Anda di halaman 1dari 19

VARISES TUNGKAI BAWAH

Ida Farida

Pembimbing:
dr. Arif Prasetyo Utomo, Sp. BTKV
Latar belakang
 Varises adalah pemanjangan, pelebaran, dan berkelok-keloknya sistem
vena yang disertai gangguan sirkulasi darah di dalamnya.
 Prevalensi varises diperkirakan antara 5-30% populasi dewasa, lebih
sering terjadi pada perempuan dibandingkan pria (3:1)
 Faktor yang mempengaruhi timbulnya varises tungkai bawah : usia, ras,
faktor keturunan/riwayat keluarga, faktor berdiri lama,
overweight/obesitas, multiparitas kehamilan, faktor hormonal (pubertas,
menopause, atau penggunaan obat kontrasepsi), merokok, serta
konsumsi alkohol.
 Penanganan diperlukan apabila kelainan tersebut menimbulkan
keluhan, tidak hanya dengan menghilangkan dan mengobati gejala
yang timbul, tapi juga dengan mengurangi faktor predisposisi yang
mendasari.
 Dari latar belakang yang telah dipaparkan, laporan kasus ini
bertujuan untuk mengetahui tentang varises tungkai bawah dan
perbandingannya antara teori dengan kasus nyata.
Anamnesis
 Anamnesis
 Ny. H, Perempuan, 41 tahun datang ke poli BTKV RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda dengan keluhan keluhan nyeri pada kedua tungkai
bawah sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit. Nyeri pada kedua
tungkai bawah lebih terasa ketika pasien berdiri dan setelah berjalan
lama. Nyeri membaik bila pasien istirahat.
 Nyeri pada kedua tungkai dirasakan pasien pada tonjolan berwarna
kebiruan dan berkelok-kelok pada kedua tungkai bawah pasien.
Tonjolan yang berwarna kebiruan dan berkelo-kelok ini muncul sejak ± 20
tahun yang lalu. Awalnya benjolan kecil sebesar sedotan air mineral,
berwarna kebiruan. Namun lama-kelamaan benjolan dirasa semakin
membesar. Benjolan awalnya di betis, kemudian benjolan semakin lama
semakin naik ke daerah paha. Tidak ada riwayat trauma pada tungkai
bawah pasien sebelumnya.
 Pekerjaan pasien sehari-hari adalah ibu rumah tangga. Pasien memiliki
riwayat hipertensi namun tidak terkontrol. Pasien memiliki 4 orang anak.
Ibu dan saudara pasien memiliki keluhan serupa.
Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : baik
 Tekanan darah :150/90 mmHg
 Nadi : 88x/menit, reguler, kuat angkat
 Respirasi : 20x/menit, reguler
 Suhu : 36,9°C
Status Lokalis
 Regio ekstremitas inferior dekstra
Terlihat benjolan memanjang berkelok-kelok dimulai 1/3 distal
femur bagian posterior sampai medial femur , warna
kebiruan, talangiektasis (+), hematom (+),ulkus (-), oedem (-).
Benjolan tersebut teraba agak keras, nyeri tekan (-).
 Regio ekstremitas inferior sinistra
Terlihat benjolan memanjang berkelok-kelok dimulai 1/3
proksimal cruris bagian posterior sampai medial femur , warna
kebiruan, talangiektasis (+), hematom (+),ulkus (-), oedem (-).
Benjolan tersebut teraba agak keras, nyeri tekan (-). Pada sisi
anterior 1/3 proksimal cruris sinistra terlihat pembuluh darah
berwarna kebiruan, berkelok-kelok, hematom (-), edema (-),
nyeri tekan (-).
 Diagnosis Kerja : Varises Tungkai Dextra Et Sinistra
 Terapi : EVLA (Endovenous Laser Ablation)
DISKUSI
 Epidemiologi
 Prevalensi varises diperkirakan antara 5-30% populasi dewasa,
lebih sering terjadi padaperempuan dibandingkan pria. Hal ini
disebabkan oleh faktor hormonal, terutama estrogen, yang
menyebabkan relaksasi dari otot polos dan serat kolagen sehingga
terjadi venodilasi. Pada kasus ini pasien berjenis kelamin
perempuan.
 Negara berkembang, prevalensi varises sekitar 1-10%, sedangkan
pada negara maju prevalensi varises lebih tinggi yaitu sekitar 10-
64%. Hal ini diperkirakan adanya beberapa faktor yang
memengaruhi, misalnya geografi atau lingkungan, dan konsumsi
makanan tinggi serat. Pada negara maju, rendahnya konsumsi serat
menyebabkan peningkatan tekanan intra abdomen saat BAB.
Etiologi
 Faktor risiko : usia, jenis kelamin, riwayat varises
dalam keluarga, obesitas, kehamilan, hormonal,
dan diet, berdiri dan duduk terlalu lama.
Klasifikasi
 Berdasarkan penyebabnya
