Anda di halaman 1dari 16

Manajemen Pajak PT.

HPMI

Disajikan Oleh :
Ihwan Sururi - 55518110003
Winarto - 55518110010
R. Andri Adisoesatio - 55518110047
Agenda

Latar Belakang
Profil Perusahaan
Proses Bisnis
Risiko Pajak
Manajemen Pajak

Kesimpulan dan Saran

Daftar Pustaka
Latar Belakang
1. PT. HPMI adalah perusahaan distributor alat
berat yang diproduksi oleh induk perusahaan di
Jepang dan sekaligus memberikan pelayanan
purna jual (klaim garansi) atas produk yang
dipasarkan di Indonesia

2. Sebagai Wajib Pajak Badan yang


berstatus Pengusaha Kena Pajak
(PKP), PT. HPMI memiliki kewajiban
3. Pada pemeriksaan pajak untuk Tahun
pembayaran Pajak Penghasilan (PPh)
Pajak 2017 terdapat temuan koreksi atas
dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
beberapa jenis pajak yang menimbulkan
beban pajak yang bertambah besar.

4. Berkaitan dengan temuan koreksi tersebut,


PT. HPMI harus menyiapkan strategi
manajemen pajak agar beban pajak yang
dibayarkan oleh perusahaan lebih efisien dan
Optimal
Profil Perusahaan

PT. HPMI menjual dan memasarkan alat berat yang diproduksi oleh induk perusahaan di
Jepang dengan wilayah kerja pemasaran di seluruh wilayah Indonesia

PT. HPMI memberikan pelayanan purna jual (klaim garansi) atas produk yang dijual di
Indonesia, dan atas biaya yang dikeluarkan untuk keperluan tersebut PT. HPMI akan
menagihkan dan menerima penggantian biaya dari induk perusahaan.

PT. HPMI memiliki pegawai ekspatriat yang juga tercatat sebagai karyawan dari
perusahaan induk di Jepang. Untuk Mendukung operasional Perusahaan.
Profil Perusahaan

HPM Corp

5. Penggantian biaya
Jasa dan Sparepart 1. Pembelian JEPANG

INDONESIA

2. Penjualan Alat Berat

3. Klaim Garansi
PT HPMI 4. Penyerahan Jasa dan
Customer
Sparepart
Risiko Pajak
PPN Dalam Negeri

Pemeriksa Pajak melakukan koreksi positif DPP Penyerahan yang PPN-nya harus
dipungut sendiri atas penerimaan penggantian biaya pelayanan purna jual yang
diperoleh dari induk perusahaan

PT. HPMI tidak memungut PPN atas penggantian biaya pelayanan purna jual
dengan alasan biaya tersebut telah dipungut PPN-nya di depan yaitu telah
menjadi komponen harga pada saat penjualan (harga jual termasuk garansi),
sehingga pada saat realisasi garansi tidak perlu memungut PPN lagi.

Pemeriksa menganggap penggantian biaya garansi dari induk perusahaan


merupakan transaksi yang berbeda dari penjualan produk dan memiliki saat
terutang yang berbeda sehingga ditetapkan sebagai objek pajak yang
terutang PPN

Pemeriksaan tahun-tahun pajak sebelumnya sudah pernah ada temuan koreksi


yang sama, PT. HPMI sudah mengajukan upaya hukum dan sudah ada yang
diputuskan mengabulkan seluruhnya sampai tingkat peninjauan kembali di
Mahkamah Agung
Risiko Pajak
Biaya Gaji Ekspatriat (1)

Pemeriksa Pajak melakukan koreksi reklas Biaya Gaji Ekspatriat dari semula objek PPh Pasal 21
1 menjadi objek PPh Pasal 26 atas Jasa Manajemen dengan alasan pegawai ekspatriat yang
bekerja di Indonesia merupakan karyawan dari induk perusahaan dan tidak diikat kontrak dengan
PT. HPMI, sehingga dianggap pemberian jasa manajemen oleh induk perusahaan dari Jepang.

Terhadap koreksi reklas Biaya Gaji menjadi Biaya Jasa Manajemen maka memunculkan objek
2 pajak baru berupa PPN atas Pemanfaatan JKP dari Luar Daerah Pabean.

Pemeriksa Pajak juga melakukan koreksi reklas sebagian objek PPh Pasal 21 menjadi objek PPh
3 Pasal 26 atas Dividen karena pembayaran yang diterima oleh pegawai ekspatriat melebihi nilai
wajar pembayaran atas jasa manajemen, sehingga atas kelebihan pembayaran tersebut
dianggap sebagai pembayaran dividen kepada induk perusahaan
Risiko Pajak
Biaya Gaji Ekspatriat (2)

Akibat reklas Biaya Gaji menjadi Dividen maka sesuai ketentuan Pasal 9 ayat (1) huruf a UU PPh biaya
4 tersebut tidak dapat dikurangkan dalam menentukan Penghasilan Kena Pajak sehingga berakibat pada koreksi
positif atas PPh Badan terutang.

Koreksi reklas Biaya Gaji Ekspatriat tersebut mengakibatkan koreksi atas beberapa jenis pajak yaitu PPh
5 Badan, PPh Pasal 21, PPh Pasal 26, dan PPN atas Pemanfaatan JKP dari Luar Daerah Pabean.

Temuan ini merupakan pertama kali, pada pemeriksaan tahun-tahun pajak sebelumnya belum pernah ada
6 temuan yang sama terkait reklas Biaya Gaji Ekspatriat.
Manajemen Pajak
PPN Dalam Negeri

Manajemen PT. HPMI kembali mengajukan upaya hukum untuk temuan


yang sama di pemeriksaan Tahun Pajak 2017 ini. Berdasarkan putusan atas
upaya hukum sebelumnya untuk temuan serupa yang memenangkan PT.
HPMI

PT. HPMI harus menyiapkan dokumen dan data pendukung yang


membuktikan bahwa penerimaan penggantian biaya layanan purna jual
dari induk perusahaan merupakan satu kesatuan transaksi dengan
penjualan alat berat yang di dalamnya telah dipungut PPN atas harga
produk dan biaya garansi sehingga ketika Pembeli melakukan klaim
garansi tidak perlu memungut PPN lagi

Dokumen yang harus disiapkan :


• SPT Masa PPN dan SSP/bukti pembayaran;
• Faktu Pajak beserta invoice penjualan alat berat;
• Kertas kerja pembentukan harga jual yang menunjukkan biaya garansi sudah termasuk
dalam harga jual;
• Perhitungan realisasi biaya layanan purna jual;
• Invoice penagihan biaya penggantian layanan purna jual kepada induk perusahaan;
• Dokumen putusan atas upaya hukum yang pernah diajukan sebelumnya.
Manajemen Pajak
Biaya Gaji Expatriat (1)

PT. HPMI harus dapat membuktikan bahwa ekspatriat yang bekerja di Indonesia
berstatus sebagai karyawan PT. HPMI, sehingga atas pembayaran gaji kepada
ekspatriat tersebut dapat dibiayakan dan menjadi objek PPh Pasal 21 sesuai dengan
yang sudah dilakukan oleh perusahaan.

Dokumen yang harus disiapkan sekurang-kurangnya:


− Kontrak perjanjian terkait keberadaan pegawai ekspatriat di PT. HPMI;
− Bukti kehadiran dan bukti aktivitas yang dilakukan oleh pegawai ekspatriat di
PT. HPMI;
− Dokumen izin kerja tenaga asing yang terkait;
− Dokumen standar gaji karyawan asing.
Manajemen Pajak
Biaya Gaji Expatriat (2)

PT. HPMI dapat mengajukan upaya hukum keberatan ke Kantor Wilayah DJP maupun
banding ke pengadilan pajak dalam hal dokumen dan data pendukung diyakini telah
lengkap dan memadai

PT. HMI dapat mencari referensi putusan pengadilan dengan kasus yang sama untuk
memperkuat argumentasi.

Apabila tidak tersedia dokumen dan data pendukung yang memadai maka
sebaiknya tidak mengajukan upaya hukum karena apabila kalah dapat berakibat
pembayaran sanksi yang lebih besar.
Manajemen Pajak
Biaya Gaji Expatriat (3)
PT. HPMI tetap mengajukan upaya hukum, untuk menghindari risiko pengenaan
sanksi yang lebih besar apabila keberatan/banding ditolak, PT. HPMI dapat
menyetorkan sebagian atau seluruh pajak terutang sesuai surat ketetapan pajak
sebelum mengajukan keberatan sehingga risiko sanksi denda dapat diminimalkan
(Pasal 25 ayat (9) jo. Pasal 27 ayat (5d) UU KUP

Pasal 25 ayat 9 :
“Dalam Hal Keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian, wajib pajak
dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) dari
jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah
dibayar sebelum mengajukan keberatan”

Pasal 27 ayat 5d :
“Dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian , wajib pajak
dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 100% (seratus persen) dari
jumlah pajak berdasarkan Putusan Banding dikurangi dengan pembayaran pajak
yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan”
Manajemen Pajak
Biaya Gaji Expatriat (3)

Dalam hal dokumen dan pembuktian kurang memadai dan dengan pertimbangan
bahwa temuan ini adalah yang pertama kali, PT. HPMI juga dapat mengajukan
permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi dengan hanya
membayar pokok pajak terutang saja (Pasal 36 ayat (1) huruf a UU KUP).

Pasal 36 ayat 1 huruf a :


“Direktorat Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak
dapat ***)
a. Mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda,
dan kenaikan yang terutang sesusai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan
Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya
Kesimpulan dan Saran
1. Temuan hasil pemeriksaan Tahun Pajak 2017 mengakibatkan PT. HPMI harus
menyiapkan strategi manajemen pajak agar temuan tersebut tidak membebani
keuangan perusahaan terlalu besar.

2. Pilihan kebijakan yang dapat diambil oleh manajemen adalah sebagai berikut:
a. Mengajukan upaya hukum tanpa membayar pajak terutang terlebih dahulu;
b. Tidak mengajukan upaya hukum;
c. Mengajukan upaya hukum dengan membayar sebagian atau seluruh pajak
terutang sesuai SKPKB;
d. Mengajukan permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi
sesuai Pasal 36 ayat (1) huruf a UU KUP.

3.Pengakuan dan pembukuan atas “klaim garansi” dan penggantian biayanya perlu
ditinjau ulang untuk menghindari resiko sengketa pajak di tahun-tahun pajak
berikutnya
Daftar Pustaka
Direktorat Jenderal Pajak.UU KUP dan peraturan Pelaksanaannya : Pasal 25, Pasal
27, Pasal 36 ayat (1) huruf a dan b

Direktorat Jenderal Pajak. UU PPN: Pasal 1 angka 7, Pasal 4 ayat (1) huruf c,
Pasal 4 ayat (1) huruf e

Direktorat Jenderal Pajak. UU PPh: Pasal 9 ayat (1), Pasal 21, Pasal 26

Pemerintah Republik Indonesia. PP No. 1 Tahun 2012 Pasal 6

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. PMK No. 8/PMK.03/2013 dan PMK No.
9/PMK.03/2013
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai