Anda di halaman 1dari 18

Kelompok 2

 Dekompensasi Cordis atau Gagal Jantung adalah


kondisi ketika fungsi jantung sangat terganggu
sehingga pompa jantung tidak bisa membuat darah
bergerak melalui jantung (Hurst, 2011).

 Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik yang


mana jantung sebagai pompa tidak mampu
memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme
jaringan (Irwan, 2018).

 Decompensasi cordis atau gagal jantung adalah suatu


keadaan ketika jantung tidak mampu
mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi
kebutuhan tubuh, meskipun tekanan vena normal
(Muttaqin, 2012).
1. Klasifikasi gagal jantung menurut letaknya
⁻ Gagal jantung kiri
⁻ Gagal jantung kanan
⁻ Gagal jantung kongestif
2. Klasifikasi gagal jantung menurut derajat
sakitnya.
⁻ 1 (tanpa keluhan)
⁻ 2 (ringan)
⁻ 3 (sedang)
⁻ 4 (berat)
1. Kelainan mekanis
a. Peningkatan beban tekanan
b. Peningkatan beban volume
c. Obstruksi terhadap pengisian ventrikel
d. Temponade perikardium
e. Retriksi endokardium dan miokardium
f. Aneurisma ventricular
g. g. Dis-sinergi ventrikel (Muttaqin, 2012).
2. Kelainan miokardial
a. Primer : Kardiomiopati, metabolik (DM)
b. Sekunder : Iskemik, inflamasi

3. Gangguan irama jantung : Henti jantung,


takikardi atau bradikardi yang ekstrim

D. Patofisiologi/Pathway
1. Pengkajian
a. Biodata
b. Keluhan Utama : dispnea, kelemahan
fisik, dan edema sistemik.
c. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat penyakit sekarang : dyspnea,
ortopnea, dyspnea nokturnal
paroksimal, batuk, dan edema
pulmonal akut.
b) Riwayat penyakit dahulu : pernah
menderita infark miokardium,
hipertensi, DM, hiperlipidemia.
c) Riwayat penyakit keluarga : penyakit
jantung iskemik pada orang tua yang
timbul pada usia muda merupakan faktor
risiko utama penyakit jantung iskemik
pada keturunannya.
d) Riwayat kebiasaan : perokok aktif,
meminum alkohol dan obat-obatan
tertentu.
d. Psikososial : Kegelisahan dan kecemasan
akibat kesulitan bernafas dan sinyal bahwa
jantung tidak berfungsi dengan baik.
e. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : , keadaan umum pasien
gagal jantung biasanya di dapatkan
kesadaran yang baik atau composmetis.
2. Pemeriksaan fisik (B1-B6)
 B1 (Breathing)
 B2 (Blood)
 B3 (Brain)
 B4 (Bladder)
 B5 (Bowel)
 B6 (Bone)
f. Pemeriksaan Penunjang
a) Ekokardiografi
b) Rontgen dada
c) EKG
d) Pemeriksaan laboratorium meliputi DPL
(pemeriksaan darah lengkap), Urinalisis,
Elektrolit serum, termasuk magnesium
dan kalium, Panel lipid puasa, Glukosa
puasa dan glikohemoglobin, Kreatinin
serum, Hormon tiroid, Uji fungsi hati.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
pada pasien gagal jantung antara lain :
Penurunan perfusi jaringan behubungan
dengan menurunnya curah jantung,
hipoksemia jaringan, asidosis, dan
kemungkinan thrombus atau emboli,
Kerusakan pertukarann gas, Kelebihan volume
cairan ekstravaskuler, Pola nafas tidak efektif,
Intoleransi aktifitas dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari (Bachrudi, M dan Moh.
Najib. 2016).
3. Intervensi Keperawatan

a. Penurunan perfusi jaringan behubungan dengan


menurunnya curah jantung, hipoksemia jaringan,
asidosis, dan kemungkinan thrombus atau emboli.
Tujuan : Gangguan perfusi jaringan
berkurang/tidak meluas selama dilakukan
tindakan perawatan di Rumah Sakit.
Intervensi : Monitor Frekuensi dan irama
jantung, Observasi perubahan status mental,
Observasi warna dan suhu kulit/membrane
mukosa, Ukur produksi urin dan catat berat
jenisnya, Kolaborasi : Berikan cairan IV l sesuai
indikasi, Pantau Pemeriksaan diagnostik/dan
laboratorium mis EKG, elektrolit, GDA ( Pa O2, Pa
CO2 dan saturasi O2 ). Dan Pemberian oksigen.
b. Kerusakan Pertukarann Gas
Dapat dihubungkan oleh : Gangguan aliran darah ke alveoli
atau kegagalan utama paru, perubahan membran alveolar-
kapiler (atelektasis, kolaps jalan nafas/ alveolar edema
paru/efusi, sekresi berlebihan/perdarahan aktif.
Tujuan : Kerusakan pertukaran gas teratasi.
Intervensi : Catat frekuensi & kedalaman pernafasan,
penggunaan otot bantu pernafasan, Auskultasi paru untuk
mengetahui penurunan/tidak adanya bunyi nafas dan
adanya bunyi tambahan misalnya krakles, ronki dll, Lakukan
tindakan untuk memperbaiki/mempertahankan jalan nafas
misalnya, batuk, penghisapan lendir dll, Tinggikan
kepala/tempat tidur sesuai kebutuhan/toleransi pasien, Kaji
toleransi aktifitas misalnya keluhan kelemahan/kelelahan
selama kerja atau tanda vital berubah.
c. Kemungkinan Terhadap Kelebihan Volume Cairan
Ekstravaskuler
Faktor resiko meliputi : Penurunan perfusi ginjal,
peningkatan natrium/retensi air, peningkatan tekanan
hidrostatik atau penurunan protein plasma (menyerap
cairan dalam area interstisial/ jaringan).
Tujuan : Keseimbangan volume cairan dapat
dipertahankan selama dilakukan tindakan keperawatan
selama di Rumah Sakit.
Intervensi : Ukur masukan/pengeluaran, catat penurunan
, pengeluaran, sifat konsentrasi, hitung keseimbangan
cairan. Observasi adanya edema dependen. Timbang BB
tiap hari. Pertahankan masukan total caiaran 2000 ml/24
jam dalam toleransi kardiovaskuler. Kolaborasi :
pemberian diet rendah natrium, berikan diuetik.
d. Pola nafas tidak efektif
Yang berhubungan dengan : Penurunan volume paru,
hepatomegali, splenomigali, kemungkinan dibukikan
oleh : Perubahan kedalaman dan kecepatan
pernafasan, gangguan pengembangan dada, GDA
tidak normal. Tujuan : Pola nafas efektif setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama di Rumah
Sakit.
Interfensi : Monitor kedalaman pernafasan, frekuensi,
dan ekspansi dada. Catat upaya pernafasan termasuk
penggunaan otot bantu nafas. Auskultasi bunyi nafas
dan catat bila ada bunyi nafas tambahan. Tinggikan
kepala dan Bantu untuk mencapi posisi yang
senyaman mungkin. Kolaborasi pemberian oksigen
dan periksa GDA.
e. Intoleransi aktifitas dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Dapat dihubungakan dengan : ketidakseimbangan antar suplai
oksigen miokard dan kebutuhan, adanya iskemik/nekrotik
jaringan miokard, kemungkinan dibuktikan oeh : gangguan
frekuensi jantung, tekanan darah dalam aktifitas, terjadinya
disritmia, kelemahan umum.
Tujuan : Terjadi peningkatan toleransi pada klien setelah
dilaksanakan tindakan keperawatan selama di Rumah sakit.
Intervensi : Catat frekuensi jantung, irama, dan perubahan
tekanan darah selama dan sesudah aktifitas. Tingkatkan
istirahat (di tempat tidur). Batasi aktifitas pada dasar nyeri dan
berikan aktifitas sensori yang tidak berat. Jelaskan pola
peningkatan bertahap dari tingkat aktifitas, contoh bangun dari
kursi bila tidak ada nyeri, ambulasi dan istirahat selam 1 jam
setelah makan. Kaji ulang tanda gangguan yang menunjukan
tidak toleran terhadap aktifitas atau memerlukan pelaporan
pada dokter
5. Evaluasi
Langkah yang terakhir dalam asuhan keperawatan pada pasien
gagal jantung adalah evaluasi, dimana evaluasi merupakan penilaian
efektifitas terhadap intervensi keperawatan sehubungan dengan
keluhan, hasil perekaman EKG, foto thorak dan pemeriksaan hasil
laboratorium menunjukkan hasil yang normal. Intervensi dikatakan
efektif bila tingkah laku klien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Dalam evaluasi, perawat melakukan pengkajian ulang tentang
keluhan sesak nafas, hemodinamik dan terapi yang diberikan pada
klien serta perilaku klien setelah melakukan implementasi dari
intervensi. Evaluasi menggunakan observasi, mengukur dan
wawancara dengan pasien (Bachrudi, M dan Moh. Najib. 2016).
1. Pencegahan Primordial
2. Pencegahan Primer/Tingkat Pertama : promosi kesehatan
3. Pencegahan Sekunder/Tingkat Kedua : deteksi dini
dengan pemeriksaan rutin kerja jantung.
4. Pencegahan Tersier/Tingkat Ketiga : pengobatan yang
terdiri dari
a. Pengurangan kerja jantung : pembatasan aktivitas
fisik.
b. Pengurangan beban awal : pembatasan garam dalam
makanan.
c. Peningkatan kontraktilitas
d. Pengurangan beban akhir

Anda mungkin juga menyukai