Anda di halaman 1dari 23

Analisis Feses

Urinalisis dan Cairan Tubuh


Gita Nur Fajriani
2018
Ugh! Why Feces?

 “Necessary evil”
 Produk akhir metabolism tubuh  memberikan diagnostik yang bermanfaat.
 Pemeriksaan rutin: makroskopik, mikroskopik, kimia.
 Deteksi dini: Pendarahan gastrointestinal (GI), kelainan duktus biliaris dan hati,
maldigesti/malabsorpsi, penyakit pancreas, inflamsi, diare, steatorea.
 Pemeriksaan mikrobiologi: bakteri patogenik, virus, parasite.
Spesimen Feses Normal

 Bakteri
 Selulosa
 Makanan yang tidak tercerna
 Sekresi GI
 Pigmen empedu
 Sel dinding usus
 Elektrolt
 Air
Fisiologi
Pengaturan Cairan pada Saluran Cerna
 Mulut: makanan dan minuman 2000 mL
Metabolisme karbohidrat
 Ludah 1500 mL
 Sekresi lambung 1500 mL Metabolisme protein
 Empedu dari hati 1500 mL
Metabolisme lipid
 Pankreas 1000 mL
 Sekresi usus (air dan elektrolit) 2000 mL
 Sekresi mukus 200 mL
 Reabsorpsi Kolon 3000 mL Reabsorpsi air dan elektrolit
 Feses 150 mL

Hampir 9000 mL masuk ke saluran cerna. Hanya 500-1500 yang mencapai usus besar.
Hanya 150 mL yang dieksresikan dalam feses.
Patologi Berkaitan dengan Feses

Diare

Steatorea
Diare

 Peningkatan berat feses > 200 gram Uji Osmotik Elektrolit Feses (Na+ dan K+)
 Peningkatan likuiditas feses Na+ normal 30 mmol/L
 Peningkatan frekuensi pengeluaran feses K+ normal 75 mmol/L
 Diare < 4 minggu  diare akut
 Diare > 4 minggu  diare kronis Perbedaan osmotik:
290 – (2[Na+ feses + K+ feses])

290 adalah osmolalitas serum, 290 mOsm/kg.


Uji osmotik harus segera dilakukan, karena jika spesimen lama
didiamkan, memungkinkan terjadinya degradasi karbohidrat.
Jenis-jenis Diare

Diare Diare Hipermotilitas


sekretorik Osmotik Usus

< 50 mOsm/kg > 50 mOsm/kg


Diare Sekretorik

 Akibat peningkatan sekresi air dan elektrolit.


 Bakteri, virus, protozoa menyebabkan usus besar tidak mampu mereabsorpsi air
dan elektrolit.
 Feses berair dengan pH > 5,6, haluaran feses > 200 g.
 Organisme penghasil enterotoksin yang merangsang sekresi air dan elektrolit:
Escherichia coli, Clostridium, Vibrio cholerae, Salmonella, Shigella,
Staphylococcus, Campylobacter, Cryptospridium.
 Penyabab lain: obat, laksatif stimulan, hormone, penyakit usus inflamatorik,
kelainan endokrin, neoplasna, peyakit pembuluh darah kolagen.
Diare Osmotik

 Pencernaan makanan tidak sempurna  material feses semakin banyak 


konsentrasi elektrolit rendah  absorpsi yang buruk yang menggunakan tekanan
osmotik di seluruh mukosa usus  retensi air dan elektrolit di usus besar 
perlu waktu absorpsi oleh usus besar.
 Feses sedikit dengan pH < 5,3, haluaran feses < 200 g.
 Maldigesti: gangguan pencernaan makanan
 Malabsorpsi: gangguan absorpsi zat gizi oleh usus
 Penyebab: defisiensi disakarida (intoleransi laktosa), alabsorpsi (sariawan seliak),
absorpsi gula yang buruk (laktosa, sorbitol, mannitol), laktasif, antasid
mengandung magnesium, amebiasis, dan pemberian antibiotic.
Hipermotilitas Usus

 Motilitas (sering tidaknya); sering = hipermotilitas; jarang =


konstipasi.

 Irritable bowel syndrome (IBS): gangguan fungsional saraf dan


otot usus sangat sensitif, kram, kembung, flatus, diare,
konstipasi.

 IBS dipicu oleh makanan, bahan kimia, stress, dan olehraga.

 Rapid Gastric Emptying (RGE)  Early Dumping Syndrome (EDS)


dan Late Dumping Syndrome (LDS); gangguang reservoir
lambung.

 Penyebab: gastrektomi, operasi pintas lambung (gastric bypass),


status pasca-vogotomi, sindrom Zollinger-Ellison, penyakit ulkus
duodenum, DM.
Steatorea (Lemak Feses)

 Analisis insufisiensi pankreas dan malabsorpsi usus.


 Kadar lemak fese normal < 6 gram / hari.
 Dilakukan uji absorpsi D-xilosa (gula yang tidak perlu dicerna tapi perlu diabsorpsi
untuk ada di urin).
 Jika D-xilosa dalam urin rendah, maka menunjukkan malabsorpsi.
 Penyebab malabsorpsi: pertumbuhan bakteri berlebih, reseksi usus, penyakit
seliak, spru tropika, limfoma, penyakit Whipple, infestasi Giardia lamblia,
penyakit Crohn, dan iskemia usus.
 Jika D-xilosa dalam urin normal, maka menunjukkan gangguan pada pankreas.
Pengabilan Spesimen

 Pasien diberi instruksi terperinci dan wadah yang tepat.


 Terkadang diperlukan diet sebelum pengambilan spesimen.
 Pengambilang pada tempat bersih (pispot, wadah disposibel).
 Tidak boleh terkontaminasi urin/air toilet.
 Wadah khusus untuk uji telur parasite, tidak bersatu dengan uji lain.
 Uji kualitatif: spesimen acak, wadah dengan tutup ulir (seperti urin)
 Uji kuantitatif: spesimen berwaktu, biasanya 3 hari.
 Wadah untuk pengumpulan spesimen keseluruan biasanya besar.
Hati-hati saat membuka wadah agar gas yang terakumulisi
dikeluarkan perlahan
Uji Makroskopis

 Warna normal feses: coklat. Proses oksidasi sterkobilonogen menjadi urobilin di saluran
empedu.
 Jika pucat  gangguan oksidasi sterkobilonogen menjadi urobilin  saluran empedu
atau pengobatan barium sulfat.
 Jika merah terang, merah gelap, hitam  darah dari esofagus, lambung, duodenum 
infeksi.
 Jika sumber darah atas: memerlukan waktu 3 hari untuk degradasi Hb, warna feses
merah gelap/hitam
 Jika sumber darah bawah: lansung, warna feses merah terang.
 Feses warna hijau: obat, sayuran, kelainan oksidasi sterkobilonogen menjadi biliverdin.
Uji Karakteristik Makroskopis Lain
Uji Mikroskopis

 Uji Leukosit Feses


Skrining neutrophil, sebelum melakukan
kultur bakteri.
Uji pada preparat basah + pewarnaan
metilen blue
Uji pada preparat kering + pewarnaan
metilen Wright atau Gram.
 Untuk menentukan apakah diare
disebabkan oleh bakteri patogen yang
invasive.
Uji Mikroskopis (2)

 Uji Serat Otot


Skrining serat yang tidak tercerna.
Serat tidak tercerna: alur
vertikal/horizontal yang nyata
Serat tercerna: tidah tampak alurnya
 Untuk memantau pasien insufisiensi
pankreas.
Uji Mikroskopis (3)

 Uji Lemak Feses Kualitatif


Skrining dengan pewarnaan Sudan III,
Sudan IV, oil red O.
Lipida yang terwarnai: trigliserida,
garam asam lemak, asam lemak,
kolesterol.
Lipida yang tidak terwarnai: kolesterol
ddan fosfolipid.
 Untuk mendiagnosa steatorea.
Uji Kimia Feses

 Uji Darah Samar


 Kebermaknaan secara fatologis jika darah > 2,5 mL/150 g feses.
 Fecal occult blood test (FOBT)
Fecal occult blood test (FOBT)

i-FOBT
Fluorometric FOBT
g-FOBT Immunochemical-based FOBT
Guaiac-based FOBT
Hb + H2O2 + guaiak  guaiak teroksidasi (warna biru) + H2O
Uji Kuantitatif Lemak Feses

 Pengambilan spesimen setidaknya 3 hari.


 Pasien harus mempertahankan asupan lemak yang teratur ( 100 g/hari).
 Metode: titrasi Van de Kamer, gravimetri, spektroskopi, nuclear magnetic
resonance (NMR).
 Satuan lemak: gram lemak per 24 jam. Normalnya 1-6 gram/hari.
lemak diet−lemak feses
 Koefisien retensi lemak: x 100% ; nilai normal 95%.
lemak feses
Uji APT, Alkali Denaturation Test, (Hemoglobin Fetus)

 Untuk feses atau muntahan bayi, yang dicurigai menelan darah ibu saat
dilahirkan.
 The blood is mixed with a small amount of sterile water to cause hemolysis of
the RBCs, yielding free hemoglobin. The sample is next centrifuged for several
minutes. The pink hemoglobin-containing supernatant is then mixed with 1 mL of
1% NaOH for each 5 mL of supernatant. The color of the fluid is assessed after 2
minutes. Fetal hemoglobin will stay pink and adult hemoglobin will turn yellow-
brown since adult hemoglobin is less stable and will convert to hematin which
has a hydroxide ligand.
Enzim Feses Karbohidrat

 Indikator insufisiensi pankreas.  Indikator diare osmotik.


 Skrining tripsin, kimotripsin, elatase 1.  Intoleransi laktosa, penyakit seliak.
 Tripsin, kimotripsin  spektrofotometer  Uji serum dan urin.
 Elatase 1  uji kadar imunologi ELISA.  Uji reduksi tembaga pada feses.
SELESAI

Anda mungkin juga menyukai