Anda di halaman 1dari 15

KELOMPOK TUTOR 4

Sirosis Hepatis
Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang
menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatic
yang berlangsung progesif yang ditandai dengan
distorsi dari arsitektur hepar dan
pembentukan nodulus regenerative. (Sudoyo
Aru, dkk 2009)

Definisi
Hati merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh manusia.

Hati terletak di belakang tulang-tulang iga (kosta) dalam rongga


abdomen daerah kanan atas.

Hati memiliki berat sekitar 1500 gram, dan dibagi menjadi empat

Anatomi Fsiologi
lobus.

difiksasi secara erat oleh tekanan intraabdominal dan dibungkus


oleh peritoneum kecuali di daerah posterior-superior yang
berdekatan dengan v.cava inferior dan mengadakan kontak langsung
dengan diafragma.

Bagian yang tidak diliputi oleh peritoneum disebut bare area.

Terdapat refleksi peritoneum dari dinding abdomen anterior,


diafragma dan organ-organ abdomen ke hepar berupa ligamen .
Klasifikasi Sirosis

Chirrosis hati Chirrosis hati


kompensata, yang dekompensata yang
berarti belum ditandai gejala-
adanya gejala klinis gejala dan tanda
yang nyata klinik yang jelas.
• Hepatitis virus
• Zat hepatotoksik atau
Alkoholisme.
• Hemokromatosis
Etiologi
• Asites
• Pruritis
• Urine berwarna gelap
• Ukuran abdomen meningkat
• Turunnya selera makan dan
turunnya berat badan
• Ikterus (kuning pada kulit Manisfestasi Klinis
dan mata) muncul belakangan
• Telapak tangan merah
• Pelebaran pembuluh darah
• Kelemahan, kelelahan
• Anoreksia
• Nausea, muntah
• Hepatomegali
• Spidernevi
• Atrofi testis
Infeksi hepatitis viral tipe B/C menimbulkan
peradangan sel hati. Peradangan ini menyebabkan
nekrosis meliputi daerah yang luas (hepatoseluler),
terjadi kolaps lobulus hati dan ini memacu
timbulnya jaringan parut disertai terbentuknya
septa fibrosa difus dan nodul sel hati, walaupun
etiologinya berbeda, gambaran histologi sirosis hati
sama atau hampir sama, septa bisa dibentuk dari
sel retikulum penyangga yang kolaps dan berubah
jadi parut.
• Pemeriksaan Laboratorium: Darah
• Radiologi
• Esofaguskopi
• Ultrasonografi
• Sidikan hati
• Tomografi dan komputerisasi
• Angiografi
• Pasien dalam keadaan kompensasi hati yang baik cukup
dilakukan kontrol yang teratur,susunan diet tinggi kalori
dan tinggi protein, lemak secukupnya
Untuk asietas
• Tirah baring
• Diet rendah garam
• Kombinasi obat diuretik : furosemid, Lasix
• Pasarsintesis terapeutik (memasukkan jarum untuk
membuang cairan yang terkumpul)
• Pendarahan varises esofagus,hematemasis dengan melena.
Pasien di rawat di rumah sakit sebagai kasus pendarahan
saluran cerna atas
• Istirahat di tempat tidur sampai terdapat perbaikan
ikterus, asites, dan demam.
• Diet rendah
• Mengatasi infeksi dengan antibiotik diusahakan memakai
obat-obatan yang jelas tidak hepatotoksik.
• Mempebaiki keadaan gizi bila perlu dengan pemberian
asam amino esensial berantai cabang dengan glukosa.
• Roboransia. Vitamin B compleks. Dilarang makan dan
minum bahan yang mengandung alkohol.
A. Pengkajian
Identitas penderita:
Pada umumnya sebagian besar penderita sirosis hati berusia
antara 40 dan 70 tahun, rata-rata 50 tahun. Pria pada
umumnya lebih banyak terkena , terutama pada bentuk sirosis
alkoholik, kriptogenik dan hemokromatosis; sedang wanita lebih
dominan pada penyakit Wilson, sirosis bilier dan hepatitis kronik
aktif.
Keluhan utama:
Penyakit ini dapat berjalan tanpa keluhan dan dapat juga dengan
atau tanpa gejala klinik yang jelas. Mula-mula timbul kelemahan
badan, rasa cepat payah yang makin menghebat, nafsu makan
menurun, penurunan berat badan, badan menguning (ikterus),
demam ringan, sembab tungkai dan pembesaran perut (asites).
Keadaan umum
Keadaan umum :lemah Kesadaran :komposmetis (sadar)
Pemeriksaan tanda vital
Tekanan darah :100/60 mmH Suhu tubuh :37,5◦C
Pernapasan :24X/menit Nadi :100X/menit (regular)
Kepala : Rambut agak kotor, kulit kepala lembab, tidak ada lesi di kepala,
wajah pucat.
Mata: Sklera putih, konjungtiva pink palpebra kecoklatan, lebih gelap di
kulit sekitarnya, mata cowong.
Telinga: Bersih, sedikit cerumen, tidak ada lesi.
Hidung: Bersih, tidak ada penyimpangan septum nadi.
Mulut: Agak kotor, tidak ada lesi pada mulut.
Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar dan tyroid, tidak ada kaku kuduk.
Dada: Inspeksi :bentuk dada normal Auskultasi :suara nafas ronchi
Abdomen
Inspeksi : Tampak asites, umbilikus menonjol Palpasi : gelombang air
Perkusi : pekak beralih Auskultasi :peristaltik usus 11 x/menit
Ekstremitas: Kedua kaki oedem dari lutut sampai telapak
kaki, skala odem 4.
1. Intoleransi aktifitas b/d kelemahan otot.
Tujuan: Klien dapat beraktifitas sesuai dengan batas
toleransi.
Kriteria hasil: Menunjukkan peningkatan dalam beraktifitas.
Intervensi:
• Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktifitas contoh: apakah
tekanan darah stabil, perhatian terhadap aktifitas dan
perawatan diri.
• jelaskan pola peningkatan bertahap dari aktifitas contoh:
posisi duduk di tempat tidur, bangun dari tempat tidur,
belajar berdiri dst.
• Berikan bantuan sesuai dengan kebutuhan (makan, minum,
mandi, berpakaian dan eleminasi).
2. Cemas b/d hematemesis 3. Gangguan pola nafas
dan melena. b/d asites.
Tujuan: Cemas hilang atau Tujuan: Pola pernapasan
berkurang. efektif
Kriteria hasil: Pasien tampak Kriteria hasil: Pasien tidak
rileks dan ansietas menurun. mengalami dispneu
Intervensi: Intervensi:
• Tinggikan kepala tempat
• Kaji tingkat kecemasan
pasien tidur 45 sampai 60
derajat atau sesuai
• Berikan Penkes tentang
kebutuhan.
hematemesis dan melena
• Auskultasi paru-paru
• Dorong pasien untuk
untuk mendengarkan
mengakui masalah dan
bunyi napas setiap 4
mengekspresikan perasaan
jam.
• ibatkan keluarga pasien • Kaji terhadap tanda
dalam proses penyembuhan
hipoksia.
4. Resiko tinggi cedera b/d tingkat kesadaran.
Tujuan: Pasien tidak mengalami cedera lebih lanjut
Kriteria hasil: Pasien merasa aman dan nyaman
Intervensi:
• Eksplorasikan ruangan dan alat-alatnya pada pasien.
• Libatkan keluarga untuk menjaga keselamatan pasien.

Anda mungkin juga menyukai