Anda di halaman 1dari 33

Laporan kasus

Ileus Paralitik

Achmad Zaini
1730912310001

Pembimbing :
dr. Agus Suhendar, Sp.BS(K)
PENDAHULUAN
Ileus paralitik adalah keadaan usus gagal/tidak
mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk
menyalurkan isinya

Gerakan peristaltik  aktifitas otot polos usus yang


terkoordinasi.
PENDAHULUAN
Bukan suatu penyakit primer usus

Ileus paralitik hampir selalu dijumpai pada pasien pasca operasi abdomen

Beratnya ileus pasca operasi

Gangguan elektolit terutama hipokalemia merupakan penyebab yang cukup sering

Total angka kejadian dari obstruksi usus yang disebabkan oleh mekanik dan non
mekanik mencapai 1 kasus diantara 1000 orang. Ileus akibat meconium tercatat 9-33 %
dari obstruksi ileus pada kelahiran baru
LAPORAN
KASUS
IDENTITAS

● Nama : By. Ny. Partini


● Jenis Kelamin : Perempuan
● Umur : 2 bulan
● RMK : 1-43-93-34
ANAMNESIS (tanggal 17 September 2018)
Keluhan Utama : Perut membesar
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dibawa oleh keluarga
dengan keluhan utama perut membesar Pasien lahir cukup bulan, lahir SC ai sungsang
sejak 2 hari SMRS. Perut membesar terjadi dengan BBL 2600gr. Pasien lahir tidak langsung
secara mendadak setelah dipijat dibagian menangis, bergerak aktif dan terdapat
perut 3 hari SMRS. Perut terus membesar meconium.
namun ibu pasien tidak melakukan
pengukuran lingkar perut. Perut membesar
juga disertai dengan keluhan kembung dan Riwayat Penyakit Dahulu : (-)
tidak bisa BAB. Sebelumnya pasien rutin Riwayat Penyakit Keluarga : Hipertensi (-) DM
BAB satu kali sehari setiap hari. Pasien juga (-) Asma (-) Keluhan serupa (-)
muntah sebanyak lebih dari 3 kali sehari
berwarna putih dan pasien masih dapat
minum ASI. Pasien juga demam sejak 2 hari
SMRS. Pasien dirawat di RS H. Andi
Abdurahman Noor selama 1 hari dan
mengalami kejang sebanyak 1 kali yang
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS LOKALIS
a. Kulit
Pucat pada kuku-kuku ekstrimitas
STATUS GENERALIS (-), ikterik (-), turgor kulit (baik)
Keadaan Umum: Tampak lemah,
menangis kuat (+) b. Kepala/leher
Frekuensi nadi : 121 Kepala : Mesosefali,
kali/menit Pembesaran KGB leher (-)
Respirasi : 34 kali/menit Mata : Konjungtiva anemis (-/-),
Suhu : 37,5°C sklera ikterik (-/-)
SpO2 : 98% Hidung : Epistaksis (-), sekret
berlebih tidak ada, nafas cuping
hidung (-), NGT (+) residu hijau

c. Leher : Pembesaran KGB (-)


PEMERIKSAAN FISIK
d. Thorax
Inspeksi : Bentuk simetris, retraksi subcostal (-/-), scar (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor all regio pulmo
Auskultasi : Vesikuler all regio, Rhonki (-/-), Wheezing (-/-), S1>S2 normal

e. Jantung
Batas jantung kanan : Linea parasternal IV
Batas jantung kiri : ICS V linea midklavikula sinistra

f. Abdomen
Inspeksi : Distensi (+), venectasi (+), darm contour (-), darm steifung (-)
Auskultasi : BU (+), metallic sound (-)
Perkusi : Hipertimpani
Palpasi : teraba kencang, hepatosplenomegaly (sde)
PEMERIKSAAN FISIK

g. Ekstremitas
- Superior: edema (-), deformitas (-), akral hangat
(+)
- Inferior: edema (-), deformitas (-), akral hangat
(+)

h. DRE (Digital Recti Examination)


- Anus (+), mucosa licin, ampula recti colaps,
red jelly stool (-), rectal bleeding (-), feces
muncrat (-)
PEMERIKSAAN FISIK

g. Ekstremitas
- Superior: edema (-), deformitas (-), akral hangat
(+)
- Inferior: edema (-), deformitas (-), akral hangat
(+)

h. DRE (Digital Recti Examination)


- Anus (+), mucosa licin, ampula recti colaps,
red jelly stool (-), rectal bleeding (-), feces
muncrat (-)
Nilai
Pemeriksaan Hasil Satuan
Rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 11,5 13.50 – 16.00 g/dL
Lekosit 7,44 4.00 – 11.0 rb/μL
Pemeriksaan Eritrosit 4,05 4.40 – 5.90 Juta/μL
40 – 54
laboratorium darah Hematokrit
Trombosit
32,0
499 150 – 400
Vol%
ribu/μL
pada tanggal 12 RDW-CV 15.6 11.6 – 14.6 %
MCV.MCH.MCHC
September 2019 MCV 79,0 80.0 – 94.0 Fl
MCH 28,0 28.0 – 32.0 Pg
MCHC 36 32.0 – 36.0 %
KIMIA DARAH
Gula Darah Sewaktu 116 70 – 199 Mg/dl
ELEKTROLIT
Natrium 136 136-145 Meq/L
Kalium 5.56 3.5-5.5 Meq/L
Chlorida 98 96-108 Meq/L
HEMOSTASIS
Hasil PT 14.9 10.8-14.4 detik
Hasil APTT 26.0 24.0-36.0 Detik
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 9.7 14.0 – 18,00 g/dL
Lekosit 5.8 4.0 – 10.5 rb/μL
Eritrosit 3.64 4.10 – 6.00 Juta/μL
Hematokrit 28.1 42 – 52 Vol%
Pemeriksaan Trombosit
RDW-CV
319
14.5
150 – 450
12.1 – 14.0
ribu/Μl
%
laboratorium darah MCV.MCH.MCHC
MCV 77.2 75.0 – 96.0 Fl
pada tanggal 18 MCH
MCHC
26.6
34.5
28.0 – 32.0
33.0 – 37.0
Pg
%
September 2019 HITUNG JENIS
Basofil% 0.2 0.0-1.0 %
Eosinofil% 0.3 1.0-3.0 %
Neutrofil% 49.4 50.0-81.0 %
Limfosit% 40.8 20.0-40.0 %
Monosit% 9.3 2.0-8.0 %
Basofil# 0.01 <1.0 Ribu/ul
Eosinofil# 0.02 <3.0 Ribu/ul
Neutrofil# 2.88 2.5-7.0 Ribu/ul
Limfosit# 2.38 1.25-4.0 Ribu/ul
Monosit# 0.54 0.3-1.0 Ribu/ul
KIMIA DARAH
Gula Darah Sewaktu 111 80 - 115 Mg/dl
ELEKTROLIT
Natrium 138 136-145 Meq/L
Kalium 2.8 3.5-5.1 Meq/L
Pemeriksaan
laboratorium darah
ELEKTROLIT
pada tanggal 19
September 2019 Natrium 138 136-145 Meq/L

Kalium 3.2 3.5-5.1 Meq/L

Chlorida 103 98-107 Meq/L


Colon In Loop pada
tanggal 19 September
2019
Colon In Loop pada
tanggal 19 September
2019
PENATALAKSANAAN

• IVFD D5 ¼ NS 400cc/24
jam
DIAGNOSIS
• Inj. Paracetamol 3x50
mg
Ileus • Stesolid rectal 5mg (bila
Paralitik kejang)
• Wash out 2x1
• NGT decompresi
• Stabilisasi dan
PEMBAHASAN
TEORI KASUS

● Pasien ileus paralitik akan ● keluhan perut membesar dengan


mengeluh perutnya kembung, disertai tidak adanya BAB, dan
anoreksia, mual dan obstipasi. muntah
Muntah mungkin ada, mungkin
pula tidak ada. Keluhan perut
kembung pada ileus paralitik ini
perlu dibedakan dengan keluhan
perut kembung pada ileus
obstruksi. Pasien ileus paralitik
mempunyai keluhan perut
kembung, tidak disertai nyeri kolik
abdomen yang paroksismal
TEORI KASUS

● Inspeksi  tanda-tanda generalisata dehidrasi,


yang mencakup kehilangan turgor kulit maupun ● Pada pemeriksaan fisik didapatkan
mulut dan lidah kering. dilihat adanya distensi, adanya kelainan pada
hernia dan massa abdomen.
pemeriksaan abdomen. Pada
● palpasi  tanda iritasi peritoneum atau nyeri inspeksi ditemukan adanya
tekan, yang mencakup defans muskular distensi dan venektasi pada
involunter atau rebound dan pembengkakan abdomen. Pada auskultasi tidak
atau massa yang abnormal untuk mengetahui
penyebab ileus.
ditemukan metallic sound. Pada
perkusi didapatkan hipertimpani.
● Perkusi akan didapatkan hipertimpani.
Auskultasi akan ditemukan bising usus lemah
atau tidak ada sama sekali dan borborigmi.
Berbeda dengan ileus obstruksi, pada
auskultasi akan ditemukan bising usus
TEORI KASUS

