Anda di halaman 1dari 32

Dina Fitriana R

Perencanaan
program
kesehatan

Pelaksanaan Sub sistem


program pelayanan
kesehatan kesehatan
Sistem
Kesehatan
Sub sistem
Pengorganisa- pebiayaan
sian program kesehatan
kesehatan
Program
jaminan
mutu
 Sehat : suatu keadaan sejahtera, sempurna dari fisik
mental, sosial, tidak semata-mata bebas dari
penyakit/kelemahan
 Sistem?
 Sistem pembiayaan kesehatan?
 Sistem adalah sekelompok komponen dan elemen
yang digabungkan menjadi satu untuk mencapai
tujuan tertentu.
 Jika ditinjau pengertian sehat; sistem pembiayaan
kesehatan menjadi lebih luas.
Sistem pembiayaan kesehatan
 Sesuai disiplin yang dimiliki maka:
 Sistem pembiayaan kesehatan pembahasannya
dibatasi hanya pada pembiayaan untuk program
kesehatan saja; yakni program2 yg berhubungan erat
dengan penerapan ilmu dan teknologi kedokteran.
 Tujuan dari sistem pembiayaan kesehatan tidak lain
adalah
 lebih kepada pengendalian biaya
 yang bertujuan untuk menjamin masyarakat agar
tidak terkendala dalam memanfaatkan pelayanan
kesehatan ketika diperlukan dan tidak menjadi
miskin ketika sakit.
Biaya kesehatan
 Definisi?
 Dari sisi pengguna
 Dari sisi pemberi layanan kesehatan/penyedia pel
kesh
 Secara umum bila pengguna membayar > 
pemasukan bagi pelkesh  menguntungkan
 Sumber biaya kesehatan :
 -masyarakat
 -pemerintah
 Subsidi kesehatan ; ada peranan pemerintah untuk
kesejahteraan masyarakat
 Sehingga biaya pelayanan kesehatan harus
memperhitungkan dana yang beredar dari sektor
pemerintah.
 Taraf kesejahteraan pendduduk  pendidikan;
kesehatan; ekonomi; dll.
 CIRI/KARAKTERISTIK PELAYANAN KESEHATAN
Sektor Kesehatan/industri pelayanan kesehatan
mempunyai beberapa karakteristik dibandingkan
dengan sektor lainnya. Oleh sebab itu penerapan ilmu
ekonomi di sektor kesehatan harus disesuaikan
dengan karakteristik yang dimilki sektor kesehatan.
Beberapa ciri/karakteristik sektor
kesehatan :
 1. Consumer’s ignorance (ketidaktahuan konsumen)
Konsumen pelayanan kesehatan tidak tahu apa yang
harus dikonsumsi, jenis, barapa banyak barang/jasa
yang harus dikonsumsi untuk mengatasi masalah
kesehatannya. Sehingga konsumen sangat tergantung
pada provider pelayanan kesehatan. Ciri ini sangat
jelas pada pelayanan kuratif. Pasien datang ke dokter
dalam kondisi tidak tahu apa penyakitnya dan
bagaimana mengatasinya.
 2. Supplier induced demand
Provider pelayanan kesehatan bersifat dominan dalam
memenuhi kebutuhan konsumen.
Provider menyarankan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan
yang harus dikonsumsi. Misalkan : jenis obat, berapa dosis
yang harus diminum, dll.

 3. Kejadian penyakit/masalah kesehatan tidak terduga


Konsumen tidak bisa menduga kejadian penyakit/masalah
kesehatan. Dan mereka mengkonsumsi pelayanan
kesehatan karena terpaksa untuk mengatasi
penyakitnya/masalah kesehatan. Oleh karena itu harus ada
perencanaan dari segi biaya untuk mengatasi masalah
tersebut, misalnya melalui asuransi kesehatan.
 4. Kesehatan bersifat konsumtif dan investasi
 5. Eksternalitas
 4. Kesehatan bersifat konsumtif dan investasi
Memanfaatkan pelayanan kesehatan adalah kegiatan konsumsi karena
mengeluarkan sumber daya (tenaga, uang dan waktu) untuk
mendapatkannya. Tetapi mengkonsumsi pelayanan kesehatan
promotif dan preventif pada hakekatnya adalah investasi SDM di masa
mendatang.