 Varises primer : penyebabnya tidak diketahui secara
pasti, hanya diduga karena kelemahan dinding vena
sehingga terjadi pelebaran.
 Varises sekunder : peninggian tekanan vena
superfisial akibat suatu kelainan tertentu, seperti
sindrom paska flebitis (kegagalan vena menahun),
fistula arteri vena, sumbatan vena profunda karena
tumor atau trauma serta anomali vena profunda atau
vena perforantes.
 Berdasarkan jenisnya
 Varises trunkal merupakan varises VSM dan VSP,
diameter lebih dari8 mm, warna biru kehijauan.
 Varises reticula rmengenai cabang VSM atau VSP
yang umumnya kecil dan berkelok-kelok, diameter 2-
8 mm, warna biru kehijauan.
 Varises kapiler, merupakan vena subkutis yang
tampak sebagai kelompok serabut halus dari
pembuluh darah, diameter 0,1-1 mm, warna merah,
atau sianotik (jarang).
 Klasifikasi CEAP(Clinical, Etiology, Anatomy,Pathology)
 C0 : tidak ada tanda-tanda penyakit vena yang terlihat atau
teraba
 C1 : telangiektasis atau vena retikuler
 C2 : varises (dibedakan dari vena retikuler dengan diameter
> 3 mm)
 C3 : edema
 C4 : perubahan pada kulit sekunder terhadap penyakit vena
kronik
 C4a : pigmentasi atau eksim
 C4b : lipodermatosklerosis atau atrophie blanche
 C5 : ulkus vena sembuh
 C6 : ulkus vena aktif
 Berdasarkan dengan berat ringannya
 Stadium I
 Keluhan samar (tidak khas) rasa berat, mudah lelah pada tungkai
setelah berdiri atau duduk lama. Gambaran pelebaran vena
berwarna kebiruan tak jelas
 Stadium II
 Mulai tampak pelebaran vena, palpabel, dan menonjol.
 Stadium III
 Varises tampak jelas, memanjang, berkelok-kelok pada paha
atautungkai bawah, dapat disertai telangiektasis/spider vein
 Stadium IV
 Terjadi kelainan kulit dan/atau ulkus karena sindrom insufisiensi
vena menahun
Diagnosis
 Tanda dan gejala varises
1. Tungkai terasa nyeri dan berat (setelah berdiri lama)
2. Pelebaran vena dekat permukaan kulit
3. Munculnya spider veins(telangiektasis) di tungkai yang terkena
4. Perubahan warna kulit menjadi kuning kecoklatan yang mengilap di dekat
pembuluh darah yang terkena
5. Kemerahan, kering, dan gatal di daerah kulit, yang disebut dermatitis atau
eksim stasis vena
6. Kram bisa terjadi terutama saat pergerakan tiba-tiba, seperti gerakan
berdiri
7. Cedera ringan pada daerah yang terkena dapat menyebabkan perdarahan
lebih dari normal atau membutuhkan waktu lama untuk penyembuhannya
8. Pada beberapa orang, kulit di atas pergelangan kaki dapat mengisut
(lipodermatosklerosis) karena lemak di bawah kulit menjadi keras
9. Bercak bekas luka yang memutih dan tidak teratur dapat muncul pada
pergelangan kaki; dikenal sebagai atrophie blanche
 Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan meliputi
 Uji Trendelenburg (untuk mengetahui derajat
insufisiensi katup pada vena komunikan)
 Uji perthes (untuk menentukan fungsionalitas sistem
vena profunda)
 Akurasi pemeriksaan fisik dapat ditingkatkan
dengan bantuan alat Doppler,sehingga pemeriksa
dapat mendengarkan aliran darah.
 Namun, pemeriksaan paling akurat dan rinci
adalah dengan venous duplex ultrasoundyang
dapat memberikan gambaran vena, sehingga
adanya hambatan akibat bekuan darah atau
gangguan fungsi vena dapat dideteksi
Terapi Konservatif Terapi Intervensi Aktif

•Mengangkat tungkai •Teknik non-bedah : Skleroterapi


•Olahraga teratur, seperti memulihkan danterapi ablasi dengan
fungsi pompa otot betis. radiofrequencyatau laser endovena.
•Pemakaian stocking kompresi •Teknik Bedah
•Obat anti-inflamasi dapat digunakan Indikasi :
sebagai bagian dari pengobatan untuk 1. Varises dengan gejala klinis yang
tromboflebitis superfisial bersama dengan signifikan atau adanya komplikasi
stocking. yang dengan tindakan konservatif
•Aplikasi gel topikal tidak membaik.
2. Tindakan sedini mungkin pada
insufisiensi vena komunikan untuk
membantu aliran darah kembali.
3. Pada varises tungkai derajat III dan IV
4. Beberapa teknik bedah meliputi
stripping, ligasi vena dan phlebectomy,
cryosurgery.
 Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai