Anda di halaman 1dari 70

PENGUKURAN DAN

INSTRUMEN

Septian andriyani,S.Kp.,M.Kep
Pengertian dan Tujuan Pengukuran

Tujuan Pengukuran

Menghasilkan data yang Memberi nilai numerik


dapat dipercaya dan pada objek atau suatu
dipertanggungjawabkan peristiwa sesuai dengan
yang bisa dianalisis peraturan
secara statistik
Dalam suatu pengukuran diperlukan

1. Satu set item atau pertanyaan yang harus


dilengkapi termasuk pertanyaan yang harus
dijawab
2. Peraturan, yaitu satu set petunjuk, metode, atau
panduan tentang bagaimana harus
menjawab/mengisi pertanyaan
3. Prosedur penilaian untuk mengonversi jawaban
tiap orang dalam bentuk numerik (angka)
Contoh
Seorang mahasiswa keperawatan diminta menjawab
pertanyaan seberapa besar perasaan cemasnya ketika
akan mengikuti ujian dengan menggunakan nilai berkisar
dari 1,2,3,4, dan 5. Nilai 1 untuk perasaan sangat tidak
cemas dan nilai 5 untuk perasaan sangat cemas.
Nilai numerik adalah 1, 2, 3, 4, dan 5; Objek adalah
perasaan mahasiswa; peraturannya adalah pemberian
nilai pada perasaan cemas yang dialami mahasiswa
sesuai petunjuk yang telah ditentukan. Kemudian nilai
numerik tersebut dipakai untuk uji statistik lebih lanjut.
Sifat pengukuran
 Pengukuran dimulai dengan mengklarifikasikan objek,
karakteristik atau elemen yang akan diukur, baru
kemudian dapat menentukan strategi atau teknik untuk
mengukur
 Pengukuran dapat bersifat langsung dan tidak
langsung
 Pengukuran langsung , jika mengukur faktor yang
konkret/nyata ( TB, BB, lingkar kepala )
 Pengukuran tidak langsung, jika mengukur sesuatu yang
abstrak ( Stress, ansietas, nyeri, dll )
 Agar dapat mengukur nilai yang abstrak harus
diklarifikasi terlebih dahulu melalui definisi konseptual
Jenis skala pengukuran
ada empat tingkat pengukuran:
1. Nominal
2. Ordinal
3. Interval
4. Rasio
Pengukuran skala nominal
 Pengukuran nominal merupakan tingkat pengukuran yang
paling rendah dan sederhana
 Angka yang diberikan kepada objek tidak mempunyai arti
karena angka tersebut tidak dapat ditambahkan atau
diatur secara berurutan serta tidak dapat dibandingkan
 Angka tersebut hanya seperti label dengan data seperti:
gender, status perkawinan, suku bangsa
 Contoh: untuk mengidentifikasi wanita dan pria, apabila x
adalah wanita, diberi angka 1 dan jika x adalah pria,
diberi angka 2. dengan demikian, semua yang wanita
diberi nilai 1 dan semua yang pria diberi nilai 2, tidak ada
angka lain selain 1 dan 2
Skala ordinal
 Merupakan skala berjenjang atau tingkatan
 Seperti : kurang, cukup, baik; tingkat 1, tingkat 2,
tingkat 3; rendah, sedang, tinggi; miskin, sederhana,
kaya; atau kepangkatan, dll
 Contoh: untuk mengukur data ordinal tentang
kemampuan melakukan kegiatan hidup sehari-hari
pada klien digunakan angka 1 untuk klien yang sangat
bergantung, angka 2 untuk klien yang membutuhkan
bantuan orang lain, angka 3 untuk klien yang
membutuhkan bantuan mekanik, dan angka 4 untuk
klien yang sepenuhnya mandiri
Skala interval
 Merupakan skala yang menunjukkan jarak antara satu
data dengan data lainnya yang memiliki bobot yang
sama, tidak mempunyai nilai nol mutlak
 Contohnya: temperatur atau suhu
 Penggunaan skala interval dapat meluaskan
kemungkinan analitis peneliti
 Interval antara angka dapat ditambah dan dikurangai
 Contoh: Interval 10 dan 5 derajat celcius adalah 5
atau 10 – 5 = 5. hal ini tidak mungkin dilakukan
dengan pengukuran ordinal
Pengukuran skala rasio
 Tingkat pengukuran yang tertinggi
 Merupakan skala pengukuran yang mempunyai nol
mutlak dan mempunyai jarak yang sama, seperti:
ukuran berat badan, umur, usia manusia, jarak,
panjang, dll
 Misalnya: skala rasio keberhasilan belajar dimulai
dari nilai 0, maka dapat dikatakan bahwa
mahasiswa yang mempunyai nilai skala 8,
mempunyai tingkat keberhasilan dua kali lipat dari
mahasiswa yang mempunyai nilai skala 4
Skala LIKERT
Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,
persepsi seseorang tentang gejala atau masalah yang ada
dimasyarakat atau yang dialaminya
Pernyataan Positif Lambang Nilai
Sangat setuju SS 4
Setuju S 3
Tidak Setuju TS 2
Sangat tidak setuju STS 1

Pernyataan STS TS S SS
Dalam memberikan ASI Ekslusif dilakukan pada usia 0-6
bulan
Skala GUTMAN
 Skala ini merupakan skala yang bersifat tegas dan konsisten
dengan memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban
dari pertanyaan/ pernyataan: ya dan tidak, positif dan
negatif, setuju atau tidak setuju, benar dan salah
 Pada umumnya dibuat seperti checklist dengan interpretasi
penilaian, apabila skor benar nilainya 1 dan apabila salah
nilainya 0 dan analisisnya dapat dilakukan seperti skala
LIKERT

Pernyataan Ya Tidak
Apakah saudara memberikan ASI Eksklusif pada usia 0 – 6
bulan
Skala DIFERENSIAL SEMANTIK
 Merupakan skala perbedaan semantic yang berisi
pernyataan sikap seseorang, yang memberikan
jawaban rentang dari positif ke negatif
Beri nilai sikap perawat dalam komunikasi selama perawatan luka
1. Sopan 5 4 3 2 1 tidak sopan
2. Ramah 5 4 3 2 1 tidak ramah
3. Terbuka 5 4 3 2 1 tertutup
4. Menghargai 5 4 3 2 1 tidak menghargai
Skala RATING

Merupakan skala sikap yang memberikan pernyataan dan


jawaban yang berupa angka yang telah disediakan, yang
hampir sama dengan skala LIKERT akan tetapi tersedia
jawaban berupa interval angka

Pernyataan STS TS S SS
Dalam memberikan ASI Ekslusif dilakukan pada usia 0-6 1 2 3 4
bulan
Skala THRUSTONE
 Merupakan skala yang memberikan sejumlah pernyataan pada responden
 Responden diminta untuk memilih sebagian dari pernyataan, kemudian
dihitung oleh peneliti sesuai dengan nilai yang telah ditetapkan
 Contoh:

Merekrut perawat dengan 3 pernyataan dari 5 pernyataan yang sesuai


dengan persepsi saudara
1. Saya memilih pekerjaan sebagai perawat karena ini adalah pekerjaan
yang mulia dan terhormat
2. Apa yang bisa dibanggakan oleh seorang perawat bila gajinya hanya
cukup saja
3. Kebahagiaan seorang perawat adalah bila berhasil merawat pasien
sampai sembuh
4. Semestinya gaji perawat lebih besar dari pegawai lainnya
5. Apakah perlu perawat berbangga diri atas kesuksesannya, mengingat ini
adalah tugas mulia
KUESIONER

Dadang Darmawan SKM., M.Kes


KUESIONER
Daftar pertanyaan yang
sudah tersusun dengan
baik, sudah matang,
dimana responden
(dalam hal angket) dan
interviewer (dalam hal
wawancara) tinggal
memberikan jawaban
atau dengan
memberikan tanda-
tanda tertentu
MACAM-MACAM KUESIONER
1. Kuesioner (formulir)
untuk keperluan
administrasi
2. Kuesioner untuk
observasi (form of
observation)
3. Kuesioner untuk
wawancara (from for
quesioning)
PRINSIP DASAR PERANCANGAN
KUESIONER

 Responden sering
tidak/kurang mengerti
maksud pertanyaan
sehingga jawaban
yang diberikan tidak
ada hubungan dengan
yang diajukan atau
tidak memperoleh
data yang relevan
PRINSIP DASAR PERANCANGAN
KUESIONER

 Responden mengerti
pertanyaannya dan mungkin
mempunyai informasinya, tetapi
responden kurang tepat
mengingatnya atau lupa
 Contoh: “Apakah ada anggota
keluarga disini yang sakit pada
tahun ini?”
 Misalnya: “Selama 3 bulan
terakhir ini siapa saja di dalam
rumah ini yang sakit?”
PRINSIP DASAR PERANCANGAN
KUESIONER
 Responden sering
tidak bersedia
menjawab
pertanyaan-
pertanyaan yang
sangat bersifat
pribadi
 Misalnya: jumlah
pendapatan/gaji,
jumlah perkawinan,
dan lain-lain
PRINSIP DASAR PERANCANGAN
KUESIONER
 Responden kadang-
kadang mengerti
pertanyaannya, tetapi
ia tidak mampu
memberikan
jawabannya, atau
menguraikan jawaban
 Misalnya: “Apa
maksud ibu menjadi
akseptor KB?”
PRINSIP DASAR PERANCANGAN
KUESIONER
 Responden mengerti
pertanyaannya dan
tahu jawabannya,
tetapi pertanyaannya
kurang tepat diajukan
pada responden
 Misalnya, responden
tidak/belum
mempunyai anak,
ditanyakan dimana
tempat melahirkan
Persyaratan Kuesioner
1. Pertanyaan hendaknya jelas
2. Pertanyaan hendaknya membantu ingatan responden
3. Pertanyaan itu menjamin responden untuk dengan
mudah mengutarakan jawabannya
4. Pertanyaan hendaknya menghindari “bias”
5. Pertanyaan hendaknya memotivasi responden untuk
menjawab
6. Pertanyaan hendaknya untuk menyaring responden
7. Pertanyaan hendaknya sesederhana mungkin
Pertanyaan yang “jelas”
 Menggunakan kata-kata
yang tepat dan jelas
artinya. Penggunaan kata
atau istilah yang sulit atau
ganjil akan memperoleh
jawaban yang “bias”.
Demikian juga
penggunaan kata-kata
ilmiah akan
membingungkan
responden
Pertanyaan yang “jelas”

 Pertanyaan tidak
terlalu luas atau
indifinit
 Misalnya: “Dimanakah
ibu melahirkan?”
 “Di mana ibu
melahirkan anak Ibu
yang terakhir?”
Pertanyaan yang “jelas”
 Pertanyaan tidak
terlalu panjang atau
menggabungkan
beberapa pertanyaan
 Misalnya: “Apakah ibu
sudah menjadi
akseptor KB dan apa
sebabnya?”
Pertanyaan yang “jelas”

Pertanyaan tidak
boleh memimpin
(leading)
 Misalnya: “Ibu

sudah mengikuti
KB bukan?”
Pertanyaan yang “jelas”
 Sebaiknya dihindari
pertanyaan yang dobel
negatif
 Misalnya: “Bukankah
keluarga yang sudah 3
anaknya sebaiknya
tidak menambah anak
lagi?’
 “Jumlah anak suatu
keluarga itu sebaiknya
cukup 3 orang saja.
Bagaimana pendapat
ibu?”
Pertanyaan hendaknya membantu ingatan
responden
 Hal ini berarti bahwa pertanyaan sedapat mungkin
harus memudahkan responden untuk mengingat
kembali hal-hal yang akan diperlukan/dijawab
 Misalnya, akan menanyakan umur responden waktu
melahirkan anak pertama kali
 Sebelumnya perlu ditanyakan, tahun berapa
responden itu lahir, tahun berapa ia melahirkan
anaknya yang sulung, dan sebagainya
Pertanyaan harus menjamin responden untuk
dengan mudah mengutarakan jawabannya

 Hal ini dimaksudkan pertanyaan itu harus


menyediakan berbagai perkiraan jawaban yang
sudah dirumuskan, sehingga responden tidak
disulitkan untuk memikirkan jawaban yang mungkin
sukar dirumuskan
 Contoh: “Apa alasan ibu mengikuti KB?” (1. Penyakit;
2. Ekonomi; 3. Kesejahteraan Ibu; 4. Dipaksa suami;
5. Lain-lain
Pertanyaan hendaknya menghindari “bias”

 Jawaban yang bias kadang-kadang terjadi


karena responden tidak mau menjawab keadaan
yang sebenarnya, dan memberikan jawaban
yang lain.
 Misalnya: “Berapa umur ibu sekarang?” (1. 20-25
tahun; 2. 26-30 tahun; 3. 31-35 tahun; 4. 36-40
tahun)
Pertanyaan hendaknya memotivasi
 Hal ini berarti akan memungkinkan responden
untuk menjawab semua pertanyaan
 Untuk itu maka diperlukan susunan pertanyaan atau
kata-kata yang tepat
 Usahakan agar pertanyaan-pertanyaan permulaan
dengan pertanyaan-pertanyaan yang
menyenangkan responden
Pertanyaan hendaknya dapat
menyaring responden
 Artinya, bila ada pertanyaan-pertanyaan yang
khusus untuk si R, tertentu, harus didahului dengan
pertanyaan-pertanyaan penyaring
 Misalnya: “Apakah Ibu sudah mengikuti Keluarga
Berencana?” 1. Sudah; 2. Belum (langsung ke
pertanyaan berikutnya)
 “Alat/kontrasepsi/menggunakan apa Ibu mengikuti
KB?” (1. Pil; 2. Pijat; 3. Jamu)
Pertanyaan hendaknya sesederhana mungkin,
sebab makin sederhana makin tegas sifatnya

 Pertanyaan yang tidak tegas, misalnya: “Apakah


Saudara setuju dengan dokter Puskesmas itu?”
 Sikap setuju atau tidak setuju bukan ditujukan
kepada orang, tetapi kepada perbuatannya,
kebijaksanaannya, dan sebagainya
UNSUR-UNSUR DALAM KUESIONER

1. JENIS PERTANYAAN
2. BENTUK PERTANYAAN
3. ISI PERTANYAAN
4. SEQUENCES (URUTAN-
URUTAN)
JENIS PERTANYAAN

1. Pertanyaan mengenai
fakta
2. Pertanyaan mengenai
pendapat dan sikap
3. Pertanyaan-
pertanyaan
informatif
BENTUK PERTANYAAN

OPEN ENDED QUESTION CLOSED ENDED QUESTION/STRUCTURED

1. Free response 1. Dichotomous choice


question 2. Multiple choice
2. Directed 3. Check List
response 4. Rangking Question
question
Free Response Question
 Pertanyaan ini memberikan kebebasan kepada
responden untuk menjawab
 Pada umumnya jenis pertanyaan ini dipergunakan
untuk memperoleh jawaban mengenai pendapat
atau motif tertentu dari responden
 Contoh: “Bagaimana pendapat Ibu mengenai alat-
alat kontrasepti – IUD?”
Directed Response Question
 Jenis pertanyaan ini juga memberikan kebebasan
menjawab bagi respondennya, tetapi sudah sedikit
diarahkan
 Misalnya: “Bagaimana perasaan Ibu selama
menggunakan IUD ini?”
Dichotomous Choice
 Dalam pertanyaan ini hanya disediakan 2
jawaban/alternatif, dan responden hanya memilih
satu diantaranya
 Biasanya pertanyaan yang menyangkut pendapat,
perasaan atau sikap responden
 Contoh: “Apakah Ibu pernah membicarakan
masalah KB dengan teman-teman/tetangga Ibu?”
(1. Pernah; 2. Tidak Pernah)
Multiple Choice
 Pertanyaan ini menyediakan beberapa
jawaban/alternatif, dan responden hanya memilih
satu diantaranya yang sesuai dengan pendapatnya
 Contoh: “Menurut pendapat Ibu, alasan mana yang
paling mendorong Ibu untuk melaksanakan
Keluarga Berencana?” (1. Penyakit waktu hamil; 2.
Kesejahteraan Keluarga; 3. Jumlah anak; 4. dan
lain-lain)
Check List
 Bentuk ini sebenarnya hanya modifikasi dari multiple
choice
 Bedanya, responden diberikan kebebasan untuk
memilih jawaban sebanyak mungkin yang sesuai
dengan apa yang dikatakan, dilihat, dipunyai, atau
pendapatnya
 Contoh: “Mencegah kehamilan dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Cara-cara apa saja yang sudah Ibu
ketahui?” (1. Pil; 2. IUD; 3. Kondom; 4. Injeksi; 5.
Pijat/urut; 6. Sistem Kalender; 7. Vasektomi )
Ranking Question
 Seperti pada check list, tetapi jawaban responden
diurutkan dari jawaban-jawaban yang tersedia
sesuai dengan pendapat, pengetahuan, atau
perasaan responden
 Contoh: “Menurut Ibu/Bapak/Saudara, kebutuhan
apakah yang paling diutamakan?” (1. Pendidikan;
2. Perumahan; 3. Kesehatan; 4. Pekerjaan; 5.
Hiburan/rekreasi; 6. Lain-lain… sebutkan)
ISI PERTANYAAN
 Isi pertanyaan hendaknya disesuaikan dengan
tujuan dari penelitian, serta tergantung pada
dalam atau dangkalnya data yang digali
 Banyaknya pertanyaan sangat relatif, tergantung
dari luasnya penelitian
 Jumlah pertanyaan yang optimal adalah, apabila
pertanyaan tersebut ditanyakan akan memakan
waktu 15 sampai dengan 30 menit, dan paling
panjang 45 menit
URUTAN PERTANYAAN

1. INTRODUKSI (PENGANTAR)
2. PERTANYAAN PEMANASAN
3. PERTANYAAN DEMOGRAFI
4. PERTANYAAN POKOK
INTRODUKSI (PENGANTAR)
 Sebelum pertanyaan dimulai biasanya dibuka
dengan judul penelitian
 Sesudah itu diberi semacam kalimat pengantar,
yang menjelaskan kepada responden tentang
maksud atau tujuan dari penelitian
 Identitas responden
Contoh Introduksi (pengantar)

Penelitian tentang Jangkauan Pelayanan Kesehatan di DKI Jakarta

Daftar pertanyaan ini bertujuan untuk mengumpulkan data tentang


seberapa jauh jangkauan pelayanan kesehatan di DKI Jakarta saat ini.
Hasil dari penelitian ini akan dipergunakan sebagai saran-saran untuk DKI
dalam meningkatkan pelayanan kesehatan masayarakat di Jakarta

Responden no : ………………………..
Alamat : ………………………..
Tanggal di isi : ………………………..
Pertanyaan Pemanasan Pertanyaan Demografi

 Pertanyaan mengenai  Biasanya pertanyaan-


latar belakang pertanyaan yang
responden berhubungan dengan
 Misalnya: dimana umur, status pendidikan,
dilahirkan, dari mana pekerjaan, latar
asalnya, sudah berapa belakang etnis, agama,
lama tinggal di kota dan lain sebagainya
tersebut, dan  Tetapi ada juga yang
sebagainya terpisah
Pertanyaan-pertanyaan pokok
 Adalah merupakan
jantungnya kuesioner
 Sebab tujuan penelitian
atau data-data yang
akan diperoleh akan
tercakup di dalam
pertanyaan-pertanyaan
ini
 Digali semua data yang
diperlukan dalam
penelitian
UJI KUESIONER SEBAGAI ALAT UKUR