● Pemeriksaan rectal toucher yang ● Pada pemeriksaan digital rectal


dilakukan untuk menyingkirkan examination didapatkan anus (+),
diagnosis banding hirschprung mukosa licin, ampula recti kolaps,
disease. Pada hirschprung disease, red jelly stool (-), rectal bleeding (-
akan ditemukan ampula recti yang ), feces muncrat (-)
tidak kolaps dan ditemukan adanya
meconium yang menyembur
TEORI KASUS

● Pemeriksaan yang penting untuk dilakukan


yaitu leukosit darah, kadar elektrolit, ● Pada pemeriksaan penunjang
ureum, glukosa darah, dan amilase. laboratorium secara umum dalam
Pemeriksaan elektrolit serum, blood urea
batas normal, namun pada
nitrogen, dan kreatinin membantu dalam
menilai adanya ketidakseimbangan cairan pemeriksaan serum elektrolit yang
dan ada tidaknya dehidrasi serta derajat dilakukan pada tanggal 18 dan 19
dehidrasi. September 2019 ditemukan
adanya hipokalemi yakni 2,8Meq/L
● Pemeriksaan leukosit penting dalam dan 3,2Meq/L
menilai ada tidaknya infeksi atau inflamasi
● Hipokalemi adalah suatu keadaan di mana konsentrasi plasma <3,5
mmol/L sebagai akibat dari satu atau lebih faktor berikut ini:
berkurangnya intake, masuknya kalium ke dalam sel, meningkatnya
pengeluaran kalium.

● Gejala hipokalemi jarang muncul kecuali konsentrasi plasma <3


mmol/L.

● Salah satu manifestasi klinis yang berat pada hipokalemi adalah ileus
paralitik.
TEORI KASUS

● Pada pemeriksaan Colon in loop


pada tanggal 19 September 2019
Pemeriksaan radiologi sangat
didapatkan distribusi gas dalam
membantu dalam menegakkan
colon berlebihan, kontras mengisi
diagnosis, membedakan ileus
rectum, sigmoid, colon
paralitik dengan ileus obstruksi, dan
descendens, fleksura lienalis
untuk memahami penyebabnya.
sampai caecum, tak tampak
penyempitan abnormal/tak tampak
dilatasi abnormal, retensi 24 jam
sisa kontras minimal dengan
kesimpulan tak tampak gambaran
hirschprung disease dan
● Mekanisme ileus yang terlibat pada ileus paralitik
dapat bersifat neurogenik, miogenik atau humoral.

● Ketiga faktor tersebut dapat menghambat secara


berlebihan maupun kurangnya rangsangan
terhadap aktivitas otot pada usus.

● Sebagian besar kasus berhubungan dengan


substansi di pembuluh darah, sedangkan
mekanisme yang lain adalah mekanisme reflex dan
kegagalan fungsi otot.
● Tiga sistem saraf berperan dalam mengataur
motilitas gastrointestinal yaitu sistem saraf simpatik
dan parasimpatik yang mengatur motilitas dan sistem
saraf intrinsiK

● Saraf parasimpatik meningkatkan motilitas dan saraf


simpatik menghambatnya

● Ileus paralitik mungkin terjadi karena peningkatan


aktivitas saraf simpatik yang berkepanjangan
TEORI KASUS

Hal yang paling penting dalam ● Penatalaksaan yang diberikan


penatalaksanaan ileus paralitik adalah pada kasus ini adalah IVFD D5 ¼
mencari penyakit yang mendasari. Hal ini NS 400cc/24 jam, Inj. Paracetamol
oleh karena ileus paralitik diterapi dengan
3x50 mg, Stesolid rectal 5mg (bila
mengobati penyakit dasar dan perlu
kejang), Washout 2x1, NGT
diingat bahwa terapi operatif harus
dihindari kecuali terdapat suatu katastrofi decompresi, stabilisasi dan
intraabdomen yang membutuhkan optimalisasi
laparotomi
● Pengelolaan ileus paralitik bersifat
konservatif dan suportif.
● Ileus paralitik tidak dilakukan intervensi bedah kecuali disertai
dengan peritonitis.

● Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastric


untuk mencegah sepsis sekunder atau ruptur usus
PENUTUP
Telah dilaporkan kasus By. Ny. P usia 2 bulan yang datang
dibawa oleh keluarga dengan keluhan utama perut
membesar. Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan
penunjang, didapatkan diagnosis Ileus Paralitik. Pasien
ditatalaksanai sesuai dengan diagnosis pasien. Pasien
dirawat sejak MRS tanggal 12 September 2019 dan
diizinkan pulang pada tanggal 25 September 2019
TERIMAKAS
IH

Anda mungkin juga menyukai