 5. Ekternalitas
Yaitu dampak positif/negatif yang diakibatkan oleh perbuatan orang lain.
Misal : pemberian imunisasi bagi seseorang untuk mencegah penyakit
menular akan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitarnya., tetapi
polusi memberikan dampak negatif bagi masyarakat sekitar.
Pemerintah perlu menjamin programprogram yang mempunyai
eksternalitas tinggi, dimana manfaat sosialnya lebih tinggi dibanding
manfaat individunya.
 6. Non competitive
Dalam kesehatan kompetisi dalam iklan secara iklan dianggap
tidak patut. Akibatnya konsumen yang ‘ignorance’ tidak
memperoleh informasi tentang beda kualitas pelayanan dan
beda tarif (harga) dari berbagai alternatif pelayanan kesehatan.

 7. Non Profit motive


Idealnya mencari untung/laba bukan merupakan tujuan utama
bagi pelayanan kesehatan (seperti RS swasta), namun fungsi
sosial yang harus diutamakan. Dalam prakteknya,
memaksimumkan laba yang biasanya harus mengendalikan tarif
dan jumlah produksi sulit dilakukan oleh pelayanan kesehatan.
Kunjungan pasien (cerminan morbiditas) sulit diprediksi dan
dikendalikan sementara tarif tidak bisa leluasa dinaikkan.
Sistem Pembayaran di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
 1. Retrospektif
 2. Prospektif
 Retrospektif
 Besaran biaya dan jumlah biaya yang harus dibayar
oleh pasien/pihak pembayar ditetapkan setelah
pelayanan diberikan.
 Prospektif
 Pembayaran pelayanan kesehatan, yang harus dibayar,
besaran biaya nya sudah ditetapkan dari awal sebelum
pelayanan kesehatan diberikan. Maca-macamnya:
 A. Anggaran global
 B. Pembayaran per diem
 C. DRGs
 D. Kapitasi
a. Anggaran global
 Cara pendanaan RS oleh pemerintah atau badan
asuransi kesehatan nasional dimana RS mendapat
dana untuk membiayai seluruh kegiatannya untuk
masa satu tahun.
 Memperhitungkan jumlah pelayanan tahun
sebelumnya.
 Beberapa ketentuan:
1. Dana diberikan dari pusat ke RS
2. Dana dikelola oleh RS
3. Keberhasilan pengendalian dana tergantung dari RS
memberikan toleransi kepada pengeluaran yang melebihi
batas.
Kelemahan :
1. RS yg baik adalah RS yg dapat menekan biaya perawatan
2. Orientasi RS lebih pada manajemen anggaran, sehingga
pelayanan kesehatan menjadi pilihan sekunder.
b. Pembayaran per diem
 Pembayaran yang dinegosiasi dan disepakati di depan
didasari pada pembayaran per hari perawatan tanpa
mempertimbangkan biaya yang dihabiskan oleh RS.
 Misalnya: penanggung setuju membayar biaya rawat
perhari sebesar Rp. 250.000 kepada RS Provider, tanpa
mempertimbangkan berbagai ragam biaya yang
digunakan oleh rumah sakit seperti biaya ruangan,
obat, visite dokter, dll. Dengan demikian diharapkan
rumah sakit dapat mengendalikan biaya perawatan
dan memberikan pengobatan yang paling effective,
pemeriksaan lab yang memang diperlukan, serta
berbagai penghematan lainnya
 Ketentuannya:
1. pembayaran yang diterima oleh RS dengan jumlah
tetap per hari
2. Dibayar secara reimbursment
c. DRGs
 Pembayaran berdasarkan kelompok diagnosis atau
kombinasi kasus.
 Jadi pada sistem ini, pembayaran jasa pelayanan
kesehatan bukan dihitung dari jenis pelayanan medis
maupun non medis, ataupun lama rawat inap yang
diterima oleh pasien dalam upaya penyembuhan suatu
penyakit.
 Pada tanggal 31 September 2010 dilakukan perubahan
nomenklatur dari INA-DRG (Indonesia - Diagnosis
Related Group) menjadi INA-CBG (Indonesia - Case
Based Group)
d.Kapitasi
 Pembayaran fasilitas kesehatan di muka berdasarkan
per anggota per bulan (sistem pembayaran kepada
provider)
 Ketentuan :
1. Pembayaran berdasarkan per anggota per bulan

Keuntungan:
1. Puskesmas dapat membuat anggaran berdasarkan
anggaran tahun lalu
2. Puskesmas menjadi mitra penuh dalam mengontrol
utilisasi (biaya yang digunakan)
 Terima kasih…
 Next,
 https://goo.gl/forms/GsYpo1FHTbd6wTT03

Anda mungkin juga menyukai