VALIDITAS
RELIABILITAS
VALIDITAS
 Adalah suatu indeks
yang menunjukkan alat
ukur itu benar-benar
mengukur apa yang
diukur
 Perlu diuji dengan uji
korelasi antara skor
(nilai) tiap-tiap item
(pertanyaan) dengan
skor total kuesioner
tersebut
VALIDITAS
 Validitas suatu instrumen
ditentukan oleh sejauh
mana instrumen
sebenarnya
mencerminkan konstruk
abstrak yang sedang
diteliti
 Validitas instrumen
biasanya dibagi dalam
tiga jenis utama, yaitu:
validitas isi, validitas
prediktif, dan validitas
konstruk
Validitas ISI
 Adalah seberapa baik materi instrumen mewakili
semua materi yang seharusnya dimasukkan, dan
seberapa jauh metode pengukuran mencakup elemen
utama yang relevan dengan konstruk yang sedang
diukur
 Sangat penting untuk mengukur suatu
keberhasilan/pencapaian dan kecakapan serta untuk
beberapa pengukuran melalui observasi, seperti skala
interaksi sosial
 Fakta terkait validitas isi dapat diperoleh melalui tiga
sumber, yaitu: literatur, wakil dari populasi yang
relevan, dan pakar isi (content expert)
Validitas KRITERIA
 Validitas kriteria menunjukkan seberapa baik instrumen
berhubungan dengan beberapa kriteria eksternal
 Penting dalam memprediksi suatu penelitian, terutama
dalam mengidentifikasi variabel kontrol yang utama
pada suatu penelitian, serta indikator pada analisis
regresi atau analisis
 Membandingkan nilai tes atau skala dengan satu atau
lebih dari satu variabel eksternal, atau kriteria yang
diyakini untuk mengukur karakteristik/atribut dalam
penelitian
Validitas KONSTRUK
 Bertujuan memastikan seberapa baik instrumen
mengukur konsep teoretis yang disebut konstruk
atau sifat, yang digunakan untuk menjelaskan suatu
perilaku yang diwakili dalam instrumen
 Pada validitas konstruk yang menjadi fokus adalah
properti yang diukur, bukan instrumen yang
digunakan untuk mengukur
 Penting untuk membuat kesimpulan tentang
penampilan yang terdapat pada kumpulan item
dalam instrumen
Contoh
 Anda merencanakan mengukur harga diri dan
menggunakannya untuk memprediksi keberhasilan. Anda
dapat menggunakan definisi harga diri dan menyusun satu
kumpulan karakteristik atau perilaku yang menurut anda
dapat diasumsikan mewakili harga diri yang positif dan
negatif. Kemudian anda menyusun instrumen yang berisi
pertanyaan tentang karakteristik dan perilaku tersebut.
 Validitas isi dari instrumen ini adalah seberapa jauh
pertanyaan mewakili karakteristik dan perilaku
 Validitas konstruk adalah seberapa baik instrumen
sebenarnya mengukur harga diri
 Validitas kriteria adalah seberapa baik instrumen tentang
harga diri memprediksi keberhasilan
Contoh Uji Validitas
Kita akan mengukur pengetahuan imunisasi TT bagi Ibu hamil

a. Apakah ibu pernah mendengar imunisasi TT?


b. Bila pernah, untuk siapa imunisasi itu diberikan?
c. Apa guna (manfaat) imunisasi itu diberikan?
d. Berapa kali imunisasi tersebut harus diterima?
e. Penyakit apa yang dapat dicegah dengan imunisasi TT?
f. Di mana Ibu dapat memperoleh imunisasi TT tersebut?
g. dan seterusnya

2 untuk jawaban yang paling benar


1 untuk jawaban yang mendekati benar
0 untuk jawaban yang salah
Distribusi Skor Tiap-Tiap Pertanyaan
RESPONDEN P E R T A N Y A A N TOTAL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A 2 1 1 2 0 1 2 2 1 1 14
B 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1 15
C 2 1 1 1 0 2 1 2 1 0 13
D 2 2 1 2 1 2 1 2 2 1 16
E 1 2 2 2 2 2 1 2 1 0 13
F 2 1 2 1 0 2 1 2 1 0 12
G 1 2 2 1 0 1 2 2 1 1 13
H 2 2 2 2 1 2 2 2 1 0 16
I 2 2 2 1 1 0 2 1 1 0 12
J 2 2 2 2 0 2 1 2 1 0 14
PRODUCT MOMENT

N (∑ XY ) – (∑X ∑Y )
R=
√{ N∑X² - (∑X)² } { N∑Y² - (∑Y)² }
KORELASI PERTANYAAN 1 DENGAN SKOR TOTAL

RESPONDEN X Y X² Y² XY
A 2 14 4 196 28
B 2 15 4 225 30
C 2 13 4 169 26
D 2 16 4 256 32
E 1 13 1 169 13
F 2 12 4 144 24
G 1 13 1 169 13
H 2 16 4 256 32
I 2 12 4 144 24
J 2 14 4 196 28
N = 10 18 138 36 1924 250

Keterangan : X = Pertanyaan nomor 1


Y = Skor Total
XY = Skor Pertanyaan nomor 1 dikali skor total
( 10 X 250 ) – ( 18 X 138 )
R=
√ (10 X 36) – (18)² (10 X 1924) – ( 138 )²

2500 - 2484
R=
√ 36 X 196

16
R=
√ 7056

16
R= = 0,190
84
 Setelah dihitung semua korelasi antara masing-masing pertanyaan
dengan skor total, misalnya diperoleh hasil sebagai berikut:
Pertanyaan 1= 0,190; 2= 0,720; 3= 0,640; 4= 0,710; 5=0,550;
6= 0,810; 7= 0,690; 8=0,720; 9=0,660; 10=0,150
 Untuk mengetahui apakah nilai korelasi tiap-tiap pertanyaan itu
significant, maka perlu dilihat pada tabel nilai product moment
 Untuk jumlah responden 10, berdasarkan tabel, taraf significancy
yang diperlukan adalah 0,603
 Oleh sebab itu, nilai korelasi dari pertanyaan-pertanyaan dalam
kuesioner tersebut yang memenuhi taraf significancy yang diatas
0,632 adalah pertanyaan 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9. Sedangkan nomor 1,
5, dan 10 tidak bermakna
 Selanjutnya untuk memperoleh alat ukur yang valid, maka
pertanyaan nomor 1, 5, dan 10 tersebut harus diganti atau direvisi,
atau dihilangkan
RELIABILITAS
 Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh
mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau
dapat diandalkan
 Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil
pengukuran itu tetap konsisten atau tetap bila
dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap
gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur
yang sama
RELIABILITAS
 Kata lain dari reliabilitas adalah antara
ketergantungan, stabilitas, konsistensi, prediktabilitas
(dapat diramalkan), akurasi (ketepatan)
 Contoh: seorang yang terandal (reliable) adalah yang
berprilaku konsisten, tergantung, perdiktabel, berarti
apa yang dilakukannya besok dan minggu depan
konsisten dengan apa yang dilakukannya hari ini atau
minggu lalu. Orang ini stabil. Sedangkan orang yang
“unreliable” adalah individu yang mempunyai perilaku
yang sangat bervariasi, tidak dapat diprediksi, dan
tidak stabil, sehingga disebut tidak konsisten
Cara Perhitungan Reliabilitas

1. Teknik Tes-Tes Ulang


2. Teknik Belah Dua
3. Teknik Paralel
Teknik Tes-Tes Ulang
 Teknik ini dilakukan dengan cara mengujikan kuesioner
kepada sekelompok responden yang sama sebanyak
dua kali dengan waktu yang tidak terlalu jauh (15 – 30
hari)
 Hasil pengukuran pertama dikorelasikan dengan hasil
pengukuran (tes) yang kedua dengan menggunakan
teknik korelasi product moment
 Bila hasilnya (angka korelasinya) sama atau lebih dari
angka kritis pada derajat kemaknaan P= 0,05 (lihat
tabel) maka alat ukur atau kuesioner tersebut reliabel
Teknik Belah Dua

 Dengan menggunakan teknik ini berarti alat


pengukur (kuesioner) yang telah disusun dibelah
atau dibagi menjadi dua
 Pertanyaan harus cukup banyak (memadai) sekitar
40-60 pertanyaan
 Mengajukan kuesioner kepada sejumlah
responden
 Membagi pertanyaan yang valid menjadi dua
kelompok secara acak (random)
 Skor pada masing-masing item pada tiap belahan
dijumlahkan sehingga akan menghasilkan 2
kelompok skor total
 Melakukan uji korelasi dengan rumus korelasi
product moment
Teknik Paralel
 Membuat dua alat pengukur (kuesioner)
untuk mengukur aspek yang sama
 Keduanya diteskan terhadap
sekelompok responden yang sama
 Kemudian masing-masing pertanyaan
pada kedua kuesioner tersebut dihitung
validitasnya
 Kuesioner yang tidak valid dibuang dan
yang valid dihitung total skornya
 Skor total dari masing-masing responden
dari kedua kuesioner tersebut dihitung
korelasinya dengan menggunakan teknik
korelasi product moment
SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai