondol, biawak, buaya, dll. Beberapa biota air seperti kelompok ikan (tapah,
kerandang, papuyu, nila, dll).
• Komponen sosio-ekonomi-budaya
a. Kependudukan
Penduduk kecamatan rakumpit raya dan kecamatan bukit batu, dapat dibagi menjadi 2 kelompok
yaitu, penduduk asli (suku dayak) dan penduduk pendatang seperti suku banjar, jawa, dan lain-lain
yang berjumlah 4.390 jiwa (2013).
b. Sosial ekonomi
1. Perekonomian rumah tangga
Mata pencaharian pokok penduduk di 2 desa ini adalah sebagai petani tanaman dan perkebunan, melakukan usaha
pemungutan hasil hutan, menjadi buruh tani/pabrik serta melakukan usaha di bidang perdagangan dan jasa transportasi.
2. Perekonomian sumber daya alam
Kegiatan masyarakat yang terkait sumber daya alam seperti mencari/mengumpulkan buah-buahan, berburu binatang, dan
menangkap ikan. Namun setelah adanya investor yang bergerak di bidang kehutanan, aktivitas tersebut berkurang. Hal ini dapat
menyebabkan potensi konflik sosial antara masyarakat dan perusahaan.
3. Perekonomian lokal
Akses untuk mencapai peluk bukit dan pager yang berada di Kec. Rakumpit dan sel gohong di Kec. Bukit batu cukup lancar.
Biaya transportasi darat dari kel ke ibukota Kec. Bukit batu maupun ibukota Palangkaraya yg relatif dapat dijangkau oleh sebagian
besar penduduk sebesar 5.000 s.d 20.000. Sedangkan biaya transportasi angkutan perahu sebesar 550.000 dari dermaga.
Sosial Budaya
1. Komposisi Penduduk Menurut Agama 2. Pranata Sosial
Agama merupakan unsur budaya yang apat Di Kecamatan Rakumpit dan Bukit Batu terlihat ada kelompok suku
melatarbelakangi perilaku berpola yang yang telah berasimilasi cukup lama. Contohnya : suku Banjar, Jawa, dan
mantap dari sebuah komunitas. Agama masyarakat lokal (Dayak). Kelompok suku tersebut umumnya
mengandung sistem nilai,norma, dan berkelompok dalam suatu dusun
peraturan-peraturan
Agama
Kecamatan/Kelura
No han Islam Protestan Katholik Hindu Aliran Kepercayaan

A. Kec. Rakumpit
1. Petuk Bukit 670 240 1 168 1
2. Pager 400 158 13
3. Panjehang 119 155 37
4. Gaung Baru 16 211 56
5. Petuk Berunai 401 371 28 11
6. Mungku Baru 41 696 10 4
7. Bukit Sua 11 257 3
B. Kec Bukit Batu
1 Sel Gohong 1096 206 69
3. Proses Sosial
Ada proses asosiatif yang lebih merujuk pada kerjasama suatu kelompok.
Sumberdaya alam yang terbatas karena interverensi infrastruktur lain
(pendatang) yang membuat mereka semakin erat dalam kerja sama, dan ada
beberapa kasus juga menjadikan mereka konflik karena berebut sumber daya
alam yang tersedia . Hal tersebut terjadi jika sumber daya alam yang dimiliki
oleh kelompok tertentu di ganggu. Pada Prinsip nya hal ini terjadi karena
keterbatasan sumber daya alam yang tersedia.

4. Adaptasi Ekologi
Dari hasil pengamatan PT.LBP bahwa kehidupan masyarakat di desa
tersebut merupakan kehidupan yang telah beradaptasi dengan kondisi
lingkungan (ekologi). Hal tersebut tercermin dari :
a)Bentuk pemukiman : umumnya ada di pinggir jalan merupakan adaptasi
masyarakat dari aksesbilitas, dan pemukiman di sekitar bantaran
sungai memudahkan mobilitas mereka untuk bepergian antar kelurahan
.
b)Mata Pencaharian: dengan menggunakan jalur darat dan sungai mereka
pergi berladang, mencari hasil hutan non kayu.
c)Pola perladangan : mereka membuka ladang biasanya di kanan/ kiri
tepian sungai
d)Sumber daya alam : tercermin dari rumah mereka terbuat dari papan,
yang dengan mudah mereka dapatkan yaitu kayu.
5. Sarana dan Prasarana Pendidikan 6. Sarana Ibadah

Jumlah Jumlah Sarana Ibadah


Satuan Wilayah SD SLTP SLTA Satuan Gereja
Wilayah Masji Sura Gereja
Protest
SD Guru Murid SLTP Guru Murid SLTA Guru Murid d u Katolik
an
A. Kec.
Rakumpit A. Kec.
Rakumpit
Petuk Bukit 1 15 70 1 18 30
Petuk Bukit 1 1 1 1
Pager 1 21 60 1 16 32
Pager 1 1 1 1
Panjehang 1 20 65 1 16 36 Panjehang 1 1
Gaung Baru 1 19 67 Gaung Baru 1 1
Petuk Berunai 1 17 66 Petuk Berunai 1 1 1
Mungku Baru 2 30 133 1 14 45 2 22 258 Mungku Baru 1 1 1 1
Bukit Sua 1 20 66 1 16 36 Bukit Sua 1 1 1
B. Kec. Batu B. Kec.
Bukit Batu
Sel Gohong 2 15 255 1 8 60
Sel Gohong 1 7 1 1

Jumlah Sarana Pendidikan, Guru, dan Murid di Wilayah Studi (2013) Jumlah Sarana Peribadatan (2013)
7. Presepsi Masyarakat Terhadap HTI
Presepsi masyarakat terhadap rencana kehadiran perusahaan bervariasi. Garis besar
persepsi masyarakat yang sarikan dari konsultasi publik di desa terkait PT.LBP :
a) Secara umum masyarakat desa-desa terkait menerima rencama kehadiran PT.LBP
b) Perusahaan harus melindungi mata air, areal keramat, ladang, dan areal untuk
pengembangan pemukiman
c) Perusahaan harus membantu pendidikan dan kesehatan masyarakat desa
d) Perusahaan haris melakukan sosialisasi dan pertemuan yang intensif kepada tokoh-
tokoh adat dan pemilik-pemilik lahan untuk menjelaskan letak, batas, dan kegiatan
HTI secara langsung.
Komponen Kesehatan Masyarakat
A.Kecenderungan Penyakit
Kecenderungan penyakit yang diderita masyarakat di kelurahan terkait PT.LBP di Kec. Rakumpit
dan Kec.Bukit Batu adalah ISPA.
Jumlah Kasus Jumlah Kasus
No. Jenis Penyakit No. Jenis Penyakit
2011 2012 2013 2011 2012 2013
1. Inspeksi Akut pd. Sal. Nafas Inspeksi Akut pd. Sal. Nafas Bag. Atas 3.206 2.677 3.069
593 518 321 1
Bag. Atas (ISPA) (ISPA)
2. Darah Tinggi 191 219 85 2 Gastritis 900 866 750

3. Gastritis 184 105 3 Darah Tinggi 701 809

4. Penyakit pd sistem otot & jar. 4 Penyakit pd Sistem Otot & Jar.Ikat 631 478 524
175 208 28
Ikat
5 Hidung dan Tenggorokan 735
5. Hidung dan Tenggorokan 196
6 Kulit alergi 492 408 422
6. Kulit Alergi 84 90 46
7 Diare 422 425 339
7. Diare 83 79 35
8 Phrangitis
8. Pharingitis 69 19
9 Tonsilitis
9. Tonsilitis 47
10 Anemia
10. Anemia 74 30

Penyakit Terbanyak di Puskesmas Rakumpit Tahun 2011-2013 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Bukit Batu Tahun 2011-2013
B. Sumberdaya Kesehatan
Fa1silitas Kesehatan Tenaga Kesehatan
Kecamatan/Desa Dukun
Puskesmas Pustu Polindes Posyandu Dokter Paramedis Non Medis
Bayi
Kec. Rakumpit
Petuk Bukit 1 1 1 1
Pager 1 2 1 1
Panjehang 1 1 1
Gaung Baru 1 1 1
Petu Berunai 1 1 1 1
Mungku Baru 1 1 2
Bukit Sua 1 1 1
Kec. Bukit Batu
Sel Gohong 1 1 1 1 1

C. Sanitasi Kesehatan Lingkungan D. Faktor-faktor Resiko Terkait


(1) Akses air minum/air bersih Menurut Dr.Blum, ada 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan
(2) Akses Jamban Keluarga masyarakat :
(3) Akses Buang Sampah 1. Lingkungan
(4) Akses Pengelolaan Air Limbah 2. Perilaku dan gaya hidup
3. Akses pelayanan kesehatan masyarakat
4. Genetik
E. Interaksi Manusia dengan F. Faktor Lingkungan yang mempengaruhi
Lingkungan Kesehatan Masyarakat
Tanah tempat berpijak, air untuk Faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan
minum, udara untuk bernafas, dan masyarakat :
makanan untuk keperluan 1.Fisik (Suara, air bersih, pembuangan kotoran dan alat
energinya. Jika 4 komponen tsb transportasi)
G. Jalur Pemajaman
tercemar akan Bahan Pencemar ke dalam
menyebabkan 2.Kimiatubuh Manusia
(Berbagai bahan kimia padat, cair maupun gas)
penyakit.
Bahan Pencemar dibagi menjadi 2 : 3.Biotik ( Virus, bakteri, dan jamur)
1.Pencemar non-biologis : bahan kimia beracun, gas, asap, bahan radioaktif, gelombang elektromagnetik.
2.Pencemar biologis : bakteri, virus, jamur, protozoa, cacing, jentik nyamuk.
Bahan pencemar mungkin bertambah selama kegiatan proses HTI atau setelahnya. Agen penyakit masuk
ke tubuh manusia dengan cara :
1. in-gesti : lewat mulut, tertelan. Yang kemudian terjadi masalah pada saluran pencernaan dan menyebar ke
seluruh tubuh.
2. Inhalasi : lewat hidung saat bernafas (melibatkan saluran pernafasan dan paru-paru.
3. Kontak langsung : bahan beracun atau patogen menyentuh atau menempel pada kulit, hidung, mulut
ataupun mata.
4. Inokulasi : Serangga vektor antropofilik ( senang menggigit dan mengisap darah)
Terkait dengan kegiatan PT.LBP, pencemar non-biologis merupakan bahan pencemar yang lebih
utama.
Penggunaan oli bekas dan sarana angkutan yang digunakan mempengaruhi kesehatan masyarakat.
Usaha dan/ kegiatan yang ada disekitar lokasi rencana usaha dan/
kegiatan yang diusulkan beserta dampak yang ditimbulkan
Kegiatan disekitar areal rencana pembangunan HTI PT.LBP antara lain :
- Sebelah barat terdapat calon UPHHK-HTI PT. Borneo Subur Agro
- Sebelah selatan pengolahan hasil perkebunan karet (PT.Borneo Makmur Lestari,
KM46,6 dan dipersimpangan jalan ke Kab.Katingan bermuculan warung makanan dan
kios BBM)
- Sebelah Timur terdapat wilayah Desa Mungku Baru , Bukit Sua, Petuk Berunai,
Panjehang, Gaung Baru, Pager, Petuk Bukit dan calon UPHHK-HTI PT.Borneo Subur
Agro (blok II)
- Sebelah Utara,terdapat perbatasan dengan Kab. Gunung Mas
Akibat aktifitas penebangan,mengakibatkan :
-Dampak primer : lenyampnya vegetasi penutup lahan
-Dampak sekunder : erosi tanah, sedimentasi, kualitas air, dan gangguan terhadap satwa
liar dan biota air
2.3 Hasil Pelibatan Masyarakat
1. Informasi Hasil proses Pelibatan Masyarakat
Kegiatan Sosialisasi terkait studi amdal dilakukan menurut Permen LH No.12 tahun 2012
tentang pedoman keterlibatan masyarakat dalam proses ANDAL dan Lingkungan Hidup,
dilakukan melalui mediamasa ataupun langsung.
Sosialisasi media massa : memuat pengumuman di Harian Palangkaraya Post tgl 28 Juni
2014. Sosialisasi secara langsung dilaksanakan pada 15 Juli 2014 di Kec.Rakumpit. Yang
dihadiri oleh Camat Rakumpit, Camat Bukit Batu, BLH Kota Palangka Raya, BLH Prov.
Kalteng, kepala desa dan tokoh masyarakat. Diberikan penjelasan mengenai :
- Latar Belakang rencana kegiatan usaha pembangunan HTI
- Tujuan dan manfaat secara detail, baik dalam jangka panjang atau jangka pendek
- Teknis rencana kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan
- Prakiraan perubahan lingkungan dan kegiatan untuk mencegah dan mengurangi dampak
negatif.
2. Informasi Dekskriptif Tentang Keadaan Lingkungan Sekitar
Disekitar areal rencana pembangunan HTI terdapat jenis usaha / kegiatan yang bergerak di
bidang perkebunan hasil karet (PT. Borneo Makmur Lestari)
3. Nilai Lokal Terkait dengan Rencana Usaha yang di usulkan
Nilai lokal yang berlaku di masyarakat terkait dengan nilai-nilai agama yang dianut oleh masyarakat.
4. Kebiasaan Adat Setempat Terkait dengan Rencana Kegiatan
Kondisi pola budaya yang memperlihatkan keadaan beragam :
- Hukum adat masih berlaku pada wilayah adat masing-masing suku
- Hubungan kekerabatan antara beberapa desa dalam satu wilayah yang ada,sangat kuat
- Kelembagaan adat masih sangat menentukan dalam pengambilan keputusan
- Hukum adat yang dijunjung tinggi oleh masyarakat adat disebabkan ketidak mengertian thd
hukum adat wilayah tsb
- Muncul konsep komersialisasi pengelolaan hutan adat oleh masyarakat kepada pihak lain dengan
imbaalan.
5. Aspirasi Masyarakat Terkait dnegan Rencana Usaha yang diusulkan
Beberapa tanggapan dan asporasi dari masyarakat yang terkena dampak :
- Kami setuju keberadaan PT.LBP di wilayah kami,agar dapat terwujud kerjasama yang baik
- PT.LBP dalam pelaksanaan kegiatan lapangan agar sesuai dengan rekomendasi dokumen AMDAL
- Sosialisasi Amdal dan rencana kegiatan PT.LBP bukan merupakan sosialisasi satu-satunya.
Sosialisasi lanjutan juga akan dilaksanakan
- Agar menyelesaikan kompensasi terhadap laha dan tanam tumbuh masyarakat
- Agar perusahaan dapat menjaga kawasan yang dilindungi dalam areal PT.LBP
- PT.LBP agar merekrut tenaga kerja dari desa sekitar PT.LBP sesuai dengan kebutuhan
perusahaan
- Agar digambarkan dampak negatif dan dampak positif kegiatan PT.LBP dalam dokumen
Amdal.
- PT.LBP melaksanakan kegiatan CSR di desa terkait kegiatan perusahaan, khusunya
dibidang kesehatan, ekonomi, kerakyatan, pendidikan dan memperhatikan kearifan lokal
masyarakat.
Dampak Penting Hipotetik
1. Proses Penetapan Dampak Hipotetik
Untuk dapat mengidentifikasi interaksi rencana lingkungan dengan parameter lingkungan yang
terkena dampak. Uraian mengenai langakh pelingkupan guna melacak dampak penting
hipotetik :
a) Identifikasi Dampak Potensial
Untuk mengidentifikasi dampak lingkungan hidup (primer,sekunderm dan seterusnya) yang
timbul sebagai akibat dari prakonstruksi, konstruksi, operasi dan pasca operasi. Proses
identifikasi meliputi Penelaahan Pustaka, Penggalian Informasi pemrakarsa dan pakar
lingkungan, Sosialisasi AMDAL, diskusi, survey pendahuluan, Matrik Interaski sederhana , dan
bagan alir dampak
Dampak penting hipotetik sebagai hasil
evaluasi dampak

Komponen Geofisik Kimia : Komponen Biologi


1. Penurunan keberadaan jenis vegetasi
1. Penurunan kualitas udara akibat kegiatan
akibat kegiatan penyiapan lahan (-p)
pengangkutan kayu (-P)
2. Penurunan hasil hutan bukan kayu akibat
2. Peningkatan erosi tanah akibat kegiatan kegiatan penyiapan lahan (-p)
pembukaan wilayah hutan (-p) 3. Penurunan tingkat dampak terhadap
3. Penurunan erosi tanah akibat kegiatan keberadaan jenis satwa liar akibat
penyiapan lahan (+p) kegiatan penyiapan lahan (-p)
4. Penurunan tingkat dampak terhadap
4. Penurunan kualitas air akibat kegiatan keberadaan jenis satwa liar akibat
pembukaan wilayah hutan (-p) kegiatan penanaman (+P)
5. Penurunan tingkat dampak terhadap 5. Penurunan keanekaragaman jenis biota
kualitas air akibat kegiatan penanaman perairan akibar kegiatan pembibitan (-p)
(+p)
Dampak penting hipotetik sebagai hasil
evaluasi dampak

Komponen Sosial Ekonomi : Komponen kesehatan masyarakat :


1. Penurunan kondisi sanitas lingkungan
1. Peningkatan jumlah penduduk
akibat kegiatan pembukaan wilayah hutan
akibat kegiatan penerimaan
(-p)
karyawan (+p)
2. Penurunan kondisi sanitasi lingkungan
2. Penurunan jumlah penduduk akibat akibat kegiatan pembibitan (-p)
kegiatan penutupan perusahaan (-p) 3. Penurunan kondisi sanitasi lingkungan
3. Peningkatan kesempatan kerja akibat kegiatan penyiapan lahan (-p)
akibat kegiatan penerimaan 4. Penurunan kondisi sanitasi lingkungan
karyawan (+p) akibat kegiatan pemeliharaan tanaman (-
p)
4. Penurunan kesempatan kerja akibat 5. Penurunan kondisi sanitasi lingkungan
kegiatan penutupan perusahaan (-p) akibat kegiatan pemanenan (-P)
5. Peningkatan peluang usaha akibat
kegiatan penerimaan karyawan (+p)
SUMBER DAMPAK
DAMPAK DAMPAK PRIMER
SEKUNDER/LANJUT

PENATAAN Perubahan penguasaan dan Sikap dan persepsi masyarakat


TAHAPAN KONSTRUKSI BATAS pemilikan SDA

MOBILISASI ALAT Penurunan kualitas udara Kesehatan masyarakat, persepsi


DAN MATERIAL ambient masyarakat, sikap masyarakat,
Peningkatan kebisingan keselamatan lalu lintas umum
PENERIMAAN Pertambahan penduduk Pendapatan masyarakat, sikap
KARYAWAN Peningkatan kesempatan kerja dan persepsi masyarakat
Peningkatan peluang berusaha

Perubahan laju erosi dan Sedimentasi, kualitas air. Biota


peribahan debit run of air, sikap dan persepsi
masyarakat Kesmas
PEMBUKAAN Penurunan keberadaan vegetasi
WILAAH HUTAN Penurunan hasil hutan bukan
(PW) Bagan Alir Evaluasi Dampak Potensial Tahap
kayu
Konstruksi Kegiatan IUPHHK-HTI PT.LBP
Penurunan keberadaan jenis
satwa liar
Hasil Proses Pelingkupan Dampak Penting Hipotetik
Komponen Fisik Kimia Komponen Sosial Komponen Biologi Komponen Kesehatan
1. Penurunan 1. Jumlah penduduk 1. Perubahan
Masyarakat
kualitas udara keberadaan jenis 1. Sanitasi lingkungan
2. Kesempatan kerja
2. Peningkatan debit vegetasi 2. Pola penyakit
puncak (aliran 3. Peluang berusaha
2. Penurunan hasil 3. Layanan kesehatan
permukaan) 4. Pendapatan hutan bukan kayu
masyarakat
3. Peningkatan erosi 3. Perubahan
tanah 5. Penguasaan dan keberadaan jenis
pemilikan SDA satwa liar
4. Peningkatan
sedimentasi 6. Pemanfaatan dan 4. Perubahan
penggunaan lahan keanekaragaman
5. Penurunan
kualitas air sungai 7. Pendapatan jenis biota perairan
daerah
8. Pendidikan
masyarakat
9. Sikap dan
persepsi
masayarakat
Komponen lingkungan yang akan di telaah
Fisika kimia Biologi
1. Iklim wilayah dan iklim mikro 1. Tumbuhan
2. Kualitas udara 2. Satwa liar
3. Fisiografi 3. Hasil hutan bukan kayu
4. Kualitas air 4. Biota perairan
5. Geologi

Sosial Kesehatan masyarakat


1. Demografi 1. Jenis dan angka penyakit
2. Sosial ekonomi 2. Sarana pelayanan kesehatan
3. Sosial budaya 3. Tenaga kesehatan
4. Air bersih dan sanitasi
5. Status gizi dan masyarakat
Batas wilayah studi dan batas waktu kajian
• Batas proyek
Ruang dimana suatu rencana usaha atau kegiatan akan
melakukan kegiatan pra-konstruksi dan operasi
• Batas ekologis
Ruang persebaran dampak dari kegiatan proyek menurut
media transpotasi limbah dan/atau menurut timbulnya
kerusakan sumber daya alam
• Batas sosial
Ruang di sekitar proyek yang merupakan tempat
berlangsungnya berbagai interaksi social yang mengandung
norma dan nilai tertentu yang sudah mapan yang diperkirakan
akan mengalami perubahan mendasar akibat proyek
• Batas administrasi
Ruang dimana Lembaga-Lembaga masyarakat tertentu
mempunyai kewenangan tertentu untuk mengatu/mengelola
sumber daya alam dan lingkungan tertentu berdasarkan
peraturan perundangan yang ada
• Batas waktu kajian
KEGIATAN PADA TAHUN KE-
Ruang
dampak
1 2 3 4 5 6 7 dst

Penanaman Pemeliharaan
Pemeliharaan Pemeliharaan Pemeliharaan
BLOK I pemeliharaan perlindungan Panen
perlindungan hutan perlindungan hutan perlindungan hutan
pelindungan hutan hutan

Penanaman Penanaman
Penanaman Penanaman Penanaman pemeliharaan pemeliharaan
BLOK II pemeliharaan pemeliharaan pemeliharaan panen
perlindungan perlindungan
perlindungan hutan perlindungan hutan perlindungan hutan hutan hutan

Penanaman Penanaman Penanaman


Penanaman Penanaman pemeliharaan pemeliharaan pemeliharaan
BLOK III pemeliharaan pemeliharaan perlindungan perlindungan perlindungan
perlindungan hutan perlindungan hutan
hutan hutan hutan
Penanaman Penanaman Penanaman
Penanaman pemeliharaan pemeliharaan pemeliharaan
BLOK IV pemeliharaan
perlindungan perlindungan perlindungan
perlindungan hutan hutan hutan hutan
Penanaman Penanaman Penanaman
BLOK V
pemeliharaan pemeliharaan pemeliharaan
perlindungan perlindungan perlindungan
hutan hutan hutan
Penanaman Penanaman
BLOCK VI
pemeliharaan pemeliharaan
perlindungan perlindungan
hutan hutan

Anda mungkin juga menyukai