Anda di halaman 1dari 27

ANALISIS

LAPORAN
KEUANGAN
1. NILAI PERUSAHAAN
DEFINISI NILAI PERUSAHAAN
Nilai perusahaan adalah persepsi investor terhadap tingkat keberhasil
an perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham.

Jenis-Jenis Nilai Perusahaan


Berdasarkan metode perhitungan yang digunakan, ada 5 (lima) jenis
nilai perusahaan, diantaranya yaitu:
• Nilai Nominal
• Nilai Pasar
• Nilai Intrinsik
• Nilai Buku
NILAI PERUSAHAAN
CARA MENGUKUR NILAI PERUSAHAAN
Nilai perusahaan bisa diukur dengan harga saham menggunakan rasi
o yang disebut rasio penilaian. Rasio penilaian ini memberikan inform
asi seberapa besar masyarakat menghargai perusahaan, sehingga m
asyarakat tertarik untuk membeli saham dengan harga lebih tinggi dib
andingkan nilai bukunya. Berikut beberapa untuk mengukur nilai peru
sahaan, diantaranya yaitu:
• Price Earning Ratio (PER)
Price Earning Ratio (PER) menunjukkan beraa banyak jumlah
uang yang rela dikeluarkan investor untuk membeyar setiap dolar
laba yang dilaporkan. Rasio ini digunakan untuk mengukur sebera
pa besar perbandingan antara harga saham perusahaan dengan
keuntungan yang diperoleh pemegang saham.
NILAI PERUSAHAAN
CARA MENGUKUR NILAI PERUSAHAAN
• Price to Book Value (PBV)
Price to Book Value (PBV) adalah rasio yang menunjukkan
apakah harga saham yang diperdagangkan overvalued (di atas)
atau undervalued (di bawah) nilai buku saham.
NILAI PERUSAHAAN
STUDI KASUS MENGUKUR NILAI PERUSAHAAN
PT UNILEVER
• PRICE EARNING RATIO (PER)

2015 : Rp37.000 / 766,95 = 48,24


2016 : Rp38.800 / 837,57 = 46,74
2017 : Rp55.900 / 918,03 = 60,98
NILAI PERUSAHAAN
STUDI KASUS MENGUKUR NILAI PERUSAHAAN
PT UNILEVER
• PRICE TO BOOK VALUE

2015 : Rp.4.827.360 / 7630 = 632,68


2016 : Rp.4.704.258 / 7630 = 616,55
2017 : Rp.5.173.388 / 7630 = 678,03
2. UKURAN PERUSAHAAN
DEFINISI UKURAN PERUSAHAAN
Ukuran perusahaan pada dasarnya adalah pengelompokan perusahaan kedalam beber
apa kelompok, di antaranya perusahaan besar, sedang dan kecil. Skala perusahaan me
rupakan ukuran yang dipakai untuk mencerminkan besar kecilnya perusahaan yang did
asarkan kepada total aset perusahaan atau total penjualan perusahaan (Suwito dan He
rawaty, 2005)

Perusahaan yang berukuran besar mempunyai berbagai kelebihan dibanding perusaha


an berukuran kecil. Kelebihan tersebut
1. ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh
dana dari pasar modal.
2. ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar-menawar (Bargaining Power) dala
m kontrak keuangan.
3. , ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat perusahaan ya
ng lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba (Sawir, 2004) dalam (Oktavianti,
2015).
UKURAN PERUSAHAAN
CARA MENGUKUR “UKURAN PERUSAHAAN”
menurut Riyanto (1999:313), yaitu: "Besar kecilnya perusahaan dilihat dari, nil
ai total penjualan, atau nilai total aktiva Menurut Werner R. Murhadi (2013) Fir
m Size diukur dengan mentrasformasikan total aset yang dimiliki perusahaan ke d
alam bentuk logaritma natural. Dengan menggunakan log natural, jumlah aset de
ngan nilai ratusan miliar bahkan triliun akan disederhanakan, tanpa mengubah pr
oporsi dari jumlah aset yang sesungguhnya.
Adapun ukuran perusahaan diatur dalam UU RI no 20 Tahun 2008

1. Perusahaan Mikro, yaitu perusahaan dengan kekayaan bersih (Total Assets) 50.000.000
dan Memiliki penjualan 300.000.000
2. Perusahaan Kecil, yaitu perusahaan dengan kekayaan bersih (Total Assets) 50.000.000
– 500.000.000 Dan Memiliki penjualan 300.000.000 - 2.500.000.000
3. Perusahaan Menengah, yaitu perusahaan dengan kekayaan bersih (Total Assets) 500.00
0.000 – 10.000.000.000 Dan Memiliki penjualan 2.500.000.000 – 50.000.000.000
4. Perusahaan Besar , yaitu perusahaan dengan kekayaan bersih (Total Assets) 10.000.00
0.000 Dan Memiliki penjualan 50.000.000.000
UKURAN PERUSAHAAN

Rumus: Ln Total Asset / Ln Total Penjualan


dimana,
Firm Size = Ukuran Perusahaan
Ln TR = Logaritma natural dari Total Assets / Total Penjualan
UKURAN PERUSAHAAN
CONTOH STUDI KASUS “UKURAN PERUSAHAAN”
PT UNILEVER
No Nama Perusahaan Tahun total Asset Ukuran Perusahaan
Rp15.729.945.000.
2015 000 30,38658734
Rp 16.745.695.000.
1 PT Unilever Indonesia Tbk
2016 000 30,44916233
Rp 18.906.413.000.
2017 000 30,57052229
Ukuran Perusahaa
No Nama Perusahaan Tahun total Penjualan
n
2015 Rp36.484.030.000.000 31,2278957
PT Unilever Indonesia Tb
1 2016 Rp40.053.732.000.000 31,321243
k
2017 Rp40.204.510.000.000 31,3250003
PROFITABILITAS
RATIO PROFITABILITAS

Rasio-rasio profitabilitas diperlukan untuk pencatatan transaksi keuangan biasanya dinilai oleh in
vestor dan kreditur (bank) untuk menilai jumlah laba investasi yang akan diperoleh oleh investor d
an besaran laba perusahaan untuk menilai kemampuan perusahaan membayar utang kepada kre
ditur berdasarkan tingkat pemakaian aset dan sumber daya lainnya sehingga terlihat tingkat efisie
nsi perusahaan.
Beberapa jenis rasio profitabilitas yang sering dipakai untuk meninjau kemampuan perusahaan d
alam menghasilkan laba yang dipakai dalam jenis jenis akuntansi keuangan antara lain:

a. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)


Margin laba kotor merupakan rasio profitabilitas untuk menilai persentase laba kotor terhadap pe
ndapatan yang dihasilkan dari penjualan. Laba kotor yang dipengaruhi oleh laporan arus kas me
maparkan besaran laba yang didapatkan oleh perusahaan dengan pertimbangan biaya yang terp
akai untuk memproduksi produk atau jasa.
PROFITABILITAS
RATIO PROFITABILITAS

b. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)


Net profit margin atau margin laba bersih merupakan rasio profitabilitas untuk menilai persentase
laba bersih yang didapat setelah dikurangi pajak terhadap pendapatan yang diperoleh dari penjua
lan. Margin laba bersih ini disebut juga profit margin ratio. Rasio ini mengukur laba bersih setelah
pajak terhadap penjualan.

c. Rasio Pengembalian Aset (Return on Assets Ratio)


Tingkat pengembalian aset merupakan rasio profitabilitas untuk menilai persentase keuntungan (l
aba) yang diperoleh perusahaan terkait sumber daya atau total asset sehingga efisiensi suatu per
usahaan dalam mengelola asetnya bisa terlihat dari persentase rasio ini
PROFITABILITAS
RATIO PROFITABILITAS

d. Return on Equity Ratio (Rasio Pengembalian Ekuitas)


Return on Equity Ratio (ROE) merupakan rasio profitabilitas untuk menilai kemampuan perusaha
an dalam menghasilkan laba dari investasi pemegang saham perusahaan tersebut yang dinyatak
an dalam persentase. ROE dihitung dari penghasilan (income) perusahaan terhadap modal yang
diinvestasikan oleh para pemilik perusahaan (pemegang saham biasa dan pemegang saham pref
eren). Return on equity menunjukkan seberapa berhasil perusahaan mengelola modalnya (net w
orth), sehingga tingkat keuntungan diukur dari investasi pemilik modal atau pemegang saham per
usahaan. ROE yaitu rentabilitas modal sendiri atau yang disebut rentabilitas usaha.

e. Earning Per Share (EPS)


Earning per share merupakan rasio profitabilitas yang menilai tingkat kemampuan per lembar sah
am dalam menghasilkan laba untuk perusahaan. Manajemen perusahaan, pemegang saham bia
sa dan calon pemegang saham sangat memperhatikan earning per share karena menjadi indikat
or keberhasilan perusahaan.
Rumus
Gross Profit Margin (GPM), Net Profit Margin (NPM)
Return On Equity(ROE), Return On Aset(ROA), Earning Pe
r share (EPS)
RASIO PROFITABILITAS
PT. UNILEVER 2015 – 2017
TAHUN 2015

GPM: 36.484.030-17.835.061 / 36.484.030 X 100% = 51,11%


NPM : 5.851.805 / 36.484.030 X 100% = 16,04%
ROE : 5.851.805 / 4.827.360 X 100% = 121,22%
ROA : 5.851.805 / 15.729.945 X 100% = 37,20 %
EPS : 5.851.805 / 7630 = 766

TAHUN 2016

GPM : 40.053.732-19.594.636 / 40.053.732 X 100% = 51,08%


NPM : 6.390.672 / 40.053.732 X 100% = 15,95%
ROE : 6.390.672 / 4.704.258 X100% = 135,85 %
ROA : 6.390.672 / 16.745.695 X100% = 38,16%
EPS : 6.390.672 / 7630 = 838

TAHUN 2017
GPM : 41.204.510-19.894.776 / 41.204.510 X100% = 51,49%
NPM : 7.004.562 / 41.204.510 X 100% = 16,9%
ROE : 7.004.562 / 5.173.388 X100% = 135,40%
ROA : 7.004.562 / 18.906.413 X 100% = 37,04%
EPS : 7.004.562 / 7630 = 918
JUMLAH PERHITANGAN PROFITABILITAS

PROFITABILITAS PT UNILEVER 2015-2017

2015 2016 2017


GPM 51,11% 51,08% 51,49%
NPM 16,04% 16% 15,96%
ROE 121,22% 135,85% 135,40%
ROA 37,20% 38,16% 37,04%
EPS 766 838 918
4. LIKUIDITAS
DEFINISI LIKUIDITAS
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pen
deknya. Pengertian lain adalah kemampuan seseorang atau perusahaan untuk me
menuhi kewajiban atau utang yang segera harus dibayar dengan harta lancarnya. T
ingkat likuiditas yang lebih besar menunjukan risiko semakin kecil.
LIKUIDITAS
PENGUKURAN LIKUIDITAS
Likuiditas diukur dengan rasio aktiva lancar dibagi dengan kewajiban lancar. Perusahaan yang memiliki likuidi
tas sehat paling tidak memiliki rasio lancar sebesar 100%. Ukuran likuiditas perusahaan yang lebih menggam
barkan tingkat likuiditas perusahaan ditunjukkan dengan rasio kas (kas terhadap kewajiban lancar).Contoh: m
embayar listrik, telepon, air PDAM, gaji karyawan, dsb.
Rasio likuiditas antara lain terdiri dari:
1. Current Ratio: adalah membandingkan antara total aktiva lancar dengan kewajiban lancar (current assets/c
urrent liabilities").
2. Quick Ratio: adalah membandingkan antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan kewajiban lancar. P
ersediaan terdiri dari alat-alat kantor, bahan baku, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang j
adi.
Suatu perusahaan yang mempunyai rasio cepat kurang dari 1:1 atau 100% dianggap kurang baik tingkat likui
ditasnya.(aktiva lancar dikurangi persediaan dibagi hutang lancar)

Rumus perhitungan current ratio-nya adalah sebagai berikut:


Aktiva lancar (current assets) : hutang Lancar (current liabilitas)
Cara penghitungan quick ratio yaitu:
Quick ratio = (aktiva lancar – persediaan) : utang lancar
LIKUIDITAS
CONTOH STUDI KASUS PENGUKURAN LIKUIDITAS
PT UNILEVER
Contoh perhitungan current ratio :
Rp.6.623.114 : Rp.10.127.542 = 0.65
Hal ini menunjukkan bahwa current ratio yang dimiliki PT Unilever adalah 0,65 dalam artian Quick ratio
tersebut berada di bawah 1, artinya perusahaan tidak memiliki kondisi keuangaan yang baik.
LIKUIDITAS
CONTOH STUDI KASUS PENGUKURAN LIKUIDITAS
PT UNILEVER
Jika angka rasio lancar suatu perusahaan lebih dari 1,0 kali, maka perusahaan tersebut punya kemampuan yang baik
dalam melunasi kewajibannya. Karena perbandingan aktivanya lebih besar dibanding kewajiban yang dimiliki. Namun ji
ka ratio lancar yang dimiliki perusahaan nilainya di bawah 1,0 kali, maka kemampuannya dalam melunasi utang masih
dipertanyakan. Dan jika rasio lancar suatu perusahaan nilainya lebih dari 3,0 bukan berarti perusahaan tersebut dalam
keadaan keuangan yang baik. Bisa jadi perusahaan tersebut tidak mengalokasikan aktiva lancarnya secara optimal, tid
ak memanfaatkan aktiva lancarnya secara efisien, dan tidak mengelola modalnya dengan baik.
contoh perhitungan quick ratio:
Rp.6.623.114 - Rp.2.297.502 : Rp.10.127.542 = 0.42
Hal ini menunjukkan bahwa quick ratio yang dimiliki PT Unilever adalah 0,41 dalam artian Quick ratio tersebut berada d
i bawah 1, artinya perusahaan tidak memiliki kondisi keuangaan yang baik.
Contoh perhitungan current ratio 2016 :
Rp.6.588.109 : Rp.10.878.074 = 0,6
Quick ratio 2016 :
Rp.6.588.109 - Rp.2.318.130 : Rp.10.878.074 = 0.39
Current ratio 2017 :
Rp.7.941.635 : Rp.12.532.304 = 0,63
Quick ratio 2017 :
Rp.7.941.635 - Rp.2.393.540 : Rp.12.532.304 = 0,44
5. AUDIT DELAY
DEFINISI AUDIT DELAY
Menurut Ashton et al (1987) “Audit delay is the length of time from a
company’s fiscal year end to the date of the auditor’s report”. Audit
delay adalah lamanya waktu dari akhir tahun fiskal perusahaan sampai
tanggal laporan audit. Ketepatan waktu dalam penyampaian laporan
keuangan yang telah diaudit merupakan hal yang penting, khususnya
untuk perusahaan-perusahaan publik yang menggunakan pasar modal
sebagai salah satu sumber pendanaan. Menurut Lawrence & Briyan
(1998) Audit Delay adalah lamanya hari yang dibutuhkan auditor untuk
menyelesaikan pekerjaan auditnya, yang diukur dari tanggal penutupan
tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan keuangan audit.

Alther Gabriel Liwe, Hendrik Manossoh, Lidia M. Mawikere, “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi audit”, Jurnal Riset Akuntansi Going Co
ncern 13(2), 2018, 99-108 .
AUDIT DELAY
DEFINISI AUDIT DELAY
Dalam beberapa penelitian, audit delay sering juga disebut dengan
audit report lag yang didefinisikan sebagai selisih waktu antara
berakhirnya tahun fiskal dengan tanggal diterbitkannya laporan audit.
Menurut Dyer dan McHugh dalam Camelia Putri (2011), keterlambatan
atau lag dibagi menjadi:
a. Preliminary lag, adalah interval antara berakhirnya tahun fiskal
sampai dengan tanggal diterimanya laporan keuangan pendahulu oleh
pasar modal.
b. Auditor’s signature lag, adalah interval antara berakhirnya tahun
fiskal
sampai tanggal yang tercantum di dalam laporan auditor.
c. Total lag, adalah interval antara berakhirnya tahun fiskal sampai
dengan tanggal diterimanya laporan keuangan tahunan publikasi oleh
pasar modal.
Alther Gabriel Liwe, Hendrik Manossoh, Lidia M. Mawikere, “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi audit”, Jurnal Riset Akuntansi Going Co
ncern 13(2), 2018, 99-108 .
AUDIT DELAY
CARA MENGUKUR AUDIT DELAY

Tanggal Laporan Audit – Tanggal Laporan Keuangan

Alther Gabriel Liwe, Hendrik Manossoh, Lidia M. Mawikere, “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi audit”, Jurnal Riset Akuntansi Going Co
ncern 13(2), 2018, 99-108 .
AUDIT DELAY
CONTOH STUDI KASUS AUDIT DELAY
PT UNILEVER TBK
• Tahun 2015
30 Maret 2016 – 31 Desember 2015 = 89 hari
• Tahun 2016
17 Maret 2017 – 31 Desember 2016 = 77 hari
• Tahun 2017
26 Februari 2018 – 31 Desember 2016 = 57 hari

Alther Gabriel Liwe, Hendrik Manossoh, Lidia M. Mawikere, “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi audit”, Jurnal Riset Akuntansi Going Co
ncern 13(2), 2018, 99-108 .
THANK YOU !!!

Anda mungkin juga menyukai